Pain And Tears

7.1K 712 22
                                    


Di umurnya yang baru saja menginjak 5 tahun, Naruto harus rela hidup terpisah dan tinggal jauh dari saudara dan kedua orangtuanya.

Dalam hati timbul pertanyaan yang selalu sama.

“kapan aku bisa pulang? Kenapa ayah dan  ibu  membawa ku tinggal seorang diri bersama grandma?”

“mungkin karna aku nakal” pikir Naru kecil saat itu.

Maka karna dari itu Naruto yang telah setahun menetap di negara sang nenek berusaha untuk menjadi anak baik, tidak nakal dengan menuruti semua ucapan sang nenek dan menjauhi apa yang di larang oleh beliau.

Pikirnya dengan begitu ia bisa membuktikan kepada orangtuanya bahwa ia adalah anak yang baik, dan berharap bisa kembali tinggal bersama dengan keluarganya yang utuh.

Namun setelah dua tahun berlalu harapan tinggalah harapan.

Walau sering berkunjung kedua orangtuanya tak pernah mengajaknya untuk kembali bersama, kembali Naru yang telah berumur 7 tahun itu berpikir bahwa mungkin itu karna ia yang bodoh dan tak sepintar kakaknya yang memenangkan berbagai lomba seperti yang selalu di bicarakan ayah dan ibu setiap kali berkunjung.

“grandma, aku ingin sepintar kakak” ucapnya pada sang nenek yang saat itu menemaninya makan.

Mendengar ucapan polos cucu kesayangannya, wanita paruh baya yang masih terlihat bugar itu tersenyum hangat.

“kau bahkan bisa lebih pintar dari dirinya sweet heart, cukup dengan menjadi dirimu sendiri jangan memaksakan diri okay”

Setelahnya si kecil memutuskan untuk mengikuti berbagai les agar ia bisa sepintar sang kakak, kendati pun harus merelakan waktu bermainnya dan merasa lelah dengan segala rutinitasnya tersebut si pemilik senyum sehangat matahari tak pernah mengeluh.

Sayangnya Naruto harus merasakan kecewa yang lebih besar dari sebelumnya, setelah tak bisa menahan diri untuk mendengar langsung ajakan kedua orangtuanya, Naru yang telah berumur 10 saat itu memutuskan untuk bertanya mengenai rencana kepulangannya pada sang ibu yang mana selama dirinya berada jauh dari sisi wanita yang melahirkannya itu tak pernah menyinggung atau menyampaikan  niatnya membawa Naruto kembali.

“ada apa sayang? Kenapa mengajak ibu ke sini”

Kushina menghampiri sang anak, melihatnya senyum ceria terukir indah pada bibir mungil Naruto.

“oh ibu, Naru ingin menghabiskan waktu bersama ibu. Temani Naru yah, bu”

“maaf sayang, untuk sekarang ibu tidak bisa. Kau tau kan keadaan kakakmu tidak baik setelah sampai kemarin, ibu harus menemani kakakmu”

mencoba membuat pengertian pada anaknya, wanita tersebut mengelus surai Naruto perlahan.

“sebentar saja, apa tidak bisa?” kembali mendapat penolakan yang sering terulang itu Naruto mendudukan kepalanya bertanya dengan nada sendu.

“maafkan ibu sayang, mengalah sekali ini pada kakakmu”

Mendengarnya, kepala yang tadinya tertunduk itu kembali tegak.

“apa tidakkah cukup aku selalu mengalah, mengapa selalu Naru kenapa tidak kakak saja yang mengalah padaku? Bukankah kakak sudah banyak menghabiskan waktu bersama ibu di jepang, sekarang saat kalian ke sini kenapa ibu masih acuh pada Naru”

“sayang kau tak boleh berbicara seperti itu, maafkan ibu okay? Kau tau keadaan kakakmu yang sesungguhnya seperti apa kan?! Ibu janji setelah keadaan kakakmu membaik kita kan menghabiskan waktu bersama sepuas mu”

Just,Stop!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang