Bab 2

5.5K 448 13
                                    


"KIANDRA APRILLYA USMAN!!"Teriakan membahana terdengar memekakkan telinga.

Prilly gadis yang dipanggil hanya menoleh sebelum kembali bergelung kedalam selimutnya. "Apa sih Kak? Masih pagi ini jangan ganggu aku!"

"Pagi? Kamu bilang jam 3 sore masih pagi? Hebat kamu? Lulusan SD mana kamu?"Linda -Kakak Prilly- bertanya dengan nada mengejek.

Prilly mendengus mengabaikan keberadaan Linda di dalam kamarnya. Sejak kemarin setelah diputuskan oleh Pram yang dilakukan Prilly hanya bergelung dibawah selimut.

Untung saja dia tidak demam karena hujan-hujanan seharian kemarin.

"Cepat bangun! Makan dulu, kamu udah lewatin jam makan sejak semalam Dek! Dan kali ini kakak nggak akan biarin kamu melakukan hal bodoh itu lagi."Linda menarik selimut adiknya.

Prilly menahan sekuat tenaga agar selimut nya tidak bisa ditarik oleh Kakaknya. "Kak apaan sih! Biarin aku tidur sebentar kenapa?"protes Prilly kesal.

"Sebentar? Hah yang benar saja. Kamu udah tidur dari kemarin kalau kamu lupa."Linda tidak menghentikan tangannya yang terus berusaha menyingkirkan selimut dari tubuh adiknya.

Akhirnya Prilly menyerah dan melemparkan selimut itu kelantai. "Nah sekarang aku udah bangun terus Kak Inda mau apa?"Tanya Prilly jengkel.

Linda tersenyum puas ketika melihat adiknya sudah beranjak dari ranjang. "Turun kebawah lalu makan! Kakak nggak mau ya sampai Mami sama Papi pulang dan kamu belum makan bisa-bisa Mami omelin Kakak lagi."

Prilly mendengus terang-terangan, Kakaknya ini benar-benar pandai dalam mengarang cerita. Mana pernah Mami atau Papi mereka memarahi Linda hanya karena dia belum makan yang ada kupingnya ditarik oleh sang Mami melewatkan jam makannya.

"Mami sama Papi kerja siang malam untuk kamu dan Kak Inda loh Dek. Kalau kamu atau Kak Inda nggak makan malas makan percuma Mami Papa kerja banting tulang."

Selalu itu yang Mami katakan ketika salah seorang satu dari mereka melewatkan jam makan mereka. Ah, tiba-tiba Prilly jadi kangen sama Maminya.

Melihat kesedihan diwajah Adiknya seketika Linda mendekat lalu memeluk erat adiknya. "Sabar Dek. Nggak lama lagi Mami sama Papi pulang kok."

"Tapi aku kangen banget sama Mami sama Papi juga Kak."bisik Prilly dalam pelukan Linda.

Linda mengeratkan pelukannya pada sang Adik. Linda tahu ada yang tidak beres sama Adiknya hanya saja dia belum ingin menanyakan apa-apa dia akan memberikan waktu untuk adiknya.

Nanti jika sudah tenang Prilly akan menceritakan semuanya pada Linda. Hanya tinggal menunggu waktu saja.

**

Prilly melahap makan siangnya nyaris sore itu dengan lesu. Dia tidak memiliki semangat sama sekali, kejadian kemarin masih belum lepas dari otaknya.

Entah apa yang membuat Pram mantan kekasihnya bisa memutuskan hubungan mereka yang sudah terjalin hampir 3 tahun dengan alasan tidak merasakan apapun lagi alias bosan.

Gila nggak sih itu si Pram?

Tanpa sadar Prilly memotong daging sapi di dalam piringnya dengan sekuat tenaga hingga daging itu terbanting dan terbang..

Buk!

"Adek!!"

Prilly terkejut bukan main saat dagingnya melayang dan mengenai tepat di dahi Kakaknya. "Eh maaf Kak. Nggak sengaja sumpah!"Prilly sedikit meringis saat melihat bumbu rendang yang menempel di jidat sang Kakak.

"Ck. Galau ya galau cuma makannya biasa aja dong jangan ngajak berantem."Omel Linda sambil berjalan mendekati meja makan lalu mengambil beberapa helai tissu disana.

"Maaf ya Kak."

"Minta maaf itu mulut sama muka harus sinkron dong! Jangan di mulut maaf eh muka malah ngejek gitu."

Prilly tertawa geli, dia sangat tahu Kakaknya sedang berusaha mengajaknya bercanda. Sejak dulu, jika Mami dan Papi sibuk hanya Linda yang mencurahkan kasih sayang untuknya.

Meskipun umur mereka hanya berjarak lebih kurang 5 tahun. Prilly sedang menyelesaikan kuliahnya sedangkan Linda sudah bekerja di perusahaan Papi mereka.

"Kak."

"Apaan."balas Linda cuek padahal matanya tak lepas dari raut sendu sang Adik.

"Pram mutusin aku kemarin."Prilly menatap Kakaknya dengan mata terluka.

"Ya bagus dong! Dia sadar diri berarti kalau dia nggak pantas untuk Adek Kakak."Sahut Linda ketus. Dia benar-benar tidak menyukai Pram mantan pacar adiknya itu. Kelihatan banget nggak tulusnya!

Prilly langsung merengut, hilang sudah ekspresi sendu di wajahnya kini wajah cantik itu terlihat cemberut menatap sang Kakak yang cuek-cuek saja mengunyah potongan apel yang ada di meja makan.

"Kakak nyebelin banget sih?"Rajuk Prilly manja.

Linda mencibir menatap malas Adiknya. "Kakak tuh apa adanya bukan nyebelin. Lagian kamu aneh! Masak iya cowok mirip kuda nil itu kamu pacarin kayak nggak ada cowok lain aja."

Prilly terkikik geli, Kakaknya memang selalu mengatai bentuk wajah Pram mirip kuda nil. Entah dimana miripnya tapi jika dipikir-pikir lagi memang wajah Pram tergolong standar sih menangnya cuma tinggi doang.

Eh? Kok dia baru sadar yak?

"Makanya kalau milih cowok yang agak kerenan dikit lah kayak Mas Agus kesayangan Kakak."Linda langsung berbinar ketika menyebutkan nama sang kekasih.

Kini giliran Prilly yang mencibir."Apaan orang kepala Mas Agus nggak rata begitu. Masak iya bentuk kepala kayak buah semangka."

"YAK!!"

"HAHAHAHA..."

**

"Mas.."

"Iya Buk. Mas di ruang kerja."

Kenanga langsung menghampiri putra tirinya. "Ngapain Nak?"Tanyanya manja. Ali tersenyum menoleh menatap Ibunya yang sedang menutup pintu ruangannya.

"Ini lagi lihat-lihat hasil panen kita kali ini Buk. Kenapa Bu?"Ali menutup map nya lalu memfokuskan diri pada sang Ibu.

"Ciee juragan Muda yang jadi tuan tanah paling kaya di kampung ini."Kenanga menggoda putranya.

Ali tertawa lalu beranjak dari kursi kerjanya menuju sofa dan duduk disamping Ibunya. "Amiin. Itu semua berkat doa Ibu juga."Ali mengambil tangan kanan Kenanga lalu mengecupnya penuh hormat.

"Memang tapi Sayang doa Ibu saja tanpa usaha kamu nggak akan sejaya ini Mas. Tapi semua ini juga berkat ketekunan dan kerja keras kamu Nak. Ibu bangga sangat bangga sama kamu."Kenanga mengusap lembut kepala Ali.

Ali menatap Ibunya dengan berkaca-kaca, dia sangat menyayangi Kenanga. Sangat.

"Oh ya. Ibu mau kasih tahu sesuatu sama kamu. Tapi.."Kenanga terlihat sedikit salah tingkah matanya menatap Ali sekilas sebelum mengalihkan pandangannya mengitari ruangan Ali.

Dia gugup menghadapi putranya.

"Kenapa Buk? Ibu mau ngomong apa?"Ali masih menggenggam tangan Ibunya menatap Kenanga penasaran.

"Itu apa namanya, Aldo adik kamu eum.."Kenanga terlihat salah tingkah menatap Ali dengan wajah merah padam.

"Aldo? Aldo kenapa Buk?"Ali masih belum menangkap kemana arah pembicaraan Ibunya.

"Aldo kehabisan uang bulanan lagi? Kan baru dua hari yang lalu aku kirimkan uang masak udah habis aja Buk."Ali bertanya dengan wajah bingungnya.

Kenanga semakin salah tingkah namun dengan menguatkan hati dia harus tetap menceritakan tentang kelakuan nakal anak kandungnya itu pada Ali.

"Aldo nabrakin mobil orang dan kita harus membayar ganti rugi jika tidak Aldo akan dipenjara Nak."

Dan jika tidak melihat air mata Ibunya mungkin Ali tidak akan segan-segan memaki Adik tirinya itu.

Sialan! Dia kira cari uang gampang apa?

*****

With You LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang