Lost Hope

6K 611 112
                                    

Haruto mencuci tangannya perlahan kemudian memandang pantulan dirinya di cermin toilet.

"tidak apa Haruto, apapun akan kau berikan jadi biarkan sekali ini Naru mengalah" ucapnya pada pantulan dirinya "semuanya akan baik-baik saja, semua orang pasti akan mendukung pertunangan itu. Naruto hanya akan terluka sedikit. Aku tinggal mengiburnya dan memberikan segalanya untuknya"

Haruto meringis, mungkin terlihat gila dengan berbicara pada pantulan dirinya di cermin sana. Tak apa pikirnya, ia bahkan bisa lebih gila. Haruto menghembuskan nafas perlahan ia terbiasa seperti ini sedikit mengurangi kegugupannya.

"semangat Haruto!"

Tersenyum menyemangati dirinya sendiri Haruto berlalu kemudian, segera setelah merapatkan pintu dan menghilang di baliknya , seorang dengan rambut di kuncir keluar dari salah satu bilik.

"bocah licik sialan itu"

Deidara mengepalkan tangannya kuat, mencoba menahan emosinya.

Tidak, Daeidara tidak akan membiarkan adik kesayangannya kembali di jahati apalagi harus merasakan sakit untuk kesekian kali. Naruto juga layak untuk bahagia, dan Deidara akan mewujudkan kebahagiaan dari teman mendiang adiknya yang sudah lama pergi.

"kau di mana?"

Deidara menyahuti orang yang menjadi lawan bicaranya saat panggilan telpon tersambung.

"Perjamuan rekan kerja Daddy"

Gaara yang mendapat panggilan yang lumayan jarang dari salah seorang kakak kelasnya di masa lalu itu berpamitan untuk keluar sebentar menjauh dari sana.

"oke baiklah, langsung saja. Sebelumnya aku tidak sengaja mendengar ucapan si bocah rubah saudara Naru-"

Gaara mengeryit.

"-sepertinya dia merencanakan sesuatu pada Naru tapi mengenai tentang apa akupun tidak tau, aku rasa kau perlu tau hal ini. Dan tolong, ku mohon lindungi Naru. Naru kita tidak boleh merasakan sakit lagi Gaara"

"Dei-nii tenang saja, aku tidak akan membiarkan siapapun melukainya dan yang berani akan mendapat balasan yang tidak pernah terbayangkan"

Memandang pantulan wajahnya di cermin Deidara sadar, wajahnya terlihat pucat. Sudah biasa jika hal itu terjadi saat dia merasakan kekhawatiran yang berlebihan.

"aku tau, kau bisa di andalkan jika menyangkut Naru. Jadi bisa kau menemui Naru saat urusan mu selesai? Entah mengapa perasaan ku tidak tenang memikirkan Naru, sebenarnya aku ingin memastikannya sendiri sayangnya, panggilanku tidak terjawab entah apa yang tengah di lakukan anak itu sekarang. Sedang aku tidak bisa kemanapun karna harus membahas soal pernikahan ku bersama kedua keluarga"

Tak berbeda jauh dari Deidara, Gaara pun mulai merasakan kecemasan. Tak bisa di pungkiri, Gaara pun sedikit banyak mempercayai feeling dari mantan kakak kelasnya itu yang tidak pernah salah sejak ia mengenalnya.

"serahkan semuanya padaku dan tetaplah tenang, akan ku pastikan keadaan Naru. Jangan cemas, sekarang cukup nikmati pertemuan keluarga Dei-nii. Aku tutup"

Menutup panggilan dari Deidara, Gaara dengan cepat mendial nomor dengan display picture Naruto yang tengah tersenyum lebar. Yang mana dari panggilan pertama hingga kini ia mulai kesal karna panggilan keenam tak mendapatkan jawaban.

"jangan membuat ku cemas Nar! Jawab panggilan ku, paling tidak beri tau tempatmu sekarang dimana kau anak nakal"

Sedang di hotel tempat perjamuannya, Deidara sudah memasuki salah satu ruangan yang sudah di pesan khusus hanya untuk keluarga, pemuda yang di cemaskan nya sedari tadi juga memasuki salah satu ruangan mewah di sebrangnya.

Just,Stop!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang