Please, Don't Go.

6.6K 645 105
                                    

Langkahnya terburu, dengan cepat memasuki kamar dengan pintu yang tak terkunci.

“Naruto..”

Gaara memandang ke segala arah, tak juga menemukan sedikitpun jejak dari orang yang di cari hingga tatapannya jatuh pada pintu kamar mandi di ujung.

Perasaan Gaara semakin tidak menentu,  satu langkah memasuki ruangan kecil itu geraknya  terhenti.

“tidak tidak, tidak. Ini salah, tidak”

Gaara Menggeleng sekencang mungkin mencoba menentang apa yang ia lihat di sana adalah kenyataan.

“ tidak, tidak ku mohon Naruto jangan mempermainkanku seperti ini”

Gaara jatuh bersimpuh di atas kedua lututnya, bathtub berisi air yang sudah berubah warna tak di hiraukannya.  Kedua tangannya yang bergetar mengerakan tubuh yang mulai kehilangan kesadaran itu dengan kuat.

“N-naru.. hey Naruto sadarlah!! Naruto ini tidak lucu, sungguh”

Tangannya beralih ke wajah pucat Naruto “sadarlah bodoh, Naruto!!” suaranya parau, Gaara di buat ketakukan melihat fakta di depan mata.

“jangan menakut-nakuti ku seperti ini”

Tanpa di sadari airmata jatuh berlomba-lomba menyusuri kedua pipinya.

“TIDAK NARUTO!! BANGUN SIALAN”

Terdapat luka melingkar yang dalam pada Pergelangan tangannya, darah membuat warna air berubah merah. Tubuhnya lemas dan mulai dingin, matanya sudah terpejam tak mau membuka.

Gaara membawa tubuh yang sudah kehilangan banyak darah itu ke dalam dekapannya, merobek ujung kaus yang di gunakannya, lalu membalut luka Naruto erat guna menghentikan pendarahan. Gaara ketakutan setengah mati, tubuhnya tremor, walau begitu dengan langkahnya di buat secepat mungkin untuk membawa Naruto pergi.

Ia membutuhkan pertolongan, untuk dirinya sendiri yang ketakutan dan untuk sumber ketakutannya itu.

Rumah sakit merupakan pilihan terbaik dan satu-satunya yang di perlukan, dengan begitu mobil yang di kendarainya melaju secepat mungkin.

Sedangkan di lain sisi, dengan dahi yang di lilit perban Haruto berjalan secara perlahan keluar dari ruangan serba putih, tak henti-hentinya memarahi Sasuke yang salah paham atas dia dan adiknya.

“aku tidak mau tau, pokoknya kau harus meminta maaf setelah ini karna menuduh Naruto yang tidak-tidak”

“ya, itu pasti. Lagi-lagi aku membuat kesalahan padanya, maafkan aku” Sesal Sasuke “entah, akupun kurang yakin Naru akan memaafkan aku yang seperti ini”

“hanya pergilah meminta maaf pada Naruto” Haru menepuk pelan bahu Sasuke “Naru mungkin sudah di rumah, ikutlah dan selesaikan kesalahpahaman kalian”

“baiklah, lebih cepat lebih baik. Tunggulah di sini aku akan menebus obat untuk lukamu terlebih dahulu”

Sepeninggalan Sasuke, sulung Namikaze mengedarkan pandangannya ke segala arah memandangi lalu lalang kesibukan di sana.

“TOLONG.. TOLONG SELAMATKAN DIA”

Suara teriakan menggila terdengar menarik atensi Haruto dan semua orang yang berada di sana.

“SIAPAPUN TOLONG AKU”

“i..itu”

Para perawat dan suster yang mendapati keadaan tersebut dengan cekatan menangani seseorang yang sudah tak sadarkan diri dalam gendongan pemuda yang berteriak dan menempatkannya pada brankar lalu mendorongnya pergi.

“t-tidak mungkin, Naru..”

Saat tubuh tak  sadarkan diri tersebut berlalu, dengan itu Haruto berharap bahwa apa yang di lihatnya bukanlah kenyataan. Namun, apa yang terjadi adalah yang sesungguhnya. semua terlihat jelas ketika Haruto dengan sendirinya mengikuti brankar yang di dorong cepat oleh para tenaga medis bersama seorang pemuda bersurai merah bata. 

“Gaara!”

Yang di panggil menghentikan langkahnya saat tubuh tak sadarkan Naruto di bawa memasuki ruangan yang tak membolehkanya ikut masuk.

“a-apa yang terjadi, kenapa.. kenapa, ada apa dengan Naruto? Bajumu, bajumu kenapa penuh noda darah.. katakan pada ku apa yang sebenarnya terjadi??”

“jangan bertanya sebodoh itu, pergilah sebelum aku membunuhmu sialan!”

Kepalang panik, Haruto tak menanggapi ancaman Gaara padanya “cukup katakan padaku ada apa? Aku khawatir pada adik ku!” bayangan wajah pucat Naruto terlintas membuat Haruto tremor.

“Naruto sekarat, dia di ambang kematian. Dan itu karna sesuatu atau karna seseorang, dan jika aku sudah mengetahui penyebabnya maka sesuatu atau seseorang itu akan mati di tanganku-”

Dan di keadaan yang seperti sekarang Gaara harus mati-matian mempertahankan kewarasannya untuk seseorang yang menjadi alasannya berpikiran waras.

“-sekarang diam jika kau ingin tetap di sini dan menunggu Naruto di tangani, atau kau bisa pergi jika ingin. Jangan sampai aku membuat tubuh penyakitanmu terbaring di salah satu ruangan di rumah sakit ini”

“aku.. aku akan menunggu di sini sampai Naru selesai di tangani”

Dengan begitu Haruto mendudukan dirinya pada kursi tunggu di sebrang Gaara yang seketika diam dengan kepala yang di tundukan, tak lupa untuk mengabari kedua orangtuanya juga pemuda Uchiha yang mungkin saja tengah mencarinya.

“Gar/Gaara”

sahutan yang terdengan serentak itu membuat Haruto memalingkan wajahnya, mendapati kedua orang teman Naruto menghampiri.

“…”

“bagaimana dengan Naruto?”

“sedang di tangani”

Jawaban dengan suara lemah dari pemuda yang tak pernah terlihat sekacau sekarang, membuat Kiba menghela cemas.

Sedang Shikamaru menatap tak suka pada Haruto “ku harap dia baik-baik saja” gumam Shika melarikan pandangannya pada pintu ruangan Naruto berada.

“dia harus”

Kiba menepuk bahu Gaara, sangat tau bagaimana kacaunya pemuda itu.

Dalam diam Gaara memproses informasi  yang baru saja di dapatinya ketika getaran pada ponselnya di rasa, pandangan matanya semakin tajam dan berdiri dengan kasar dari tempatnya.

“Haru, ada apa?”

Di ujung koridor Sasuke berjalan tergesa, membuat keempat pemuda di sana berbalik ke arahnya.





















Ada yang nungguin gak?  😅
Ini pendek, karna emg sengaja. Mau di jadiin satu chapter tapi kepanjangan, ntar malah pada bosen bacanya.
Jangan lupa cek mulmed nya yah, setiap chapter di selipin lagu. 😉

See you, next chapter. 👋

Just,Stop!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang