Sepanjang jalan Kenanga terus menangis bahkan ketika sudah tiba di rumah mereka wanita itu masih mengeluarkan air mata. Dan Ali benar-benar benci melihat Ibunya menangis seperti ini.Jika saja Wulan bukan seorang wanita maka tidak akan berfikir dua kali untuk Ali layangkan pukulan di wajahnya. Ali akan menghajar siapa saja yang menyakiti Ibunya, hanya saja dia masih waras untuk tidak menyakiti wanita termasuk Wulan.
"Sudah Buk. Jangan menangis lagi! Mas janji ini terakhir kali Wulan nyakitin Ibu." Ali mengusap lembut air mata Ibunya. Dengan penuh kasih Ali menyeka air mata Ibunya.
Dan entah kenapa ada bagian di sudut hati Kenanga yang merasa begitu bahagia di sayangi oleh Ali seperti ini.
Ketika dirinya dibawa ke rumah ini oleh almarhum Ayahnya Ali dulu untuk pertama kalinya sebelum mereka melangsungkan pernikahan. Kala itu Ali masih sangat kecil usianya baru sekitar 5 tahun. Ali begitu antusias menyambut kedatangan dirinya.
Dan sejak resmi menjadi Ibu tirinya Ali benar-benar tidak bisa jauh dari Kenanga bahkan Aldo saja yang notabene anak kandungnya tidak pernah memperhatikan dirinya seperti Ali.
Ali selalu mematuhi apa saja yang diperintah olehnya. Putranya ini tidak pernah membantah bahkan ketika Kenanga lebih menyayangi Aldo, Ali sama sekali tidak protes. Ali tetap menyayangi Kenanga layaknya Ibu kandung.
"Ibu sudah makan?" Tanya Ali penuh perhatian. Dan entah kenapa kali ini air mata Kenanga yang tumpah murni dari hatinya bukan akting seperti yang dia lakukan tadi.
Hatinya benar-benar terharu dengan perhatian tulus dari Ali.
Dengan pelan Kenanga menggelengkan kepalanya. "Ibu nggak selera makan selama nggak ada kamu Nak." Katanya jujur. Sejak Ali ke kota pola makan Kenanga memang tak karuan, dia sering tidak berselera untuk makan.
Kenanga mengusap lembut kepala putranya.
"Ya sudah kalau gitu kita makan ya Buk. Kebetulan Mas mau kasih sesuatu untuk Ibu." Kata Ali dengan mata berbinar bahagia.
Kenanga mengusap air matanya lalu tersenyum lebar. "Wah, Ibu jadi nggak sabar mau lihat hadiah dari Mas."
"Harus makan dulu dong baru Mas kasih hadiahnya." Ali dan Kenanga bercanda bersama layaknya Ibu dan anak.
Ali sudah memapah Ibunya ke meja makan. Kenanga tiba-tiba merasa lemah mungkin karena terlalu lega atau karena tekanan batin yang dia alami.
Kenanga merasa jahat tapi dia melakukan ini demi kebahagiaan putranya. Jadi mau tidak mau dia harus mengorbankan Ali.
Kenanga menatap Ali yang sedang melahap makanannya penuh dengan semangat. Ali merasa perasaannya plong setelah mengakhiri hubungan dengan Wulan.
Dan seketika bayangan Prilly terputar di otaknya. Senyuman Ali mengembang sempurna. Apakah ini salah satu jalan agar dia bisa bersama gadis mungil itu?
**
Prilly merasakan tubuhnya hari ini seperti lesu, tidak bertenaga dan tidak bersemangat tentunya.
"Lo kenapa sih dari tadi bengong aja? Lo nggak kena virus kan?" Celetuk Kiara yang duduk di samping Prilly.
Prilly mendengus. "Lo nggak bisa kalau ngomong di saring dulu? Itu penyakit harus di waspadai bukan di jadikan lelucon." sembur Prilly dengan mata berkilat tajam.
Seketika Kiara tersedak bakwan jagung yang sedang dikunyahnya. "Uhuk!" Kiara terbatuk-batuk parah hingga Prilly kembali berdecak namun tetap mengangsurkan minumannya untuk Kiara.
Kiara menegak habis teh dingin milik Prilly. "Wah lega! Gila tersedak bakwan jagung rupanya lebih sakit dari coretan cinta Pak Basri." Katanya dengan perasaan lega luar biasa.
Prilly mencibir, dia benar-benar tidak bersemangat untuk meladeni mulut lemes Kiara. Males!
Ah, Mas Ali apa kabar ya di sana? Udah sampai kampung belum ya? Kok nggak kasih kabar aku sih?
Prilly sibuk dengan pemikirannya mengabaikan Kiara yang sedang berceloteh tentang bra yang sedang diskon besar-besaran. Kiara dan diskonan memang tidak bisa dipisahkan. Dan yang gilanya Kiara lebih suka berburu bra dan celana dalam dari pada baju atau sejenisnya.
Aneh kan? Memang, lebih aneh dirinya lagi kenapa bisa-bisanya berteman dengan Kiara. Ck!
"Oh ya Pril! Lo tau nggak kalau mantan lo mau nikah?" celetuk Kiara tiba-tiba. Prilly menoleh menatap Kiara dengan sebelah alis menukik, "Serius lo?" Tanyanya biasa saja. Memang biasa dia tidak merasa sakit hati atau apa toh memang dia sudah tidak memikirkan Pras lagi.
Secepat itu? Iya, untuk apa lama-lama berlarut dalam kesedihan karena orang yang sama sekali tidak memikirkan kita lagian sekarang sudah ada Mas Ali. Eh?
Prilly buru-buru menggelengkan kepalanya. Kenapa tiba-tiba dia memikirkan Ali? Ck! Sebenarnya lagi apa sih pria itu kenapa tidak menghubungi dirinya padahal jika di lihat dari pesan terakhir pria itu sepertinya Ali sudah tiba di kampungnya.
Ck! Awas saja jika Ali menghubunginya nanti akan dia marahi pria itu. Lihat saja!
Drrttt...
Prilly tersentak kaget hingga lututnya membentur meja hingga meja bergerak dan menjatuhkan berisi es ke atas paha Kiara.
"Oh my.. Lo dapat panggilan dari siapa sih sampe begitunya! Jangan bilang itu dari rentenir?" Prilly tidak memperdulikan ocehan absurd Kiara matanya terfokus pada ponselnya yang terus berdering di atas meja.
"Ck! Angkat ribut amat tuh ponsel butut!" Dan ponsel butut yang dikatakan Kiara adalah ponsel keluaran terbaru dari apel tergigit.
Prilly mengabaikan gerutuan Kiara matanya tertuju pada ponsel. Ck! Kenapa dia malah deg-degan begini bukannya tadi dia begitu bersemangat ingin memarahi Ali?
Dengan hati berdebar akhirnya Prilly menjawab panggilan telfon dari Ali.
"Halo."
"Halo Dek. Maaf ya Mas baru sempat hubungin kamu sekarang. Tadi begitu sampai Mas ada masalah sedikit."
Mendengar suara lembut Ali menguap sudah rasa menggebu-gebu Prilly yang ingin memarahi Ali beberapa waktu lalu. Ck! Kenapa harus marah memangnya dia siapa Ali?
Mood Prilly seketika drop. Dia benar-benar kesal dengan kenyataan itu.
"Iya nggak apa-apa." Imbasnya adalah keacuhannya pada Ali. Prilly menjawab pertanyaan Ali dengan kalimat-kalimat pendek saja. Dia benar-benar bad mood saat ini.
"Kamu kenapa? Ada masalah ya?"
'Iya masalah karena Mas bukan siapa-siapanya aku' ingin Prilly menjawab seperti itu tapi apa daya ketika akal sehat masih mengisi otaknya. "Enggak kok Mas." Kiara sendiri melihat keanehan dalam sikap sahabatnya.
Prilly terlihat lesu dan sedikit murung. "Mas sudah makan?" Tanyanya kemudian, dia tidak ingin Ali tahu kekesalannya. Bukan apa-apa dia merasa malu pada Ali juga pada dirinya sendiri.
Kenapa secepat ini? Prilly sendiri bingung kenapa hatinya begitu cepat terjerat pada sosok yang baru ia kenal ini? Hah.. ya Tuhan...
"Sudah. Kamu udah?" sepertinya Ali merasakan kegundahan Prilly hingga suara pria itu juga terdengar lesu tidak bersemangat seperti tadi.
Prilly menghela nafasnya. Sebenarnya dia kenapa sih? Masih untung Ali menghubungi dirinya kenapa sekarang dia malah bertingkah seperti pacar yang sedang ngambek.
Benar-benar memalukan.
"Prilly.."
"Iya Mas." jawab Prilly cepat. Terdengar helaan nafas di seberang sana namun sebelum sempat Prilly bertanya Ali terlebih dahulu berkata..
"Mas kangen kamu.."
Dan Prilly merasakan perutnya seperti melilit namun terasa begitu menyenangkan..
*****
Pdf Takdir Cinta masih bisa di order yaa..
Harganya 60k..
Silahkan list ke wa 081321817808
