Naruto terbangun esok harinya dengan kepala yang berdenyut sakit, matanya berlarian ke segala arah mendapati bahwa dia sekarang tengah berada di kamarnya sendiri.
"sialan"
Umpatan kesal terdengar di kamar sunyinya, mata Naruto menerawang mencoba mengingat kembali kejadian semalam.
"apa ini waktunya?"
Hati dan pikiran Naruto berkecamuk, ingatan-ingatan samar di kepalanya semakin jelas. Ya, Naruto sadar dan mendengar jelas akan tangis penyesalan kedua orangtua serta Haruto yang berakhir menemaninya tidur semalam dan dengan segera beranjak pergi sebelum Naruto terbangun dari tidurnya pagi ini.
"shit! Terserah sajalah"
Naruto masih belum bisa menyatukan hati dan pikirannya untuk berada di satu keputusan dan itu makin membuatnya semakin kesal.
"oh, kau sudah bangun?" seorang pemuda yang beda setahun dengannya memasuki kamar Naruto dan meletakan punggung tanganya pada dahi Naruto untuk mengecek suhu badannya "bagaimana? apa kepalamu terasa sakit?" Naruto tak mengelak seperti biasa.
"Nar, kau okay?" dapat Naruto lihat raut khawatir sang kakak mendapatinya hanya terdiam "kau harus minum obat, semalam kau demam. Tunggu di sini sebentar, aku akan memanggil ibu biar kau makan di kamar saja"
Naruto masih saja diam bahkan setelah Haruto berlalu pergi dan kembali bersama kedua orangtuanya yang mengantarkan makanan di atas nampan dengan terburu.
"astaga sayang demammu masih belum reda, cukup di tempatmu saja biarkan ibu yang menyuapi"
Naruto tertegun menatap ibunya dalam diam, ayahnya yang melihat itu dengan cepat menyamankan posisi si bungsu.
"ayah tau, kau masih enggan untuk menerima permintaan maaf kami. Tapi untuk kali ini, ayah mohon jangan menutup diri dan biarkan ayah dan ibu menebusnya"
"ayah benar Nar, dan aku akan berlaku sama"
Haruto membenarkan perkataan sang ayah saat adiknya itu masih saja betah menutup rapat mulutnya, tak tau saja kalau si pemilik surai pirang tengah bergelut dengan hati dan pikirannya.
"sudah, sudah. Jangan berbicara terus, biarkan Naru kita makan dan meminum obatnya" dengan senyum merekah Kushina menengahi "nah.. sayang ayo buka mulutmu, biarkan ibu menyuapimu hmm"
Minato yang duduk pada pinggiran Kasur bersama istrinya itu tersenyum lega sekaligus bahagia, melihat Naruto menerima suapan ibunya dengan baik walau masih bertahan dalam diam.
"bagus, sekarang habiskan bubur yang di buatkan ibumu. Ayah akan di sini sampai makanmu habis"
Minato menepuk pelan tangan anaknya, Haruto yang melihat adiknya menerima dalam diam itu terlonjak bahagia dan melompat memeluk Naruto dengan manja dari sisi lain.
"ibu, berikan aku tisu. Ada noda pada ujung bibir Naru" Dengan teliti Haruto membersihkan masing-masing ujung bibir si bungsu "biarkan aku di sini menemanimu, okay. Jangan usir aku, kali ini aku akan keras kepala melebihi kau"
Haruto memeluk erat lengan Naruto, takut di tendang keluar dari kamar itu setelah ayah dan ibunya keluar beberapa saat lalu.
"terserahmu saja"
Dan berakhir Naruto yang membiarkan Haruto melakukan apa yang diinginkannya, tanpa umpatan kasar atau bentakan dan ucapan-ucapan menyakitkan seperti biasanya.
"semoga ini bisa menjadi awal yang baik"
Tanpa kedua orang saudara itu sadari, di pintu yang tidak tertutup rapat Kushina yang berada dalam rangkulan Minato memandang haru mereka yang tertidur saling berpelukan.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just,Stop!
FanfictionNamikaze Haruto & Naruto Uzumaki. Adalah dua bersaudara dengan penggunaan marga yang berbeda, sikap dan sifat yang berbeda pula. Dua bersaudara dengan masing-masing rasa iri yang terpendam. Bersama Haruto sang murid favorit, hadir pula idaman pa...