Bab 33

5.4K 510 28
                                    


Ali terlihat mondar-mandir di dalam kamarnya menunggu Prilly keluar dari kamar mandi. Sekarang sudah pukul 10 malam dan dia baru teringat dengan uang yang diminta oleh Ibunya.

Namun Ali tidak berani langsung mengirim Ibunya uang karena dia sudah berjanji apapun yang akan dia lakukan terutama mengenai pengeluarannya dia harus seizin istrinya terlebih dahulu.

Ali tidak marah sama sekali tidak, sejak menikahi Prilly dia tahu semua yang menjadi miliknya juga menjadi milik Prilly dan dia sama sekali tidak mempermasalahkan hal-hal kecil seperti itu.

Lagipula dia sudah menceritakan semuanya pada istrinya. Masih dia ingat dengan jelas celetukan sang istri ketika dia memperlihatkan pemasukan dirinya setiap satu kali panen.

"Wah gila! Satu kali panen penghasilan kamu hampir setara dengan satu proyek Kak Linda. Hebat petaniku ini."

Ali tersenyum tanpa sadar. Istrinya benar-benar menggemaskan. Ali juga menyerahkan semua rekening dan atm yang selama ini dikantongi olehnya pada Prilly. Dia hanya memegang satu atm saja. Dia menyerahkan semua keuangannya pada sang istri.

Perihal kiriman bulanan untuk Aldo dan Ibunya, Prilly juga sudah tahu dan istrinya sama sekali tidak keberatan. Bahkan Prilly rela uang bulanan untuknya lebih sedikit daripada uang jajan Aldo.

"Aku nggak permasalahin soal uang Mas. Aku cuma mau kamu hargai aja itu udah lebih dari cukup untuk aku."

Dan Prilly sangat mengerti arah pembicaraan istrinya tadi dan besok dia berharap cincin yang dia pesan khusus untuk istrinya tiba. Sebenarnya Ali belum memberikan cincin kawin untuk istrinya, Prilly hanya mengenakan kalung yang dia belikan pas lamaran waktu itu.

Sedangkan pas akad Ali hanya memberikan sejumlah uang tunai sebagai mahar. Dan cincin yang datang besok Ali pesan ketika mereka masih berada di kota. Ali sempat berniat tidak memberikan cincin itu terlebih dahulu tapi ketika mengingat wajah kecewa istrinya saat dia tidak mengakui Prilly, itu sudah cukup menjadi cambukan untuk Ali.

Ali tidak akan menutupi status Prilly sebagai istrinya pada Ibu dan juga masyarakat di sini. Lagipula setelah Aldo menikahi Clara satu masalah selesai dan dia tidak perlu khawatir lagi.

"Mas.."

Ali tersentak kaget saat melihat istrinya keluar dari kamar mandi dengan wajah pucat. Ali segera menghampiri istrinya. "Kamu kenapa Sayang? Wajah kamu kenapa pucat begini?" Ali merangkup wajah istrinya yang terlihat pucat pasi

Prilly memejamkan matanya lalu menggelengkan kepalanya. "Pusing Mas." keluhnya dengan suara lemah.

Ali segera menggendong istrinya lalu ia rebahkan tubuh lemah istrinya di atas ranjang secara perlahan. "Kamu diare ya Sayang?" Tanyanya setelah Prilly terbaring nyaman di atas ranjang.

Prilly membuka matanya. "Enggak kok Mas cuma pusing."

"Mas takut kamu diare soalnya sup yang kamu makan tadi asam sekali Sayang." Ali kontan meringis saat membayangkan perasan jeruk nipis dalam sup yang dimakan istrinya tadi.

Prilly benar-benar menikmati makan malamnya dengan sup tulang yang rasanya super asam karena perasan jeruk nipis. Wajah istrinya sama sekali tidak terlihat mengkerut ketika menyesap kuah sup yang membuat Ali meringis.

"Mas kayaknya aku pengen makan jeruk nipis lagi deh."

Ali membulatkan matanya. Ini kenapa istrinya jadi tergila-gila sama jeruk nipis sih?

"Bobo Sayang. Jangan aneh-aneh nanti sakit perut kamu." Ali merapatkan selimut yang membungkus tubuh istrinya.

Prilly mengambil tangan suaminya yang duduk di samping ranjang mereka. Dengan wajah memelasnya Prilly menatap Ali, "Mas..." rengeknya manja.

Ali menghela nafas. "Dek, Mas bukannya nggak kasih kamu makan jeruk nipis tapi ini udah malam Sayang kamu bisa sakit perut nanti."

"Tapi pengen. Sumpah beneran pengen ini Mas." Prilly nyaris menangis ketika Ali tetap menggelengkan kepalanya.

"Mas.. Satu aja udah cukup janji nggak banyak kayak tadi." Prilly kembali mencoba bernegosiasi dengan suaminya.

Melihat belum ada reaksi dari suaminya, Prilly mulai frustasi namun dia tidak kehabisan akal untuk membujuk suaminya. Dengan perlahan dia bangkit dari ranjang lalu mendekatkan tubuhnya pada Ali yang menaikkan sebelah alisnya, "Mau ngapain Dek?" Tanya nya bingung.

Prilly tidak menjawab tangannya justru bergerak memeluk leher suaminya. Dengan kerlingan manja Prilly mendekatkan wajahnya pada wajah Ali. Hembusan nafas hangat Prilly berhasil membuat mata Ali terpejam.

Ali nyaris mengumpat saat merasakan kecupan hangat dilehernya. Prilly sudah sangat hafal titik lemah suaminya.

Setelah mengecup leher Ali, bibir Prilly berpindah mendekati telinga suaminya. "Mas.." bisiknya dengan manja, sengaja Prilly hembuskan nafasnya ditelinga Ali hingga membuat tubuh suaminya bergidik pelan.

"Boleh ya Mas.. Kamu sayang aku kan Mas?"

"Iya Sayang banget." Ali nyaris mengumpat, ini perihal jeruk nipis aja kenapa mepet-mepet ke arah mesum sih kan Ali jadi enak! Eh nggak enak maksudnya. Bukan lagi..

"Boleh ya Mas. Satu aja.." Prilly kembali mengulum telinga suaminya. Dan satu hal yang dilakukan Ali supaya siksaan ini berubah menjadi kenikmatan. "Boleh tapi 2 ronde ya?" tawarnya sambil menarik tubuh istrinya.

Prilly memanyunkan bibirnya, biarpun petani ternyata jiwa dagang suaminya tetap ada. Dengan berat hati Prilly menganggukkan kepalanya, nggak apa-apa dua ronde deh yang penting dia bisa ngerasain nikmatnya jeruk nipis malam ini.

**

Ali kembali merasakan ngilu pada giginya ketika melihat istrinya menyesap jeruk nipis dengan begitu santainya. "Mas garamnya kurang." Kata Prilly sambil kembali mengunyah potongan jeruk nipis.

"Udah Dek. Jangan kebanyakan juga udah malam ini. Udah ya, Mas pindahin piringnya dulu." Ali menarik piring kecil berisi garam dan potongan cabai rawit kecil di dalamnya.

Meskipun tak rela Prilly tetap menganggukkan kepalanya. "Cuci tangan Mas." Prilly menunjukkan tangannya yang belepotan dengan garam.

Dengan sigap Ali beranjak dari ranjang masuk ke dalam kamar mandi lalu keluar dengan membawa satu gayung air untuk istrinya mencuci tangan.

"Baik banget sih suaminya aku." seru Prilly ceria. Ali tertawa pelan, "Iya dong kan mau dua ronde." jawabnya dengan memperlihatkan kerlingan nakal pada istrinya.

Prilly memanyunkan bibirnya dengan cuek Ali melenggang pergi masuk ke dalam kamar mandi. "Siap-siap ya Sayang, Mas bersih-bersih dulu ini." Terdengar teriakan Ali dari dalam kamar mandi.

"Iya Masku Sayang." Jawabnya setengah berteriak juga.

Prilly melepaskan cepolan rambutnya, dia melirik jam hampir pukul 12 malam. Prilly tiba-tiba teringat dengan ponsel Ali yang sengaja dia buat mode silent sejak tadi sore.

Prilly tersenyum kecut saat melihat puluhan panggilan dan deretan pesan masuk dari Ibu tiri Ali. Wanita itu menodong bahkan seperti mengumpati Ali karena tak kunjung mengirimi uang yang diminta olehnya.

Melihat bagaimana suaminya 'dijajah' oleh Ibu tirinya membuat Prilly semakin yakin kalau langkah yang dia ambil sudah sangat tepat. Dia hanya perlu memanasi Ali sedikit lagi n untuk mengakui status mereka di depan Ibunya.

Prilly buru-buru meletakkan kembali ponsel suaminya ketika melihat Ali keluar dari kamar mandi. Prilly langsung menyambut tatapan suaminya dengan senyuman.

Dan malam ini akan kembali menjadi malam yang panjang untuk mereka berdua.

*****

With You LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang