Bab 8

4.1K 435 15
                                    


Prilly melajukan Cr-v putihnya menuju perumahan dimana Ali tinggal. Prilly sudah menghubungi Ali kalau dirinya sedang melaju menuju rumah pria itu.

Prilly terlihat cantik dengan pakaian kasual yang dia kenakan hari ini. Celana jeans biru pudar dipadu dengan blouse model off shoulder warna peach. Rambut panjangnya sengaja dia gerai semakin menambah kesan manis penampilan Prilly hari ini.

Prilly melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Sepanjang perjalanan dia memikirkan semuanya, termasuk tindakannya kali ini.

Ali hanya orang luar yang kebetulan berbagi meja dengannya semalam tapi kenapa mereka bisa ada di tahap ini? Terlebih Prilly yang baru saja di sakiti oleh Pram, pria yang setengah mati pernah dia cintai dulu.

Pernah? Tentu saja. Karena sejak Pram memilih meninggalkan dirinya sejak itu pula Prilly menendang jauh-jauh pria itu dari hatinya.

Sulit? Jelas, dia tidak berbohong kalau melakukan tidak semudah membicarakannya. Di saat-saat tertentu seperti semalam ketika Ali belum mengiriminya pesan, yang dia lakukan ketika tiba di kamar adalah melamun. Melamunkan kenangan cintanya bersama Pram dulu. Pram pria yang baik tutur sapanya sopan tapi kenapa pria itu bisa setega itu mengakhiri hubungan mereka hanya karena bosan.

Prilly mengusap wajahnya. Dia tidak boleh memikirkan Pram kembali, hidupnya masih panjang lagipula pria di dunia ini bukan hanya Pram saja. Banyak yang lain, salah satunya Ali, mungkin.

Prilly seketika menggelengkan kepalanya. Tidak, dia hanya berteman dengan Ali. Lagi pula mereka baru mengenal terlalu jauh harapan jika mereka sampai bersama. Mungkin saja Ali sudah punya kekasih di kampungnya atau lebih parah Ali sudah memiliki istri.

Prilly berdecak pelan. Konsentrasinya mengemudi nyaris terpecah saat dadanya tiba-tiba berubah panas mengingat Ali sudah mempunyai istri.

Tapi kalaupun ada kenapa? Toh dia hanya ingin berteman dengan Ali tidak lebih. Dan hari ini dia murni menolong Ali. Pria itu ingin membeli oleh-oleh tapi tidak tahu membelinya dimana makanya dia menemani tidak lebih.

Prilly menghentikan mobilnya ketika sampai di lampu merah. Tangannya mengetuk-ngetuk setir mobilnya, menikmati alunan lagi selow yang sengaja dia putar untuk menemani perjalanannya.

Prilly mengitari pandangan hingga matanya terfokus pada sebuah mobil sedan keluaran lama yang berada di sampingnya. Dia sangat mengenali mobil itu dan seketika senyuman mirisnya terpantri saat melihat pria yang beberapa hari lalu masih menjadi kekasihnya sedang berciuman lekat dengan seorang wanita yang sepertinya menjadi salah satu pemicu kandasnya hubungan mereka.

Prilly memalingkan wajahnya, apapun yang dilakukan oleh Pram itu bukan urusannya. Berciuman atau bercinta di dalam sekalipun itu bukan lagi urusannya. Prilly tidak menoleh sekarang hatinya semakin yakin untuk melupakan Pram, sepertinya mengenal Pram adalah salah satu kesalahan terbesar di dalam hidupnya.

Pram tak lebih dari seorang bajingan.

Prilly segera melajukan mobilnya setelah traffic light berubah hijau. Prilly tidak akan lagi perduli dengan apapun yang pria itu lakukan.

Dan mulai hari ini dia benar-benar akan membuka hatinya untuk cinta yang lain, yang entah kapan akan mendatanginya.

**

Ali sudah terlihat tampan dengan celana jeans biru tua dengan sobekan di lutut dan bagian atas pahanya. Ali terlihat semakin jantan ketika tubuh atletisnya di balut kaos berkerah hitam yang begitu pas di tubuhnya.

Otot liat Ali tercetak jelas di baliknya. Ali benar-benar gambaran pria macho dengan tonjolan urat-urat di lengannya. Kulit coklat eksotisnya semakin membuat mata para wanita diluar sana silau dengan ketampanan dan keseksian Ali.

Ali memang bekerja d sawah, sebagai petani tanah berlumpur adalah temannya tapi bukan berarti dia tidak menjaga penampilannya hanya saja di kampung dia tidak sempat atau memang malas memakai pakaian sebagus ini.

Tapi hari ini Ali benar-benar memperhatikan penampilannya dia tidak ingin terlihat jomplang ketika berjalan dengan gadis secantik Prilly. Jangan sampai ada yang mengira dirinya adalah kacung Prilly.

Memang dia mau dianggap sebagai apa jika berjalan bersama Prilly?

Ali terdiam, benar dia ingin dianggap sebagai apa? Ali tidak bohong ketika hati kecilnya menjawab dia ingin di lihat sebagai pasangan Prilly.

Ali mengusap wajahnya dengan kasar. Berdiri di depan cermin dengan rambut masih acak-acakan. Dia belum merapikan rambutnya dan sepertinya dia kehilangan minat untuk itu. Lagipula dia hanya membeli oleh-oleh meskipun pada dasarnya dia tidak pernah membelikan apapun untuk Ibunya.

Maksudnya jika sang Ibu ke kota maka Ali akan memberi Ibunya uang lebih untuk beliau membelikan apapun yang beliau mau tapi untuk oleh-oleh Ali sangat jarang bahkan bisa dikatakan tidak pernah membawa sesuatu jika pulang dari kota selain baju kotor miliknya.

Tapi sekarang?

Ali kembali mengusap wajahnya, sebenarnya siapa yang ingin dia bohongi di sini?

Ali bersyukur Aldo tidak berada di rumah, Adiknya pamit pagi-pagi sekali untuk membayar ganti rugi mobil yang dirusak olehnya tentu saja uangnya dari Ali memangnya Aldo mendapatkan uang sebanyak itu dari mana.

Perihal mobil yang dijual Ali tidak terlalu ambil pusing, toh setelah ini sampai matipun dia tidak akan lagi membelikan adiknya itu mobil. Jika tidak ada kendaraan maka dengan terpaksa Aldo jalan kaki atau naik ojek.

Ali tidak main-main dalam memberikan hukuman. Sedangkan Aldo tentu saja hanya bisa menerima toh semua juga karena kelakuan badungnya.

Tadi pagi Ali sempat menghubungi Ibunya dan mengatakan akan pulang beberapa hari lagi. Perihal sawah Ali tidak ambil pusing toh di sana banyak orang-orang kepercayaannya.

Dan perihal Wulan kekasihnya Ali sedikit pusing ketika tadi pagi dia hubungi wanita itu mengancam akan menyusul Ali ke kota jika tidak pulang dalam beberapa hari ini. Ali segera memutar otaknya dan satu buah kalung berlian berhasil menghentikan ancaman gadis itu.

Ali tidak tahu kenapa tapi dia benar-benar berat untuk kembali ke kampung. Dan setelah menghubungi Wulan perasaan berat itu semakin menjadi-jadi saja. Apa benar kata Ibunya kalau Wulan tidak cocok untuk menjadi pendamping dirinya, lalu siapa wanita yang kira-kira cocok dia nikahi?

Ali benar-benar tidak tahu kenapa tiba-tiba nama Prilly tercetus di kepalanya.

Jantung Ali mulai berdebar, bayangan dirinya dan Prilly berada di atas pelaminan mulai terputar di otaknya, Prilly yang cantik dengan balutan gaun pengantin, Prilly yang mengandung anaknya bahkan sampai Prilly kesakitan ketika melahirkan anak mereka ikut terputar di otaknya.

"Ya Tuhan sebentar lagi aku benar-benar akan gila."Keluhnya sambil memijit pelipisnya.

Tin!!

Ali tersentak kaget saat suara klakson mobil terdengar di depan rumahnya. Prilly, hanya satu nama itu langsung di ingat oleh Ali.

Ali segera mengambil dompet dan ponselnya disana ada beberapa pesan sepertinya terlalu banyak melamun hingga dia tidak mendengar suara pesan di ponselnya, dia yakin pasti dari Prilly.

Dengan tergesa-gesa Ali menuruni tangga. Jantungnya berdebar tak karuan. Ali benar-benar malas untuk mengakui tapi tanpa diakui pun dia tahu saat ini dirinya pasti terlihat bak remaja yang baru mengenal perempuan.

Benar-benar memalukan!

*****

With You LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang