04. New Page, New Color.

2.9K 296 19
                                    


Setengah jam lagi, pemberkatan akan segera di laksanakan. Minato sendiri harusnya tidak perlu lagi mengkhawatirkan kebahagiaan anak bungsunya, terlebih lagi setelah mendegar kisah Naruto dan calon pendampingnya.

“Kami, aku dan Naruto. Dengan bersama-sama, sampai di ujung jalan. kami bisa  berhasil melewati gelap yang menyesakan itu”

Namun, pada akhirnya di sinilah Minato berada. Mendegar ucapan dan janji teguh dari Kakashi.

“Naruto, he is the savior of my life. Dan setelah semua yang telah terjadi dan apa yang kami lewati.. mungkin ini terdengar egois, tapi aku tidak akan bisa melepaskannya dengan mudah ayah”

Tangannya dengan sendiri terangkat dan memberi tepukan di bahu pada Kakashi, tersenyum simpul mendapati kesungguhan pria itu.

“aku tau Kakashi, pun Naruto sendiri  berpikiran sama denganmu. Kau tau, aku adalah ayah yang gagal bagi kedua putraku, terlebih pada Naruto. Dan setelah semuanya, Naru masih memberikan kesempatan untuk ayahnya yang gagal ini. Aku hanya ingin memastikan bahwa tak ada lagi satupun hal yang dapat membuatnya  merasakan hal yang lalu”

“ayah, aku tidak akan berjanji untuk membahagiankan Naru. Aku hanya manusia biasa, aku takut jika aku tidak bisa memenuhi janjiku ataupun melanggarnya. Tapi, ayah bisa percaya padaku. Aku akan berusaha, sebisa dan sekuat kemampuanku untuk membuat anak ayah mendapatkan kebahagiaan dan apa yang diimpakannya selama ini”

“kau mendapatkan restu ku, Nak” Satu tepukan di bahu kembali di dapati Kakashi ketika Minato beranjak “pergilah, ayah akan membawa Naru. Sebentar lagi, ayah mendoakan yang terbaik bagi kalian berdua”

“ayah..” panggil Kakashi ketika Minato sudah berada cukup jauh darinya “kau adalah suami juga ayah yang baik, semuanya sudah kembali pada tempatnya masing-masing. Tidak ada lagi yang harus di sesalkan, tidak bagi Haruto ataupun Naruto”

Dengan begitu, tak ada lagi hal yang harus membebani hatinya.

Sedang di tempat yang berbeda

Seperti apa yang sedang terjadi sekarang adalah mimpi, Naruto masih setia menenpuk-nepuk kedua pipinya semata-mata hanya untuk membuktikan bahwa ya ini nyata. Kebahagiaan yang di impikan sedari dulu kini menyelimutinya, dan tepat beberapa menit lagi akan terasa  sempurna.

“kau indah, seperti indahnya cerah langit biru begitulah dirimu”

Jika Haruto sang kakak, cantik dan tampak bersemangat menyambut hari bahagia adiknya. Naruto justru terlihat begitu indah dan berseri-seri dengan mata sewarna langit cerah.

“a-aku umh, ini bagaimana uh aku takut mengacaukan  hari ini” dengan mata yang tak fokus akan kegugupan yang melanda, Naruto menatap sulung Namikaze dari kaca di hadapannya “a-apa yang harus aku lakukan?”

Mengambil langkah mendekat, Haruto mengelus bahu sempit adiknya, tersenyum menenangkan dengan tatapan tulus.

“tenanglah, okay. Kau tidak akan mengacaukan acara hari ini. Karna, hari ini, sebentar lagi kebahagiaanmu  akan lengkap. Kau hanya gugup, tenangkan dirimu.”

“boleh aku meminta pelukan?”

Haruto di buat gemas, mendapati tatapan memohon adiknya.

“of course, let me hug you lil bro”

Lantas dengan senyum yang terekah dengan indah, Naruto mendapati dekapan sekaligus elusan menenangkan dari salah satu favorite personnya.

“oh ya ampun, Haruto.. Naruto” pintu ruangan terbuka menampilkan wanita yang mengahadirkan keduanya ke dunia. “berhenti berpelukan okay, Haru astaga" sang ibu mengomel memisahkan mereka. “lihat, tuksedomu jadi sedikit berantakan”

Just,Stop!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang