Sasuke menghentikan mobil hitam miliknya pada tempat yang jadi tujuannya malam ini, pasar malam. Keluar lebih dulu dan bergegas membuka pintu mobil untuk Naruto.
“pasar malam heh?” Naruto berpaling bertanya dengan alis yang di naikan.
“hmm, bagaimana. Kau suka?”
“suka, kebetulan aku sudah lama ingin pergi ke tempat seperti ini”
Sasuke tersenyum sambil mengusak kepala Naruto dengan sayang “ya, sudah, sekarang kau bebas. Bermainlah sepuasmu”
Naruto terlihat senang dengan senyum yang tak pernah luntur, keduanya memasuki area pasar malam dan mengunjungi stand-stand yang tersedia, dan entah siapa yang memulai tanpa di sadari keduanya tangan mereka saling menggenggam dengan erat.
Terkadang Sasuke merangkul bahu si pirang atau juga berdiri di belakang tubuhnya ketika orang-orang berdesakkan.
Keduanya terhenti di sebuah stand permainan yang mengharuskan pemainnya merobohkan benteng yang telah di susun dengan melemparkan bola berukuran sedang dengan jarak beberapa meter.
“ingin bermain?”
“pikirmu bisa merobohkan susunan kaleng itu hanya dengan bola plastik kecil ini?” Naruto menggeleng kepala memasang ekpresi prihatin “orang-orang yang bermain di stand ini benar-benar di bodohi” lanjut Naruto meremehkan “apa kau ingin menjadi salah satunya huh?”
Masih setia dengan ekspresi datarnya Sasuke menaikan sebelah alisnya “kau meremehkan ku?”
“oh, kau merasa seperti itu?”
“ya!” walau tampangnya terlihat biasa, dapat Naruto dengar suara dengan nada kesal keluar dari mulut sang ketua osis “ kau tau? aku tidak suka di remehkan, jadi biar ku tunjukan padamu. Dan kalau itu berhasil kau harus memberikan ku sebuah imbalan”
Walau keyakinannya begitu besar akan kegegalan permainan Sasuke, Naruto tak serta merta menyetujui pemuda raven tersebut dan memprotesnya “apa-apaan dengan imbalan itu”
“ya tau tidak?”
Tanpa di sadarinya, Naruto menghentak kesal yang memunculkan senyum di ujung bibir Sasuke.
“baiklah, baiklah. Awas saja kau bermain dengan curang”
Langit malam begitu pekat dengan keduanya larut dalam kesenangan mereka menghabiskan waktu bersama.
Setelah bermain di beberapa stand yang mereka lalui langkah kaki keduanya kembali terhenti pada sebuah stand yang memiliki antrian dengan lumayan banyak peminatnya, stand rumah hantu.
Naruto menolehkan kepalanya kearah Sasuke dengan raut wajah yang sangat antusias, lalu menarik pemuda itu untuk ikut mengantri seperti yang lain.
“kau yakin ingin mau masuk?” ujar Sasuke ragu memandangi wajah Naruto.
“Sangat yakin”
“kau berani?”
Merasakan antusiasme Sasuke yang tidak sebesar dirinya dan terus-terusan bertanya itu membuat Naruto menyilangkan kedua tanganya di depan dada menatap sangsi pada Sasuke
“apa maksudmu bertanya seperti itu hah? Kau meremehkan ku begitu? ”
Sasuke dengan sabar mendekat mendapati kemarahan dan emosi Naruto yang selalu datang mendadak serta meledak-ledak, menariknya ke dalam dekapan dan memeluk Naruto erat ketika si pirang memberontak.
“bagaimana aku bisa meremehkanmu saat kau sendiri bisa memukul dan membantingku dengan entengnya hmm..” Sasuke menyahut lembut menghiraukan sekitar mereka yang menatap dengan berbagai ekpresi “kau tau, aku hanya khawatir. Pikirmu aku lupa dengan phobia mu akan kegelapan? Aku masih sangat mengingat semua hal tentangmu begitu jelas, di dalam sana sangatlah gelap dan aku bukan orang yang dengan teganya membiarkan mu masuk kesana saat kau sendiri membencinya”
KAMU SEDANG MEMBACA
Just,Stop!
FanfictionNamikaze Haruto & Naruto Uzumaki. Adalah dua bersaudara dengan penggunaan marga yang berbeda, sikap dan sifat yang berbeda pula. Dua bersaudara dengan masing-masing rasa iri yang terpendam. Bersama Haruto sang murid favorit, hadir pula idaman pa...