Chance

7.7K 748 31
                                    

Sasuke baru saja akan beranjak dari tempatnya mengawasi siapa saja siswa yang terlambat sebagaimana tugasnya biasa, saat ujung matanya menangkap kedatangan seorang siswa yang berjalan sedikit lamban.

“kau datang terlambat”

Sahut Sasuke  tepat di sebelah Naruto yang seperti biasa bertahan dengan sikap acuhnya

“gerbangnya masih terbuka omong-omong”

Keduanya berjalan beriringan di tengah koridor yang mulai sepi karna siswa-siswi sudah mulai mengisi kelas masing-masing.

“karna kau menerobos”

“pintar sekali ketua osis kita ini”

Sarkas Naruto dengan wajah yang di buat semenyebalkan mungkin. Sasuke melirik, pandangan matanya jatuh pada ujung bibir si pirang.

“kau lagi-lagi terluka bahkan saat hari masih sepagi  ini”

Naruto menghentikan langkahnya seketika wajah angkuhnya memandang jengah Sasuke terlebih saat tau apa yang selama ini di lakukan ketua osis itu untuknya.

“jangan sok peduli padaku, dan berhenti mencampuri urusan ku! Hentikan. cukup sampai di sini, pikirmu aku tidak tau  segala usahamu yang mencoba membelaku di hadapan si botak dan kepala sekolah sialan itu? Biarkan mereka mengeluarkan ku karna itulah yang ku inginkan”

Berganti, kini Sasuke memasang wajah dingin andalannya matanya menatap tajam menahan emosi yang di rasakannya ketika berhadapan dengan pemuda yang dengan gampang memainkan perasaannya.

“sampai kapan Naruto? Sampai kapan kau bersikap seperti ini padaku?”

ucap Sasuke dingin dengan kepala yang di tundukan menyembunyikan ekspresi yang sesungguhnya.

“aku tau kau marah, kecewa padaku. Aku tau Naruto! Pikirmu aku punya pilihan saat itu? Kenapa kau tak mau mendengarkan ku sedikitpun?”

Sadar bahwa tidak bisa lagi menghindar seperti biasa Naruto mengepalkan telapak tangannya kuat, dia tidak siap harus membahas hal yang akan  kembali membangkitkan kenangan masa lalu dan rasa sakit.

“a-aku aku..”

Matanya melebar saat Sasuke menarik dan mengenggam kedua kepalan tangannya dan dengan pelan mengisi kekosongan di antara ruas-ruas jarinya “aku mohon jangan seperti ini Naru, aku tau kau terluka karna perpisahan kita akupun sama. Kau mana tau serindu apa aku padamu? Di sini bukan hanya kau saja yang tersiksa Nar,  jadi ku mohon-”

Naruto menatap si raven dan menemukan kesungguhan dalam tatapan yang di berikan, bibirnya bergerak ingin mengucap namun tak satupun kalimat yang bisa terucap.

“-beri aku kesempatan untuk menebus kesalahan ku, menebus waktu yang telah terbuang sangat banyak”

“aku tidak”

“aku tau kau tidak akan bisa melupakan sakitnya dalam sekejap, cukup beri aku kesempatan. Aku akan menebusnya dengan caraku sendiri, aku akan berusaha”

tak menampik kenyataan yang ada Naruto mengangguk, ia memutuskan untuk memberikan kesempatan yang di inginkan Sasuke. Pikirnya apa yang di katakan Sasuke mungkin saja benar, ia hanya berusaha untuk melindungi dirinya sendiri selama ini dengan menghindari pemuda yang pernah berada di masa lalunya.

“oke”

Sasuke  menampilkan senyum yang jarang di perlihatkannya saat mendegar jawaban singkat nan lirih Naruto, lalu mengusap surai pirang itu lembut.

“hentikan itu  bodoh! Kau merusak rambut ku”

Naruto bersungut kesal mencoba menyembunyikan rasa malunya, sungguh ia masih belum terbiasa akan kedekatan mereka yang baru.

“kau bisa pegang janjiku, aku serius menebus semuanya”

Lima menit sebelum waktu di mana kegiatan belajar mengajar di mulai Sasuke menarik Naruto kembali berjalan bersisian kali ini dengan jarak yang sedikit lebih dekat.

“baiklah, awas saja jika ingkar ku habisi kau!”

Sesampainya di depan pintu kelas Sasuke berbalik kembali menampilkan senyum tampannya dan dengan gemas mengusap wajah Naruto “kau manis” sedetik setalahnya Sasuke demgan terburu memasuki ruangan kelas dengan wajah memerah Naruto antara kesal dan malu.

“KETUA OSIS BAJINGAN, SIALAN KAU SASUKE!!!”

Teriakan kesalnya mengejutkan penghuni kelas, berpikir Naruto membuat ulah kembali dan seperti biasa mendapat hukuman dari si ketua osis.

-

Tepat di depan pintu Naruto bersama kedua orang temannya yang tidak lain dan tidak bukan yaitu Shikamaru dan Kiba menghentikan langkah ketika mendapati seorang siswi mencegat.

“ada apa?”

menaikan alisnya heran Naruto membuka suara bertanya, semenit berlalu siswi yang mencegatnya masih bertahan dengan posisi menunduk.

“ada apa? Katakan saja, jangan hanya menunduk dan terus-terusan diam seperti itu kau menghalagi jalan”

“a-anu uhg.. itu aku, itu.. aduh”

Shikamaru dan Kiba di buat saling melirik mendapati sikap malu-malu sekaligus gugup dari siswi yang di ketahui statusnya adalah adik kelas mereka.

“sudahlah, katakan saja aku tidak akan memakan mu! Begini-begini juga aku memegang prinsipku yang tidak akan memukul jika tidak di usik”

Mengerti jika adik kelasnya itu takut  akan keberandalannya yang sudah terkenal seantero sekolah, Naruto mencoba menenangkan. Sungguh ia ingin secepatnya melangkah ke kantin karna perutnya ingin segera di isi.

“i-ini untuk mu” perlahan siswi tadi menyodorkan kotak makanan berbentuk persegi pada Naruto “umh, a-anggap saja sebagai ucapan terima kasih karna telah menolong ku pagi tadi” sambil menyodorkan bekalnya siswi itu mendongak mempelihatkan wajah yang sedari tadi di tunduk kannya

Melihatnya Naruto berseru “oh! Kau siswi yang tadi pagi”

“umh iya itu aku, i-ini terimalah”

Terburu-buru Naruto meraih kotak yang di sodorkan dengan senang hati moodnya semakin membaik walau ujung bibirnya harus terluka karna perkelahian pagi tadi  sebab menolong si adik kelas.

“wahh terimakasih, terimakasih. Kau baik sekali..”  Naruto menepuk jidatnya sadar tak mengetahui nama si pemberi bekal “.. Hinata” sahut Naruto kemudian setelah membaca name tag di seragam siswi itu.

“semoga kau menyukainya”

“dia pasti menyukainya, apalagi kau memberikan secara Cuma-Cuma”

Hinata tersenyum sedikit, Naruto memukul kepala Shikamaru dengan kuat karna perkataan temannya barusan.

“kalau begitu a-aku permisi”

Hinata berpamitan tak sanggup berlama-lama berhadapan dengan kakak kelas kesukaannya sejak insiden pemalakan para preman terhadapnya.

“oke, lain kali berhati-hatilah jangan melewati gang sebelah sekolah lagi jika seorang diri”

Naruto melambai  ke arahnya membuat Hinata semakin tersipu malu.

Baik Naruto ataupun Hinata bahkan Shikamaru dan Kiba tak menyadari di ujung belokan seorang pemuda berwajah datar tengah menatap kesal ke arah mereka.

tepatnya pada Hinata dan Naruto sambil membuang kotak bento ke dalam tempat sampah.

****

Jangan lupa cek mulmed yah, saya nyelipin lagu tiap chapter kiranya nyambung dikitlah 😅 btw sama kayak cerita punya ku yg sebelumnya, cerita ini pun sebelum di buat saya udah punya endingnya bahkan sebagian udh saya ketik 🤭

Just,Stop!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang