Haruto yang melihat adiknya berjalan seorang diri di tengah koridor sepi itu melangkah cepat menghentikan adik yang sudah beberapa hari menghindarinya dan berhasil membuat ibu mereka terus-terusan menangis setiap harinya memikirkan si bungsu.“Naruto, berhenti”
Tak mendapat respon Haruto dengan cepat menarik lengan Naruto dan mendapat sentakan kuat setelahnya.
“jangan menyentuhku!”
“aku tidak akan melakukanya jika kau ingin mendengarkanku sebentar saja”
Naruto mengeryitkan alisnya “apa lagi yang harus aku dengarkan dari pembohong seperti mu?”
“bisa berhenti menghindar? Baik, aku akan dengan senang hati menerima semua tuduhan yang kau berikan, hanya tolong dengarkan apa yang di katakan ibu. Tolong bersikap baiklah pada ibu kita, jangan lagi menyimpan kebencian untuk orangtua kita. Jangan seperti ini Nar, jangan menyimpan dendam yang sia-sia”
“pikirmu aku seperti ini berkat ulah siapa? Itu kau!” Naruto menatap tajam Haruto “orang yang menjadi penyebab aku di buang itu kau! Orang yang membuatku menyimpan dendam pada kedua orangtua ku sendiri itu kau! Orang yang membuatku membenci tanah kelahiranku sendiri itu kau! Kau adalah orang yang menyebabkanku hancur luar dalam, kau dan penyakit sialan mu itu!!” aku Naruto membuat saudaranya itu terperangah
“kau mendapatkan kasih sayang sama besarnya dari Grandma, kau sepenuhnya mendapatkan hal yang sama dari kedua orangtua kita dengan sangat banyak tanpa menyisahkan sedikit saja untuk ku, dan sekarang-“
matanya memerah sepenuhnya menahan airmata, Naruto tak lagi memedulikan sekelilingnya yang mulai mendapatkan atensi banyak orang.
Dadanya terasa sangat penuh, sudah terlalu lama ia memedamnya seorang diri. Tersalahkan, sakit, dan di benci seorang diri, sudah saatnya orang-orang mengetahui apa yang di rasakannya.
“-kau dan tubuh penyakitanmu itu dengan mudahnya menghancurkan setitik kecil kebahagiaan yang sangat susah ku dapatkan, kau memiliki segalanya tapi apa? Kau tak pernah puas! Kau merebutnya, kau mengambil dia dari ku dan menjadikannya milik mu seorang walau kau tau dia adalah harapan terakhirku!”
Dalam hatinya Haruto tak memungkiri bahwa apa yang di katakan Naruto padanya sangat menyakitkan, faktanya dulu saat dirinya masihlah bocah kecil mengatakan keiriannya pada sang ibu ketika melihat adiknya sangat aktif saat itu berbeda dengannya. Yang pada akhirnya membuat kedua orangtuanya memutuskan memisahkan mereka dan memilih fokus pada si sulung dan penyakitnya.
“aku tidak!” sanggah Haruto tegas “aku tidak pernah sedikitpun ingin merebut semua kasih sayang ayah dan ibu darimu, bukankah kau sendiri yang tidak ingin kembali saat aku berkali-kali meminta mu kembali? Bukankah kau mengatakan bahwa kau mengerti akan keadaan saat itu? Nar, aku ini kakak mu. Aku tidak akan sejahat itu, dan untuk pertunangan, itu bukan atas keinginanku seorang diri saja. Jauh sebelum kau kembali pertunangan itu sudah begitu lama di rencanakan”
“haha.. berhentilah untuk terlihat tidak bersalah, kau hanya tidak ingin dia berakhir bersamaku dan merencanakan pertunangan bodoh itu untuk di laksanakan. Kakak katamu? Lalu kakak mana yang dengan teganya menghancurkan kebahagiaan adiknya sendiri?”
Naruto tertawa keras lalu menghapus lelehan airmatanya di pipi dengan kasar “Kau merasa semua itu wajar hmm, kau sendiripun tau bahwa selama lima tahun aku merindukan kedua orangtua ku tapi mereka tidak! Aku ingin kembali tapi tidak ada yang mau menerima ku! Lalu apa namanya kalau bukan di buang? Kau bilang memintaku kembali? Pikirmu aku masih ingin kembali setelah mengerti bahwa kalian tidak mengaharapkan ku, pikirmu aku kembali karna keinginan kedua orangtua mu? Tidak, itu semua karna Grandma!”
Dari arah yang berlawanan kedua orang pemuda melangkah cepat menghampiri kedua kakak beradik yang berada di tengah kerumunan siswa.
“Naruto..”
“itu semua karna Grandma! Karna Grandma yang khawatir dengan cucunya yang sakit jiwa ini!” terang Naruto membuat siapa saja yang mendengarnya terkejut “karna cucu berandalannya ini sakit jiwa dan ingin di sembuhkan!”
“Naruto!”
panggil Sasuke membelah kerumunan dan mencoba mendekat pada si surai pirang yang sangat kacau.
BUKKKKGH
Namun sebelum benar-benar bisa menyentuh tangan gemetar milik Naruto, Sasuke terdorong ke belakang dengan sangat cepat saat mendapati tinjuan yang begitu keras pada ujung bibirnya.
“sentuh dia sedikit saja, aku pastikan kau dan si penyakitan sialan itu tidak akan bernyawa sebelum hari berganti malam”
Gaara yang tiba bersamaan dengan Sasuke dari balik punggung Naruto itu menatapnya dingin dengan aura mematikan miliknya membuat suasanya menakutkan.
“bubar!”
Lalu saat perintahnya keluar seketika kerumunan siswa berhamburan dengan Naruto yang di Tarik dan di dekapnya dengan erat.
“Gaara-nii, Naru tidak kuat lagi”
Sasuke yang masih bisa mendengar suara lirih Naruto itu mengepalkan tangannya kuat melihat Naruto kembali pada keadaan lemahnya membuat hatinya bagaikan di remas kuat, sedang Haruto sendiri tanpa bergerak sedikitpun menangis dalam diam. Menyesal dan merasa bodoh memperlakukan adiknya sendiri sampai seperti itu.
“kita pergi sayang”
Lalu tanpa meminta persetujuan dari yang lebih kecil, Gaara membawa tubuh Naruto di gendongannya pergi.
“berhentilah menangis, kembali dan tenangkan dirimu. Untuk sementara waktu jangan temui Naruto dulu, kau dan dia butuh waktu” ujar Sasuke masih dengan matanya yang menatap kepergian dua orang tadi tanpa melirik sedikipun pada Haruto.
“AAARRGH”
Teriak Haruto menjambaki rambutnya sendiri, tubuhnya merosot jatuh dengan lemah pada lantai koridor saat Sasuke juga melangkah pergi.
Stay safe kalian semua 💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Just,Stop!
FanfictionNamikaze Haruto & Naruto Uzumaki. Adalah dua bersaudara dengan penggunaan marga yang berbeda, sikap dan sifat yang berbeda pula. Dua bersaudara dengan masing-masing rasa iri yang terpendam. Bersama Haruto sang murid favorit, hadir pula idaman pa...