“apa kau makan dengan baik? Kenapa tubuhmu terlihat semakin kurus begini”
Keduanya berjalan beriringan menuju kelas seperti beberapa minggu yang berlalu, seakan menjadi keharusan. Bisik-bisik membicarakan ataupun tatapan yang di arahkan tak mereka hiraukan. Baik Sasuke dan Naruto tak mencoba menyembunyikan hubungan mereka yang terlihat mulai membaik walau keberandalan Naruto tak berkurang sedikitpun.
“jika jank food, kopi dan soda makanan sejenisnya di katakan baik yah, aku makan dengan baik”
Naruto masih dengan sikap acuhnya pada sekeliling, ia tak berpikir untuk meluruskan ucapan-ucapan miring terhadapnya yang mengatakn mencoba memonopoli dan menggoda ataupun merayu Sasuke untuk bersikap baik padanya dan menjauhi si ketua itu dari kakaknya.
“jangan bilang padaku kau memakan semua makanan itu setiap hari”
Tak perlu melihat, Naruto dapat mendengar dengan baik suara Sasuke yang seakan marah tidak mempercayai makanan yang di konsumsinya.
“ya tidak setiap hari juga sih, kadang aku makan makanan rumahan atau jika sedang mood aku akan makan di luar”
“lalu kau anggap apa pembantu di rumah mu itu? Bukankah Bibi Kushina selalu menyempatkan memasak setiap harinya”
Sebelum keduanya benar-benar berpisah saat masa kecil dulu sampai Sasuke kemudian bertemu dengan pemuda lainnya yang ternyata adalah kakak dari teman masa kecilnya itu, Sasuke sudah sangat paham seperti apa rasa benci Naruto terhadap kedua orangtuanya yang saat ini semakin menumpuk dan menjadi dendam.
“Naruto kau..”
“ya, ya. Kau benar, aku tak pernah menyentuh masakannya” Naruto menyahut acuh “yah mau bagaimana lagi kan? Dia hanya membuat masakan untuk anak kesayangan nya saja bukan untuk ku”
“kau tidak bisa seperti itu Naruto, bibi pasti membuat masakan itu untuk mu juga kau dan Haru adalah anaknya”
Naruto berdecih dalam hati, bergumam tak jelas tidak ingin melanjutkan pembicaraan yang sudah pasti Sasuke akan terus-terusan membela kedua orang ibu dan anak itu. Yang Sasuke tak tahu adalah beberapa masakan kesukaan sang kakak yang hampir setiap hari di hidangkan di rumah mereka tidak bisa berkompromi dengan keadaan tubuhnya jika Naruto memaksa memakannya.
Semua orang seakan lupa, dan Naruto tak berniat untuk mengingatkan. Pikirnya memang wajar saja semua orang melupakan hal tidak penting seperti itu dia bahkan bukan siapa-siapa yang kehadirannya tidak di Inginkan.
“kalau begitu aku akan membuatka-“
Ucapan Sasuke terhenti bersamaan dengan langkah kakinya mendapati beberapa meter di depan ia dan Naruto berdiri seorang pemuda asing yang tengah menatap Naruto dengan pandangan mata yang membuat Sasuke kesal.
“jangan hanya diam saja seperti itu!”
Pemuda dengan rambut merah dan tinggi yang menyamai Sasuke itu menyilangkan tangan di depan dada, Naruto di buat terkekeh melihatnya.
“tidak ingin membuat sambutan hangat untuk ku Naruto? Tidak kah kau rindu pada belahan jiwa mu ini hmm?”
Sasuke mendengus sebal tanpa sadar mendengar ucapan pemuda asing itu yang mengatakan ia belahan jiwa Naruto.
“belahan jiwa my ass”
Sasuke menggerutu, hatinya memanas saat yang sama ketika Naruto yang berjalan di sebelahnya tadi mengampiri orang tak di kenal Sasuke itu dan memberikan pelukan selamat datang.
“aahh, kau sialan apa yang kau lakukan di sini”
Sahut Naruto sesaat setelah melepas pelukannya, Sasuke merasa terabaikan seperti kerumunan di sana yang juga tengah memerhatikan interkasi si berandalan sekolah.
“apa setelah pindah ke negara ini kau berubah menjadi bodoh?” yang lebih tinggi mengapit leher Naruto di lengannya “tidak lihat aku memakai seragam yang sama dengan mu, hmm bodoh”
Berusaha lepas Naruto menepuk jidatnya pelan tertawa sebentar “woah!!” matanya mengkilat semangat “are you serious? Kau bersekolah di sini mulai sekarang? Wah kalau begitu selamat bergabung”
Ekpresi wajahnya secara tiba-tiba berubah sinis mendapati sang kakak yang berjalan ke arahnya mengahampiri Sasuke yang masih bertahan di sisi belakang.
“ah, ya! Hampir lupa, Gaara perkenalkan ini ketua osis sekolah baru mu” Naruto berpaling ke arah si surai merah yang di panggilnya Gaara tadi “dan ketua, dia Gaara. Seperti yang terlihat dia murid baru” Naruto lalu berpaling ke arah Sasuke yang terlihat tengah mengambil alih tumpukan buku dari sang kakak.
“salam kenal ketua, mohon bimbingannya”
Gaara menyapa dengan suara yang di buat seramah mungkin yang di balas dengan gumaman pelan nan singkat dari Sasuke yang kembali ke mode datar andalannya.
“Naruto pergilah ke kelas, aku akan ke perpustakaan sebentar mengembalikan buku-buku ini bersama Haruto”
Naruto yang mendegar ucapan tersebut hanya mengendikan bahu santai, bersikap acuh pada Haruto yang terlihat ingin mengucapkan sesuatu padanya sebelum Sasuke membawanya pergi.
Gaara mendaratkan tangannya di bahu Naruto, merangkul si pirang. Bertahan di posisi seperti itu menatap kepergian Haruto dan Sasuke yang terlihat berbincang hangat di sertai tawa berlalu pergi.
“jadi, dia orang itu”
Berteman bertahun-tahun dengan Gaara bahkan setelah ia pindah Naruto tak pernah menyembunyikan suatu rahasia apapun dengan pemuda yang mempunyai garis keturunan mafia itu bahkan fakta tentang keluarga dan cinta masa kecilnya.
“yeah, he is”
“dan pemuda di sebelahnya adalah kakak yang membuat mu di buang”
Hatinya masih saja merasakan sakit yang familiar saat seseorang mengingatkan alasan ia di asingkan di negara sang nenek.
Naruto menampilkan wajah datarnya “untuk apa bertanya jika kau sudah tau jawaban yang sebenarnya sialan” Gaara di sebelahnya tertawa menyebalkan.
“hanya ingin memastikan”
“untuk seorang keturuan Sabaku bukan perkara sulit untuk mencari tau hal itu, sudahlah. Kau berada di kelas mana? Ayo ku tunjukan”
***
And yeah, say hi to the handsome guy. Sabaku Gaara 😏
KAMU SEDANG MEMBACA
Just,Stop!
FanfictionNamikaze Haruto & Naruto Uzumaki. Adalah dua bersaudara dengan penggunaan marga yang berbeda, sikap dan sifat yang berbeda pula. Dua bersaudara dengan masing-masing rasa iri yang terpendam. Bersama Haruto sang murid favorit, hadir pula idaman pa...