Bab 30

5.2K 499 43
                                    


Hubungan Ali dan Prilly semakin merenggang. Terhitung sudah satu minggu mereka di sini tapi Prilly masih menghindari suaminya. Dia tidak akan keluar kamar jika Ali masih berkeliaran di rumahnya.

Dan seminggu ini Prilly hanya berteman dengan pembantu Ali. Mereka sudah lumayan akrab. Perempuan paruh baya yang katanya sudah bekerja di rumah ini sejak Ali kecil.

Dan darinya pula Prilly mendapatkan informasi kalau Ali bukan petani biasa. Ali adalah tuan tanah di desa ini. Ali juga termasuk orang paling kaya di kampung ini dan sekarang Prilly tahu kenapa Ali begitu royal bahkan untuk beli KFC Nando dan Bagus saja mereka mendapatkan uang 1 juta per orangnya.

Prilly yakin jika Wina dan Tante Soraya tahu seberapa kaya Ali sebenarnya mereka pasti menyesal tujuh turunan.

Dan dari Mbok Darmi ini jugalah Prilly tahu kalau Ali sangat menyayangi Ibu tirinya. Dan entah kenapa Prilly merasa Ibu tiri Ali sepertinya tidak begitu menyukai kehadirannya di sini.

Prilly memilih bertahan di sini sampai hatinya benar-benar terluka dan memilih menyerah. Prilly tidak akan kembali ke kota sampai Ali benar-benar mengabulkan keinginan Ibu tirinya.

Prilly sudah melihat wanita yang akan dijodohkan dengan Ali. Namanya Pipa eh Fifa, Mbok Darmi bilang Fifa itu keponakan jauh dari Ibu Kenanga dan untuk saat ini Prilly masih bisa diam karena Ali benar-benar menghidari wanita itu.

Pernah kemarin Fifa kemari tapi Ali seharian tidak pulang ke rumah. Ibu tirinya sampai marah-marah namun Ali tak kunjung pulang dari gudang padinya.

"Non mau makan apa?" Prilly sejak kemarin memang sedang tidak bernafsu makan, jadi ketika dia mengadu pada Mbok Darmi, si Mbok baik hati ini selalu menanyai dirinya ingin makan apa.

"Kayaknya sup tulang enak nih Mbok." Membayangkan kuah sup yang penuh dengan sayur dan perasan jeruk nipis membuat air liurnya menetes.

Mbok Darmi tertawa saja lalu dengan penuh kasih dia mengusap kepala Prilly. "Siap. Tunggu sebentar ya Non."

Prilly menatap punggung tua Mbok Darmi yang menghilang di balik pintu dapur. Saat ini Prilly sedang duduk bersantai di taman belakang, di depannya ada kolam renang yang luasnya cukup membuat orang terkesima.

Rumah Ali jauh lebih luas dari rumahnya di kota. Dan semua yang ada disini hanya mengenali dirinya sebagai teman Aldo bukan istri Ali. Miris sekali bukan?

Namun Prilly mencoba bertahan meskipun tidak berusaha memperbaiki hubungannya dengan Ali. Bahkan dia masih menghindari Ali seperti pertama kali dirinya menginjakkan kaki di rumah ini.

Rasa sakit tidak diakui oleh Ali masih begitu melekat di hatinya. Dan dia yakin luka itu tidak akan sembuh dengan mudahnya,  meskipun Ali selalu berusaha mencari kesempatan untuk meminta maaf tapi Prilly masih belum bisa memaafkan suaminya.

Prilly duduk melamun matanya begitu berfokus pada riak air di kolam renang. Ah, jika saja hubungannya dengan Ali baik-baik saja mungkin dia akan menghubungi Ali lalu mengajak suaminya untuk berenang bersama.

Tapi sayang sekali, statusnya disini hanya teman Aldo bukan istri Ali. Dan Prilly tidak mau tahu bagaimana Ali berkilah pada Ibunya tentang pertanyaan Ibunya yang menurut Ibu tiri Ali perhatian Ali padanya tidaklah wajar.

Seperti saat insiden dia tanpa sengaja memecahkan guci milik Ibu Ali seminggu yang lalu. Ibu Kenanga protes keras ketika Ali dianggap begitu perhatian pada Prilly yang notabene adalah teman Aldo sedangkan Ibunya berharap Ali memberi perhatian itu hanya untuk Fifa, calon istri Ali.

Dan itu semua di ucapkan tepat di depan wajah Prilly. Bisa dibayangkan bagaimana hancurnya hati Prilly kala itu?

Jika tidak mengingat usia pernikahan mereka yang bahkan belum sampai 1 bulan mungkin malam itu juga Prilly akan kembali ke kotanya, tapi kembali lagi dia juga tidak ingin Kakaknya mengkhawatirkan dirinya.

Entahlah, intinya Prilly hanya bertahan di sini sampai hatinya sendiri yang mengatakan ingin menyerah.

**

Ali kembali ke rumahnya, setelah menghubungi Mbok Darmi dan beliau mengatakan Ibunya sedang tidak berada di rumah. Ibunya sedang ke kota bersama Aldo dan Clara, Kenanga terpaksa harus melamar Clara pada orang tuanya. Ali sama sekali tidak ikut campur atau ambil pusing masalah Aldo.

Masalahnya sendiri saja dia belum bisa menyelesaikannya. Prilly masih sangat marah padanya. Ali menghela nafasnya, setelah memarkirkan sepeda motornya di garasi rumahnya, Ali segera melenggang masuk ke dalam rumah.

Menurut informasi dari Mbok Darmi, istrinya sedang bersantai di taman belakang. Ali bebas bertemu dengan istrinya karena Ibunya pasti tidak akan pulang malam ini. Ali sudah sangat hafal kebiasaan Ibunya jika sudah tiba di kota.

Mbok Darmi sendiri sama sekali tidak menaruh curiga toh Ali sudah menceritakan semuanya pada dirinya yang tentu saja harus beliau rahasiakan bahkan dari Prilly. Jadi wanita itu pikir di rumah ini tidak ada yang tahu siapa dirinya.

Padahal Mbok Darmi jelas-jelas tahu kalau gadis cantik itu adalah istri tuan muda. Mbok Darmi sangat mengerti posisi Ali saat ini, Ibu Kenanga terlalu di sayangi oleh Ali hingga Ali pasti tidak tega menyakiti hati Ibu tirinya tapi malah berakhir dengan menyakiti istrinya.

"Sayang.."

Prilly tersentak kaget ketika melihat Ali sudah berdiri di samping ayunan yang sedang dia duduki. Kenapa Ali ada di rumah? Bukankah di jam segini Ali sedang sibuk di gudangnya.

Prilly mengalihkan pandangannya enggan menatap Ali. Hatinya selalu berdenyut sakit saat melihat Alis seperti saat ini, Prilly mengacuhkan keberadaan Ali toh dia hanya teman Aldo ngapain sibuk menyapa.

Ck! Prilly jadi kesal sendiri.

Prilly ingin beranjak meninggalkan ayunan namun suara Ali menghentikan langkahnya. "Kita harus bicara Sayang." Mohon Ali dengan wajah sendunya.

"Tidak ada yang perlu kita bicarakan." Prilly menurunkan kakinya dari ayunan lalu melanjutkan niatnya tanpa menghiraukan keberadaan Ali.

Ali menahan kepergian Prilly dengan menahan lengan istrinya. Prilly menghentikan langkahnya namun tidak membalikkan badannya untuk menatap Ali.

"Lepas! Tidak pantas kalau seorang Kakak menganggu teman adiknya." Prilly jelas menyindir dirinya dan Ali tahu itu namun perduli setan dia sudah cukup melakukan kebodohan dengan mengatakan Prilly teman Clara.

"Mas minta maaf Sayang." Mohon Ali penuh kesungguhan. Kini Ali sudah berdiri di depan Prilly, menatap istrinya dengan pandangan sarat akan bersalah.

Prilly mengalihkan pandangannya dia lebih memilih menatap air di kolam renang dari pada menatap wajah Ali yang menatapnya begitu intens.

Prilly menarik lengannya yang berada dalam genggaman Ali, namun bukannya melepaskan Ali justru semakin mengeratkan genggamannya pada tangan sang istri.

"Aku capek! Aku ingin ke kamar bisa tolong kamu lepaskan tanganku?"

"Mas. Tolong panggil Mas lagi Sayang."

Prilly mengalihkan pandangannya menatap Ali dengan senyuman sinisnya. "Aku hanya memanggil Mas untuk suamiku bukan untuk Kakaknya temanku."

Telak!

Ali kalah telak. Dia sungguh-sungguh menyesali kebodohannya.

Prilly menyentakkan lengannya lalu berlalu dari hadapan Ali tanpa menoleh bahkan dia mengabaikan kerinduan yang diutarakan Ali padanya.

"Mas kangen kamu Sayang. Maafin Mas."

Prilly jelas mendengarnya namun hatinya masih belum bisa memaafkan Ali. Jadi biarlah semuanya seperti ini, mengalir sebagaimana mestinya..

Dan ketika Prilly lelah maka saat itulah Prilly memutuskan untuk menyerah..

Dan semoga saja hatinya tak kunjung lelah karena melepaskan Ali sama sekali tidak ada dalam daftar keinginannya..

*****

Mau tanya dong, menurut kalian cerita selanjutnya aku nulis ttg apa?

Kisah mereka di sekolah atau tetap kisah dewasa mereka. Aku udah bayangan sih mau nulis apa tapi bingung soalnya kisah mereka abg-abg gitu kek nya seru juga.. Kasih pendapat dong..

With You LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang