Hujan lebat yang mengguyur kota tidak membuat langkah seorang gadis terhambat. Ditengah derasnya hujan dia berlarian tanpa memperdulikan pandangan aneh dari orang-orang yang berteduh menunggu hujan reda.Gadis itu terus memacu langkahnya dia tidak ingin membuat orang yang sangat dicintai olehnya menunggu terlalu lama. Dia sudah terlambat lebih dari satu jam dari janji temu mereka.
'Ya Tuhan. Hujannya deras sekali.'
Gadis itu mengeluh di dalam hati. Hujan yang mengguyur kota mereka hari ini benar-benar lebat bahkan kulit gadis itu mulai terasa pedih terkena air hujan.
Sepuluh menit kemudian akhirnya gadis itu sampai di cafe yang biasa dikunjungi bersama sang pacar. Gadis memasuki cafe dengan tubuh basah kuyup yang lagi-lagi menarik perhatian pengunjung Cafe.
"Prilly!!"
Gadis yang bernama Prilly menoleh ketika dirinya dipanggil. Dan seketika senyumannya terbit saat melihat pria tampan yang dua tahun belakangan ini mengisi hari-harinya.
"Pram!!"
Prilly segera menghampiri kekasihnya, "Maaf ya Pram. Aku terlambat tadi mobilku juga mogok di jalan. Jadi deh aku kemari jalan kaki."Jelasnya dengan cengiran lebar khas dirinya.
Pram hanya tersenyum tipis sambil menyesap kopi miliknya. Prilly memanggil pelayan lalu memesan satu gelas coklat hangat setelah pelayan itu pergi Prilly kembali menoleh menatap Pram yang terlihat berbeda hari ini.
"Kenapa Sayang? Lagi ada masalah ya?"Tanya Prilly lemah lembut.
Pram meletakkan cangkir ditangannya lalu beralih menatap gadis mungil yang begitu cantik namun entah kenapa dia sudah tidak lagi merasakan getaran dihatinya pada gadis ini.
Dia jenuh.
Dia merasa hubungannya dengan gadis ini hanya berjalan ditempat mereka tidak bergerak untuk ke langkah lebih serius atau mungkin dia yang tidak bisa mengajak gadis ini ke jenjang itu karena...
"Hei Mas. Kenapa sih kok malah ngelamun?"
Pram mengerjap pelan dia sedikit kaget ketika tiba-tiba tangan dingin gadis yang menempati atau pernah menempati hatinya menyentuh punggung tangannya.
Prilly benar-benar dibuat bingung dengan sikap Pram yang menurutnya sangat aneh hari ini. Prilly mulai merasakan tubuhnya menggigil kedinginan dia mulai tidak nyaman dengan kondisi tubuhnya yang basah kuyup.
"Pram kita pulang aja yuk! Aku kedinginan."Prilly berkata sambil memeluk tubuhnya sendiri. Dia tidak mengada-ada tapi tubuhnya benar-benar kedinginan saat ini.
Pram menatap Prilly dalam sebelum helaan nafas terdengar dari pria itu. "Kita udahan aja ya. Aku benar-benar tidak bisa merasakan apapun lagi ketika bersama kamu."
Jedarrr!!
Prilly nyaris terjungkal ketika mulut Pram dengan lancarnya mengatakan hal semengerikan itu. "Ma..maksud kamu gimana?"Prilly berusaha menahan degup jantungnya yang mulai tidak beraturan.
"Aku sudah tidak memiliki perasaan apa-apa sama kamu Pril. Nggak ada lagi rasa menggebu-gebu ketika kita bersama seperti ini. Semuanya terasa hambar untukku dan sepertinya aku mulai jatuh hati pada orang lain selain kamu. Maaf aku nggak bermak--."
Tanpa menunggu Pram menyelesaikan perkataannya Prilly segera angkat kaki dari sana. Prilly tidak menghiraukan panggilan dari Pram yang dia butuhkan sekarang adalah ranjang dan bantal.
Prilly kembali menerobos hujan berlarian ditengah tengah seperti tadi namun dengan perasaan yang berbeda jika tadi dia merasa bahagia akan berjumpa dengan kekasih hatinya maka sekarang perasaan kecewa memenuhi rongga dadanya.
Hari ini dia sudah kehilangan cinta yang selama ini dia banggakan.
**
"Mas naik dulu Nak. Makan dulu!"
Seorang pria bertubuh kekar mengusap keringat yang membasahi wajahnya. "Iya Buk. Sedikit lagi ini."
"Tidak bisa. Pokoknya kamu harus makan sekarang atau Ibu bakalan marah dan nggak mau lagi bawain kamu bekal."Ancam wanita paruh baya yang masih terlihat begitu cantik meski usianya sudah tidak muda lagi.
Pria tampan dengan kulit kecoklatan karena terus dibakar sinar matahari membuat dia terlihat begitu seksi. Dengan langkah tegap dia meninggalkan cangkul miliknya lalu berjalan menuju saung yang terletak tidak begitu jauh dari tempat dia bekerja tadi.
"Kenapa sih Ibunya Mas yang cantik jelita masih suka merajuk padahal sudah tua begini."Godanya sambil mencolek dagu Ibunya.
"Ibu tidak tua. Ibu kamu awet tahu."protesnya tidak terima dibilang tua.
"Tuan Muda."
Wanita dan putranya serentak menoleh, "Iya kenapa Mang?"Tanyanya sopan.
"Anu Tuan Muda saya hanya mau memberi tahu kalau Nona Wulan sedang menunggu Tuan Muda."
"Aliii!!!"
Belum sempat pria tampan itu membuka suaranya tiba-tiba suara cempreng terdengar memanggil namanya. Pria yang di panggil Kang tadi segera meninggalkan saung.
Ali menatap Ibunya lalu Wulan, salah seorang wanita cantik dikampung mereka yang sudah menjadi kekasih sejak 3 bulan lalu.
"Sayang aku kangen."Ucapnya dengan suara dibuat semanja mungkin.
Ali menatap tidak enak pada Ibunya yang sudah membuang muka menolak menatap Wulan yang sudah bergelayut manja di lengannya. "Wulan bisa tolong lepaskan lenganku dulu tidak enak ada Ibu disini."Pinta Ali sambil menarik lengannya dari belitan tangan Wulan.
Wulan mendengus pelan namun tetap melepaskan pelukannya pada lengan Ali. Ibu dari kekasihnya ini secara terang-terangan menunjukkan rasa tidak suka padanya jadi dia tidak memiliki hak untuk bersikap baik pada perempuan sombong seperti beliau untung saja Ali tampan dan kaya kalau tidak mana mau dia bertahan disisi Ali yang selalu 'disetir' oleh Ibunya.
"Selamat siang Ibu Kenanga yang cantik."Wulan menegur sekaligus menyindir Kenanga -Ibu Ali-.
Kenanga menoleh lantas mencibir tanpa membalas sapaan Wulan dia malah berpamitan pada putranya. "Ibu pulang duluan ya Mas. Jangan lupa habiskan bekal Ibu ini bekal untuk kamu ya Mas jangan kasih orang luar."Ucap Kenanga sengaja menekankan kata 'orang luar' sambil melirik Wulan.
"Sialan!"Desis Wulan tanpa didengar oleh Ali namun Kenanga jelas tahu apa yang diucapkan Wulan karena dia bisa melihat bibir wanita itu bergerak.
Kenanga tersenyum puas sebelum melenggang meninggalkan saung. Ali menatap kepergian Ibunya sebelum menoleh menatap Wulan.
"Kan berkali-kali sudah aku katakan jangan datangi aku apalagi ada Ibu. Aku nggak mau perasaan Ibu aku terluka karena kehadiran kamu."Omel Ali membuat Wulan memutarkan matanya. "Jadi kamu mau aku gimana? Mas aku ini pacar kamu loh ya. Ibu kamu harus terima kehadiran aku terlepas suka atau enggaknya dia sama aku."Kata Wulan tegas.
Kadang Ali merasa menyesal memacari wanita seagresif Wulan. Dia menyukai pembawaan Wulan yang ramah meskipun manja tapi setelah mereka berpacaran sikap manja Wulan semakin berlebihan dan sikapnya cenderung agresif.
Ali benar-benar tidak nyaman dengan sikap agresif Wulan itu seperti tadi ketika wanita itu memeluk lengannya tepat didepan sang Ibu.
Itu tidak sopan.
Ali mengabaikan Wulan memilih menyantap makanan yang dibawakan oleh Ibunya. Ibu yang merawat dan membesarkannya meskipun tidak mengandung atau melahirkan dia ke dunia ini.
Kenanga adalah Ibu tiri yang sangat dicintai oleh Ali. Bahkan melebihi dirinya sendiri. Ali akan melakukan apapun demi kebahagiaan Kenanga, Ibunya.
*****
Nah ini cerita baru aku, tapi slow Update yaa..
Jangan lupa Vote dan komennya yaaa..