Bab 40

6.4K 569 58
                                    


Prilly baru terlelap beberapa jam saat rasa mual kembali menyerangnya. Prilly nyaris tumbang jika Ali tidak segera menahan tubuh istrinya.

"Lemes Mas." adunya dengan mata terpejam. "Sabar sayang ya." Ali segera membopong istrinya yang terlihat tidak berdaya.

Prilly memilih memejamkan matanya. Entah sejak kapan Ali ada di dalam kamar mereka namun dia cukup bersyukur dengan keberadaan Ali.

Ali membaringkan tubuh istrinya ke atas ranjang sebelum beranjak mengambil minyak kayu putih untuk meredakan mual istrinya.

"Pusing sekali ya Sayang?" Tanya Ali yang dijawab Prilly dengan anggukan lemah. Tubuhnya benar-benar lemah saat ini bahkan membuka matanya saja dia seperti tidak mampu.

Ali membaui aroma minyak kayu putih pada hidung istrinya. Bukannya mereka justru perut Prilly kembali bergejolak. "Hueek!! Mas nggak tahan sama baunya." Prilly menjauhkan tangan Ali yang beraroma minyak kayu putih menjauh dari wajahnya.

"Kita ke Dokter yuk Sayang. Mas nggak tega kamu sakit kayak gini." Ali benar-benar khawatir, untung saja dia menuruti perkataan Aldo. Dia tidak bisa membayangkan Prilly kembali melalui ini sendirian seperti semalam.

Prilly menggelengkan kepalanya. "Nggak apa-apa Mas. Kayaknya anak Mas ni jahil banget. Ngajakin becanda Bundanya terus." Kata Prilly geli sambil mengusap pelan perutnya.

Ali ikut terkekeh kecil, tangannya juga ikut menimpa tangan Prilly dan ikut memberikan usapan lembut pada perutnya. "Maafin Ayah ya Bunda. Gara-gara Ayah, Bunda jadi seperti ini." Prilly membuka matanya secara perlahan, dia memang memejamkan mata untuk minimalisir rasa pusing yang menderanya.

Ketika matanya terbuka pandangan pertama yang ia lihat adalah raut bersalah suaminya. Ali menatapnya penuh penyesalan dan Prilly benar-benar tidak suka dengan tatapan tak berdaya suaminya ini.

Ali hanya terlalu baik terlalu tulus hingga ketulusannya di manfaatkan oleh Ibunya. Miris sekali, semoga Kenanga tidak menyesal karena kehilangan Ali suatu saat nanti.

Prilly mengangsurkan senyumannya. Perasaannya juga sudah lebih baik setelah tidur tadi meskipun hanya beberapa jam tapi cukup membantu memperbaiki moodnya.

"Mas nggak salah. Ini anak kita, sudah seharusnya kita sama-sama menjaga Sayang. Mas yang jaga aku dan aku yang jaga anak kita, aku benar-benar menikmati momen dikerjai sama anak kita Mas." Prilly berusaha bercanda supaya Ali tertawa. Dan pancingan berhasil. Ali tersenyum geli tangannya kembali mengusap perut istrinya, kali ini tangan Ali merambat masuk ke dalam bajunya dan menyentuh langsung perut telanjangnya.

Rasanya benar-benar nyaman. Prilly sampai memejamkan matanya menikmati telapak tangan Ali yang bersentuhan dengan kulit telanjangnya.

"Merasa lebih baik Sayang?"

Tanpa membuka mata Prilly menganggukkan kepalanya. Rasanya luar biasa nyaman dan secara perlahan mata Prilly mulai memberat, kantuk kembali menyerang dan Prilly terlelap dengan Ali masih setia mengusap perut istrinya.

**

Menjelang sore Prilly baru terjaga dari mimpi indahnya. Tubuhnya terasa lebih ringan dan segar. Wajahnya juga tidak terlalu pucat lagi.

Saat ini dia sedang duduk santai di ayunan belakang rumah Ali. Dia baru saja mandi dan secara tiba-tiba menginginkan potongan buah yang ingin dia nikmati dengan memandang kolam renang.

Ali yang seharian menemani istrinya langsung menyiapkan apa yang di inginkan istrinya. Prilly dengan manja meminta Ali menyuapi potongan buah itu ke dalam mulutnya.

"Asam sekali Sayang." Ali nyaris menangis ketika Prilly balik menyuapi dirinya potongan buah mangga yang luar biasa asam.

Prilly tertawa. "Seger loh Ayah."

With You LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang