What Do I live for

6.5K 619 154
                                    

“kau yakin tidak ingin pulang bersama kami saja Nar?” Tanya Kiba untuk kali kedua yang di jawab dengan anggukan tegas Naruto “ingin kami temani sampai Gaara datang?”

“kalian pulang saja, Gaara sedang menuju ke sini”

“baiklah, tetap di sini sampai Gaara tiba. Langit tengah mendung mungkin akan turun hujan, hubungi kami jika si monster merah itu lama menjemputmu”

Dengan begitu Shikamaru berjalan menyusul Kiba setelah keduanya melambai pada Naruto.

“sampai jumpa besok Nar”

“jadilah anak baik sampai Gaara menjemputmu, bye”

Naruto melarikan pandangan ke segala arah setelah mobil yang di kendarai temannya tadi meinggalkan area sekolah.

“dia menunggu ayah?” Tanya Naruto pada dirinya sendiri melihat di gerbang sana sang kakak tengah berdiri melihat kendaraan yang lalu lalang melewatinya “tcih, dasar manja”

“lima belas menit dan Gaara masih belum juga sampai, sialan. Aku benci menunggu seperti orang bodoh begini”

Naruto memandang sekitarnya kesal lalu beranjak dari sana, matanya tertuju pada punggung Haruto yang tengah menunduk memainkan ponsel di tangannya.

“dan sebentar lagi akan hujan” Naruto kembali bergumam, sejujurnya ia sangat bosan saat itu “orang itu bodoh atau tidak tau cara mengendarai mobil? Mobil jele-“ terdiam sebentar Naruto dengan cepat berbalik ke arah dimana Haruto berada “shit!”

Dengan begitu Naruto berlari dengan kekuatan penuh ke arah dimana Haruto berada.
.
.
.
Penglihatannya menggelap, Haruto kehilangan kesadarannya.

Rasanya seperti de javu bagi Haruto, saat dulu Naruto mendorongnya seperti apa yang sedang terjadi kini. Naruto mendorong  Haruto kembali, tentunya untuk menyelamatkan nyawa pemuda sakit-sakitan itu walau harus bertaruh dengan luka dan sakit yang di dapatkan pada tubuh ringkihnya sendiri.

“dia mendorong Haru, astaga tega sekali!”

Di sana Naruto hanya berdiri tercengang mendengar sahutan-sahutan murid yang bersatu menyalahkannya.

“Naruto.. dia mencelakai saudaranya sendiri”

Padahal tubuhnya juga merasakan sakit yang sama, ia pun terluka akibat aksinya yang barusan.

“aku melihat dia mendorong Haru begitu keras sampai jatuh terbentur batu dan berdarah”

Naruto masih berdiri membantu di sana kala seseorang berteriak dengan kencang menyuruh untuk menghubungi ambulance.

“apa kalian tuli?? Hubungi ambulance sekarang!!”

Telinganya seakan tuli akan sekitarnya, suara yang berteriak tadi mulai menghilang tergantikan  dengan adanya cekalan pada tangannya.

“kau.. Naruto, katakan padaku bahwa apa yang baru saja terjadi sunguh-sungguh ketidaksengajaan, katakan padaku bahwa kau tidak melukai saudaramu sendiri Nar, kau mungkin saja membencinya tapi kau tidak benar-benar berniat mencelakainya kan hmm?”

“ap-apa..”

Sasuke yang mencengkeram tangannya dengan kuat itu berteriak meluapkan emosinya, ia menampik pernyataan sekitarnya yang menyudutkan Naruto tapi apa yang terjadi seakan memang kenyataan yang sebenarnya.

“KATAKAN NAR! KATAKAN BAHWA APA YANG TERJADI SEKARANG BUKAN DI LAKUKAN DENGAN SENGAJA! KAU TIDAK MELUKAI ORANG DENGAN SENGAJA BAHKAN SAUDARAMU SENDIRI PUN NARUTO!!”

Ia ingin membantah, ingin mengatakan apa yang sebenarnya adalah dia yang mendorong saudaranya semata-mata untuk menolong Haru dari kendaraan yaang berlalu hampir menabrak kakaknya, namun dia tidak bisa. Mulutnya enggan terbuka membela dirinya sendiri, rasanya percuma saja.

Pikirnya siapapun tidak akan ada yang percaya padanya, Naruto sedikit terbatuk tapi masih tak  menunjukan reaksi berlebihan.

“Naruto.. aku tau kau merasa kecewa tapi tidak begini caranya untuk membalas! Aku, Haruto bahkan kedua orangtuamu berkali-kali meminta maaf dan benar-benar menyesal tapi kau sama sekali tidak mengindahkan itu dan terus-menerus berbuat ulah. Dan sekarang kau mencelakai saudaramu sendiri, Naruto.. kau seperti bukan diri mu” Sasuke menggeleng pelan “kau seakan bukan lagi Naruto..”

Pupil matanya melebar, Naruto terkejut mendengarnya walau masih belum berekspresi. Namun begitu rasa sakit di hatinya terasa dua kali lebih menyakitkan.

“Katamu aku bukan lagi Naruto, katamu  Naruto bukan sepertiku. Lantas apa Naruto yang di maksud sudah mati?”

“Naru kecil yang ku kenal tidaklah seperti ini, Naru yang ku kenal adalah si ceria yang tak mungkin berperilaku segila ini ini, kembali lah Nar. Harus berapa kali aku memohon padamu agar kau mengerti, huh. Apa lagi yang harus ku lakukan agar kau berhenti bersikap seperti ini”

”dia sudah mati, kalian membunuhnya. Maka Naru yang sekarang juga harus mati”

Tidak, apa yang baru saja di ucapkannya tidak pernah terdengar oleh pemuda raven itu. Naruto hanya memperdengarkan ucapan itu pada dirinya sendiri, jawaban dari Sasuke.

Selesai dengan melampiaskan segala yang di rasakan oleh hatinya, Sasuke melapas cekalannya pada tangan Naruto dan pergi bersama rasa kecewa yang melanda akan sikap Naruto.

Langit berubah mendung menjatuhkan tetesan-tetesan hujan yang semakin lama semakin deras mengguyur tubuh ringkihnya.

“haha.. ha.. ha.. hahahaha” layaknya orang yang kehilangan kewarasan, di bawah guyuran air hujan Naruto terbahak begitu kencang, Namun begitu raut wajahnya masih tak menunjukan ekpresi berarti “ya.. Naru kecil sudah mati.. Naru yang sekarangpun akan berakhir mati juga”

Hingga dimana waktu berlalu tanpa Naruto pusing memikirkannya, kaki-kaki lemah itu berjalan terhuyung menuju kamarnya.

kau seakan bukan lagi Naruto..

Suara yang sama terdengar nyaring di telinganya bahkan saat ia tengah sendiri.

"Naru yang ku kenal adalah si ceria yang tak mungkin berperilaku segila ini"

Senyum pedih terlihat jelas di wajah sendu Naruto "lantas Naruto yang ini bagaimana? A.. Haha.. Ha.. Aku memang gila" Naruto mengangguk paham.

Masih dengan seragamnya yang basah Naruto berjalan memasuki ruangan yang lebih kecil di kamarnya "ya ya ya" kekehan lemah terdengar setelah Naruto menyambar benda yang di simpan dengan baik di laci kecil kamarnya "tidak ada yang menginginkan orang gila sepertimu, Nar"

"Naruto.. aku tau kau merasa kecewa tapi tidak begini caranya untuk membalas!"

Suara itu kembali terdengar di telinganya,  membuat airmata berlomba-lomba mengaliri pipinya walau senyum pedih masih bertahan.

"Tidak ada yang tau" kepalanya di gelengkan perlahan "tidak ada yang tau bagaimana aku harus tenggelam di kubangan hitam ini"

Seakan tidak cukup basah akan guyuran hujan tadi, Naruto tanpa melepas satu helai pakaiannya menceburkan dirinya ke dalam bathtub

"What Do I live for?"

Bersamaan dengan pertanyaan bernada lirih itu, kenangan-kenangan menyedihkan yang kembali terbayang serta bisikan-bisikan yang menemani Naruto di kubangan hitam selama hidupnya itu terdengar.

"To die"

Bisikan di telinganya membuat Naruto menarik goresan yang dalam di pergelangan tangannya dengan benda yang di ambilnya tadi.







Dua chapter lagi bakal tamat. Atau, bisa jadi chapter depan bakal tamat ✌️😁

Just,Stop!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang