Haruto menghela, setelah keluar dari ruang konsul untuk membahas perihal perguruan tinggi yang menjadi targetnya.
"Sas!"
Mata yang tadinya berbinar mendapati Sasuke beberapa meter di depan sana, kembali meredup.
"jangan memangilnya"
Pandanganya terhalang dengan seseorang yang selalu bersikap dingin padanya. Di hadapannya Gaara berdiri angkuh.
"berhenti jadi penganggu, bisa tidak?"
Memberanikan dirinya Haru balik membalas tatapan tajam dari Gaara menegaskan suaranya.
"aku bukan penggangu"
"kau ya!" Gaara tersenyum miring "coba tebak, siapa orang selalu berusaha menghalangi Sasuke untuk membagi waktunya bersama Naruto? Itu kau"
Haruto ingin menampik apa yang di katakan Gaara baru saja, bibirnya bergerak ingin berucap sayangnya tak ada suara yang keluar dari tenggerokannya, wajah Haru berubah pias.
"mau tau sesuatu? Wajah polosmu tidak bisa menyembunyikan rasa irimu dari ku" Gaara menepuk sebelah bahu Haruto "jangan pernah berpikiran untuk menjauhkan Naruto dariku, atau.. kau akan tau akibatnya" memasang kembali senyum ramahnya Gaara berlalu.
"Haru.. kau okay?"
salah seorang dari kelas yang sama menegur melihat Haruto yang termenung.
"a-ah ya, aku baik"Berbeda dengan senyum di wajah, tangan Haruto terkepal kuat, perkataan si merah bata terbayang di pikirannya.
"umh, apa kau melihat Sasuke?"
"Sasuke? Oh ya, aku tadi melihatnya bersama Naruto menuju ke tangga bagian belakang gedung menuju atap"
Setelah mengucapkan terima kasih Haruto yang tanpa sadar di awasi oleh sepasang mata pergi dari tempatnya.
-
"terima kasih bekalnya ketua~"
Dengan senyum secerah matahari Naruto membenahi kotak bekal berwarna biru dengan usakan di kepala dari Sasuke.
"apa masih sakit?"
Keduanya duduk bersisian Sasuke membawa tangannya mengelus perban yang melilit telapak tangan Naruto.
"bukan masalah, kau tau ini tidaklah sesakit yang kau pikirkan"
ingatan Sasuke melayang ke beberapa malam yang lalu saat mengunjungi rumah teman kecilnya sekaligus membawakan titipan ibunya yang berteman baik dengan ibu kedua orang bersaudara itu.
"tetap saja aku khawatir, apa lagi melihatmu menangis seperti itu"
Baik Sasuke ataupun Haruto dan ibunya di buat terkejut mendengar suara pecahan benda dan teriakan pedih dari lantai atas, dan Sasuke mengajukan diri untuk mencoba menenangkan Naruto yang entah kenapa menjadi kacau berpikir Haru dan ibunya bukanlah orang yang tepat.
"mari jangan membahasnya okay"
"tidak bisakah kau lebih terbuka padaku?"
Sasuke tau pemuda yang lebih kecil darinya itu enggan, tangan yang tadi mengelus perban di tangan Naruto di bawa ke pipi berisi Naruto dan mengelusnya.
"akan ku coba"
"Kau memiliki ku jadi bersandarlah pada ku jika kau lelah"
Dapat di rasakan Naruto kesungguhan sang ketua osis, masih jelas di ingatannya janji akan penebusan perpisahan mereka "aku tau, jadi mari coba buktikan itu"
Sepoi angin yang berhembus menghangatkan hati, tubunya mendesak masuk ke dalam pelukan Sasuke.
"kau manis jika bersikap manja seperti ini"
KAMU SEDANG MEMBACA
Just,Stop!
FanfictionNamikaze Haruto & Naruto Uzumaki. Adalah dua bersaudara dengan penggunaan marga yang berbeda, sikap dan sifat yang berbeda pula. Dua bersaudara dengan masing-masing rasa iri yang terpendam. Bersama Haruto sang murid favorit, hadir pula idaman pa...