The Fault

7.3K 772 149
                                    


“AWASSSS!”

Teriakan membahana Naruto terdengar sambil berlari menubruk saudara kandungannya yang tengah berdiri beberapa meter darinya.
 
PRANKKK

Bersamaan tubuhnya yang tersungkur ke lantai Haruto dengan jelas melihat Naruto berdiri dengan tangan yang terkepal kuat, wajah marah yang terlihat menakutkan bersaman dengan urat-urat di dahinya yang terlihat menonjol  menahan amarah sekaligus rasa sakit.

Di pelipisnya darah segar mengucur deras.

“N-naru..”

Haruto menatap terkejut antara adiknya dan pecahan pot bunga yang tadinya akan menimpa dirinya kini menimpa sang adik yang lebih dulu mendorongnya.

“brengsek!!”

Kepalanya berdenyut sakit, pandangannya pun sudah mulai terlihat buram. Namun begitu masih terlihat jelas bagi Naruto sebelumnya di atas sana seseorang akan melemparkan pot beserta bunganya ke arah bawa dimana Haruto berdiri.

“kau mendorong kakakmu sendiri?  Naruto kau!!”

Berlari sekencang mungkin Naruto tak memedulikan Sasuke yang baru saja datang dan mungkin akan berpikir bahwa ia kembali mencelakai saudaranya.

“mati kau di tanganku”

Naruto masih berlari mengejar si pelaku yang di pastikan telah melarikan diri dari tempat melempar sebelumnya.

“kau baik-baik saja?”

Sasuke menghampiri Haruto  yang masih bertahan pada poisisnya yang tersungkur di lantai “bangunlah, jangan bertahan di sana itu sangat kotor”

Sasuke berbicara sambil membantu Haruto bangkit dan membersihkan  pakaian belakangnya yang sedikit kotor.

“Naruto.. bukan dia-“

“diamlah”

dengan dingin Sasuke menatap ke arah depan dimana Naruto tadi berlalu “tidak perlu selalu membelanya bahkan di depanku sekalipun”

Selesai dengan kegiatannya memastikan keadaan tubuh Haruto baik-baik saja tanpa terluka sedikitpun Sasuke masih dengan wajah datarnya yang terlihat kesal menyahut “kembalilah ke kelasmu lebih dulu, aku akan menyusulnya”

Haruto menghentakan kakinya kesal sambil menggerutu, cemas akan keadaan adiknya terlebih saat pemuda berwajah datar tadi terlihat salah paham akan keadaan yang terjadi sebenarnya.

“pikirmu kau akan kemana?”

dengan kaki-kaki panjangnya Sasuke bisa dengan mudah mengejar Naruto yang berlari lebih dulu.

“lepaskan tanganmu dari ku”

Naruto masih bersikeras mengejar seseorang yang entah siapa itu, mencoba menghempaskan cekalan Sasuke di tanganya namun berakhir dengan tubuhnya yang di balik kan dengan paksa.

“kau membuatku kehilangan orang itu” suara Naruto terdengar datar seperti raut wajahnya yang terlihat sama.

“kehilangan orang itu?” Sasuke masih memojokkan Naruto di antara dinding dan tubuhnya “jangan mengalihkan perhatian, tak usah mengelak. Aku tau, kau kan yang mendorong Haruto hingga tersungkur ke lantai?”

Naruto mengangguk kepala seakan paham akan apa yang baru saja terjadi.

“aku memang mendorongnya tapi..”

“kau mendorongnya, ya. Cukup sampai di situ aku paham.  kau marah kesal ataupun kecewa padaku jadi  lampiaskan dengan ku, aku alasan semua kemarahan mu kan? Bukan Haruto. kau mencelakai saudaramu sendiri. Naruto bukankah kau sadar keadaan fisik Haru yang lemah? Kenapa kau begitu tega terhadapnya?”

Masih dengan jarak yang begitu dekat Naruto dapat melihat dengan jelas emosi yang terpampang nyata pada raut wajah Sasuke, terkekeh sebentar Naruto lalu dengan berani menatap pemuda itu tepat di mata.

“kau menuduhku, menyimpulkan semuanya seenak hati tanpa tau kejadian yang sebenarnya” Naruto membuat wajah terkejut yang di buat-buat “waaw, inikah ketua osis yang di bangga-bangga kan itu?”

“berhenti bermain-main dengan ku, apa yang aku katakan adalah apa yang terjadi sebenarnya. Kau.. berhentilah dengan rasa dendam serta kebencian  tidak berdasarmu, itu kekanakan”

Di katakan rasa dendamnya begitu kekanakkan emosi yang sedari tadi coba di redamnya akibat rasa pening dari luka di kepalanya meluap begitu saja, dengan sekuat tenaga yang tersisa Naruto mendorong Sasuke dari hadapannya tak ingin melihat wajah memuakkan itu.

Naruto tertunduk, aura yang di keluarkannya terasa gelap menyesakkan “kau mengatakan dendam ku kekanak kan? TAU APA KAU DENGAN DENDAM KU HAH?? TAU APA KAU TAU TENTANG RASA SAKIT KU KAU BAJINGAN?! TAU APA KAU BAGAIMANA RASANYA DI BUANG DAN SECARA TIBA-TIBA  KEMBALI DI PUNGUT??”

“Naruto kau-“

BRUKKK

Belum selesai dengan rasa terkejutnya akibat Naruto yang menggila secara tiba-tiba, Sasuke harus merasakan pukulan yang mendarat tepat di wajahnya.

“kau membuatku muak ketua”

Kiba yang baru saja memukulnya itu memandang Sasuke datar.

“kurang ajar”

bangkit, Sasuke mencengkeram kerah baju Kiba marah karna memukulnya mendapat respon tak berarti.

“katakan itu pada dirimu sendiri, kau menuduh Naruto begitu saja tanpa mendengar penjelasannya terlebih dahulu saat yang sebenarnya dia telah menolong kekasih hati mu itu”

Sasuke mengeratkan cengkeramannya “apa yang kau katakan”

“kau menuduhnya, kau ini buta atau apakah? KAU MENUDUHNYA SAAT DI SINI DIA YANG TERLUKA KARNA MENOLONG SIALAN ITU BAJINGAN”

Cengkeramannya mengendur Sasuke kehilangan fokusnya sesaat.

“cukup Kiba”

Dari belakang Shikamaru berseru mencoba menghentikan Kiba yang akan kembali melayangkan pukulannya.

“Naruto pingsan, bantu aku membawanya ke uks kita juga perlu mengobati kepalanya yang terluka”

Seakan tersadar kedua pemuda itu berbalik mendapati Naruto yang sempat menggila tadi kini tak sadarkan diri dalam dekapan salah satu dari dua temannya selama ia bersekolah.

Dengan cepat Kiba yang tanggap akan keadaan itu membawa Naruto di punggungnya berlari ke arah dimana uks berada.

“mau kemana ketua?”

Shikamaru menyahuti Sasuke yang mengambil langkah mengikuti Kiba.

“aku..”

“menyusul Kiba? Itu tidak perlu. Bukankah yang membuatnya kehilangan kendali hingga tak sadar diri seperti sekarang adalah dirimu?”

Tak ingin mengindahkan ucapan yang sepenuhnya adalah fakta Sasuke mengambil langkah pergi yang di halangi Shikamaru dengan sigap.

“jangan menyusulnya ketua” wajah dan suaranya masihlah seperti biasa namun siapapun bisa melihat jelas tatapan marah di mata Shikamaru “kembalilah bersama kekasih mu ketua dia lebih membutuhkanmu, Naruto memiliki aku dan Kiba serta Gaara yang tak pernah menganggap dendam dan semua rasa sakitnya hanya emosi kekanakan semata”

Menghiraukan ketua osis sekolahnya yang diam tercekat dengan cepat Shikamaru mengambil langkah seribu pergi dari sana, sungguh ia sangat mengkhawatirkan temannya.

“bagaimana? Puas membuat Naruto menggila? Puas kembali menggores lukanya?”

Kepalanya yang tertunduk linglung menatap sepasang kaki dengan sepatu senada dengan warna surainya, Gaara.

Tak ada kemarahan pada nada suaranya pun raut wajahnya, di ujung bibirnya tersungging sedikit senyum.  Sasuke mengepalkan tangannya, untuk kali kesekian  ia di remehkan.


***

mau pamit hiatus 🙃
Seminggu ke depan ujian finnal, seminggu kedepannya lagi mau perbaikin nilai 🙂 kalo sempet saya usahin update kok ☺️

See you next chap

Just,Stop!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang