Sense

7.6K 726 12
                                    

Kiba meletakan nampan berisi tiga menu dengan olahan dan rasa berbeda di atas meja dan mendudukan dirinya di sebelah Shikamaru dan berhadapan dengan Naruto.

“selamat makan”

Dengan wajah sumringah Shikamaru dan Naruto berseru bersamaan dan melahap pesanan yang di bawakannya tadi.

Kiba di buat berdecih melihat dua temannya yang tengah asik saling mencoba makanan, matanya memincing ke arah pemuda lain yang berjarak dua meja dari tempat ia dan teman berandalnya.

“hei Naruto katakan sesungguhnya ada hubungan apa kau dan si ketua itu?”

Mendengar pertanyaan tiba-tiba yang di lontarkan tersebut Naruto menghentikan kegiatan menyendok di piringnya. Bahkan Shikamaru yang mendengarpun beralih menatap Kiba.

“kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu?”

“tatapannya sedari tadi  tak lepas darimu bahkan saat kakakmu itu ada di sana bersamanya”

Kiba memberikan kode dengan lirikan mata pada kedua temannya, sedikit menolehkan wajahnya Shikamaru mendapati ucapan Kiba bukan sekedar bualan.

“bukankah sudah jelas dia tidak menyukai Naruto karna sering berbuat ulah setiap hari”

Naruto mengangguk membenarkan.

“jangan pikir karna aku sering membolos aku menjadi sangat bodoh, aku justru sangat mengerti tatapan yang di berikannya bukan tatapan tidak suka” Kiba sepenuhnya menghentikan makannya “jangan kira aku tidak memerhatikanmu juga, kaupun sama anehnya dengan si ketua itu beberapa minggu belakangan ini”

Naruto tergagap, tak menyangka temannya ini  sangat peka terhadap situasi dan menyadari sikapnya dengan baik.

Kiba beralih pada Shikamaru

“kaupun berpikir yang sama denganku kan?!”

Kiba menaikan alisnya menatap Shikamaru dan tersenyum miring setelahnya ketika mendapati anggukan. 

“uhg, sepertinya kau benar. Beberapa kali aku menangkap pemandangan di mana kalian berdua saling melempar senyum dan saling melirik”

Shikamaru membeberkan apa yang di dapatinya, Senyum miringnya masih bertahan Kiba menjatuhkan atensinya penuh pada Naruto.

“so.. bisa jelaskan? Yah, itupun jika kau ingin aku tak akan memaksa”

Ragu di hati perlahan lenyap, Naruto bersyukur dalam hati. Kedua temanya itu tidak memaksa dirinya.

“jadi sebenarnya.. umh. Oke berjanji pada ku untuk tidak terkejut apalagi bertingkah berlebih jika ku katakan yang sebenarnya”

Shikamaru dan Kiba mengangguk mantap, bersama menanti cerita.

“aku dan  Sasuke si ketua sialan itu sebelumnya sudah saling mengenal dan bersama dulu di Sydney”

Naruto berucap pelan dengan suara di buat sepelan mungkin agar hanya di dengar oleh kedua temanya.

“APAAA?”

Naruto menepuk jidat pelan, membenarkan dugaannya tentang reaksi berlebihan dua sejoli itu.

Shikamaru yang lebih dulu sadar dari keterjutannya menatap Naruto penuh, sebelum membuka mulut terlihat yakin.

“sesungguhnya Naruto, seragam yang kau gunakan sekarang serta roti dan minuman yang kau terima saat di lapangan indoor volly bukan dari kami berdua”

Naruto memasang wajah heran, melirik sebentar ke arah seragam yang di gunakannya.

“apa maksud mu? Jadi kalau bukan dari kalian berdua lalu siapa?

“itu dari si ketua”

Kali ini Kiba mengambil alih memberitahukan, senyum kembali di bibirnya “kami mendapatinya keluar dari sana, dan dia meminta kami untuk tidak mengatakannya padamu”

“APAAA?”

Kiba dan Shikamaru saling mengadu tinju mendapati reaksi Naruto yang sama seperti mereka tadi.

Di meja yang berbeda Sasuke mendengus melihat pemandangan di mana Naruto yang tengah merenggut lucu tengah di goda temannya.

“Sasuke ada apa? Mendengus tiba-tiba seperti itu, ada yang mengganggu pikiran mu?”

Haruto mengentikan minumnya bertanya perhatian pada Sasuke yang secepatnya mengubah mimik wajahnya kembali biasa.

“ahh, tidak. Sepertinya kali ini aku tidak bisa menenamimu ke toko buku, sensei meminta ku membantunya. Tidak apa kan?”

Haruto tersenyum lembut seperti biasa, mencoba maklum akan kesibukan si ketua osis.

“baiklah, tidak apa-apa. Aku akan ke sana seorang diri saja”

Sasuke mengusak rambut Haru pelan “anak baik, mau ku antar?” kekeh Sasuke kemudian.

“berhenti memperlakukan ku seperti anak kecil Sasuke, kita bahkan seumuran! Aku minta di antarkan supir ku saja”

Ketiga pasang mata sontak mentap ke arah sumber tawa menatap intens.

“sebenarnya hubungan seperti apa antara kalian Nar?” Kiba masih memfokuskan pandangan pada Sasuke dan Haru saat membuka suara bertanya “ku rasa tanpa di beritahupun kau pasti menyadari pandangan yang di berikan kakakmu itu pada si ketua, dan di sini secara kebetulan kau dan si ketua. kalian mempunyai suatu cerita”

Naruto bertahan dalam hening, sepenuhnya paham ke mana arah pembicaraan yang tiba-tiba saja menjadi sangat berat.

“kau bisa saja mengatakan ku sok tau ataupun mengada-ada tapi sepenuhnya aku yakin pandangan dan cara Sasuke menatap dan memperlakukan mu itu tidaklah biasa, dia bisa saja sangat dekat dengan saudara mu itu tapi jika di perhatikan lebih jelas  kau terlihat lebih istimewah”

Tak perlu di jabarkan lebih Naruto pun mengerti, sikap Sasuke dalam memperlakukan nya memang cukup membuat rasa kecewa yang pernah di rasakannya dulu perlahan hilang, seperti janji Sasuke untuk menebus perpisahan mereka dulu. Sayangnya jika di Tanya  hubungan seperti apa yang tengah mereka jalani, Naruto pun tidak tau.

Sejujurnya rasa itu masih ada, masih di sana walau bertahun-tahun berlalu walau kecewa menemani.

“jelasnya-”

Shikamaru menguap malas saat Haruto entah mengapa membuang arah pada meja mereka.

“- pandangan Sasuke padamu sama persis ketika Haruto memandangnya”

Memangnya siapa yang tidak ingin mendapat sambutan? Rasanya bersambut, Naruto berpikir harusnya ia senang tapi kenapa bimbang melandanya?

“I don’t know”

Naruto menghela, merasa tidak bersemangat kemudian “jangan berpikir berlebihan, bisa saja kalian berdua salah. Kita tak bisa menyimpulkan sesuatu dengan asal terlebih akan hal seperti ini”  Naruto memutuskan.

Apa yang di katakana dua temannya tidak bisa di anggap sebagai kebenaran, itu hanyalah praduga mereka dan Naruto tidak boleh berharap lebih melihat keadaan sekarang yang tak memungkin kan.

Naruto masih bertahan dengan tembok tinggi yang di ciptakannya, tak boleh meragu sedikitpun yang mengakibtkan dirinya akan terluka suatu hari nanti.

“semua terserah padamu, tidak ada yang bisa memaksa. Aku dan Kiba hanya bisa mendukung mu”

Shikamaru menampilkan senyum khasnya tanpa ada kesan malas seperti kebiasaan pemuda itu.

“Shika benar, apapun yang terjadi pada kalian bertiga ingatlah Naruto kau hanya merebut kembali apa yang sedari awal memang menjadi milik mu”

Just,Stop!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang