Bab 26

5.2K 468 28
                                    


Tak terasa satu bulan sudah berlalu sejak kepergian orang tua Prilly. Dan itu artinya tinggal beberapa hari lagi Ali akan memboyong istrinya pulang ke kampung halamannya.

Linda sudah kembali bekerja seperti biasa. Prilly juga sudah mengajukan cuti di kampusnya. Ali tidak memaksa istrinya untuk cuti karena Ali tidak masalah jika mereka tinggal di sini untuk beberapa bulan ke depan sambil menunggu Prilly menyelesaikan pendidikannya.

Prilly mengaku tidak masalah untuk cuti, dia ingin ikut ke kampung Ali karena dia ingin mendapatkan suasana baru. Tapi dia berjanji akan menyelesaikan pendidikannya tapi tidak untuk saat ini.

Ali mengerti dan dia mengikuti kemauan istrinya. Dan selama menunggu beberapa hari ke depan Prilly sudah mulai menyiapkan keperluannya untuk ikut Ali ke kampung suaminya.

Prilly tidak masalah dengan suasananya dia hanya sedikit terbebani ketika memikirkan bagaimana tanggapan Ibu tiri Ali nanti. Ali sudah menceritakan tentang keluarganya termasuk Ibu tirinya dan soal Aldo Adik tiri Ali, Prilly pernah mendengarnya sekilas dulu.

"Mas jadi nanti malam kita ke rumah kamu?" Ali baru saja selesai mandi setelah mereka kembali bertempur di siang bolong seperti ini. Ya mau bagaimana lagi mereka ini pengantin baru jadi maklumi saja.

Ali sedang menggosokkan rambutnya yang basah. "Jadi Dek." sahutnya sambil berjalan menuju lemari Prilly. Di sana sudah tersusun baju-baju miliknya. Sebenarnya baju-baju di lemari adalah baju yang dibelikan Prilly untuknya. Ali hanya membawa beberapa baju saja ketika kemari jadilah Prilly yang berinisiatif untuk membelikan semua kebutuhan suaminya termasuk pakaian bahkan sampai pakaian dalam pun Prilly sediakan untuk suaminya.

"Mas mau pakai baju apa? Ini udah di siapin." Prilly menunjuk ke arah sofa di kamarnya di sana sudah ada baju lengkap dengan celana yang Prilly sediakan untuk suaminya.

Ali menoleh tersenyum lebar, dia selalu suka dengan perhatian Prilly padanya. "Terima kasih Sayang." Ali segera beranjak menuju sofa. Dia sudah mengenakan pakaian dalamnya di dalam kamar mandi.

Prilly tersenyum manis pada suaminya.

Ali terus menyusun baju-baju miliknya ke dalam koper. "Mas baju-baju Mas biar di sini aja ya nggak usah dibawa pulang lagi."

Ali mengangguk setuju lagian di rumahnya masih banyak pakaiannya di sana. "Nanti aja packing lagi Sayang. Mas bantuin sekarang siap-siap gih! Kita ke rumah Mas sekarang."

Prilly mengangguk dan melakukan apa yang diperintahkan suaminya.

**

Sepanjang jalan tak henti-hentinya Prilly mengomel lucu. "Mas ihh.. Tanggung jawab ini lipstik aku cemong! Iihh!" Prilly mengusap bibirnya menggunakan tisu.

Tawa Ali berderai memenuhi mobil yang sedang melaju. Tadi di lampu merah Ali dengan gemas memanggut bibir istrinya hingga membulat lipstik Prilly berantakan.

"Pakai lagi Sayang." Ali mengusap lembut kepala istrinya.

Prilly langsung manyun. "Lipstik ini mahal loh Mas, takutnya cepat habis." Prilly menyengir lebar pada suaminya.

Ali ikut tertawa. "Kalau ada rejeki nanti Mas beli yang lebih mahal." Kata Ali sambil mengedipkan matanya.

Prilly manyun lagi, "Jangan ah! Kita harus pikirin masa depan kita Mas. Jangan buang-buang ah, mending di tabung aja buat anak-anak kita nanti." Kata Prilly bijak membuat Ali nyaris tersedak ludahnya sendiri.

Anak? Masak iya langsung bahas anak lah benihnya aja baru dia semai beberapa waktu yang lalu.

"Iya Sayang. InsyaAllah Mas akan siapin tabungan khusus untuk anak kita nanti." Ali belum menceritakan detail pekerjaan serta penghasilannya selama ini pada Prilly.

Mobil yang mereka ditumpangi melaju sedang. Ali tidak ingin terburu-buru, dia ingin menikmati indahnya perjalanan bersama istrinya.

"Dek ke puncak yok! Mau?" Ali tiba-tiba mencetuskan ide yang ada di otaknya. Sepertinya liburan cocok untuk mereka ya hitung-hitung bulan madu begitu.

Prilly menoleh menatap suaminya kaget. "Kan mau balik kampung Mas nggak sempat dong Sayang kita ke puncaknya."

"Ya ditunda aja dulu balik kampungnya." Entah kenapa Ali tiba-tiba merasa malas untuk kembali kerumahnya, terlebih hubungannya dengan sang Ibu belum membaik. Dia yakin Ibunya pasti tidak akan menerima Prilly dengan tangan terbuka.

Dan kepalanya mendadak pusing ketika membayangkan kedatangan Prilly ditolak oleh Ibunya. Ali belum menceritakan apapun tentang pernikahannya terakhir kali dia hubungi Ibunya pun komunikasi mereka tidak baik. Ibunya masih kekeuh ingin dirinya menikahi Fifa.

Prilly melirik suaminya. Dia tahu ada yang sedang disembunyikan oleh suaminya tapi dia tidak akan bertanya biar saja nanti ketika siap Ali akan menceritakan semua dengan sendirinya.

"Adik kamu di rumah Mas?" Tanya Prilly membunuh keheningan dalam mobil mereka. Prilly tidak terlalu nyaman dengan suasana sepi sekarang.

Ali menoleh kearah istrinya lalu tersenyum. "Ada kayaknya Sayang. Cuma nggak tahu juga, dia rada-rada bebal begitu orangnya." Ali sudah menelfon Aldo sebelum berangkat tadi tapi ya dia tidak bisa mempercayai adiknya itu, semoga saja kali ini tidak ada bra yang menyambut kedatangan mereka di depan pintu.

"Nakal banget ya Mas, Adik kamu itu?" Prilly mulai penasaran dengan sosok adik iparnya itu.

Dengan penuh keyakinan Ali menganggukkan kepalanya. "Nggak ada obat lagi dia tuh!" jawab Ali tanpa keraguan.

"Kalau suami aku bandel nggak?" Prilly mengerling nakal pada suaminya.

Ali ikut melakukan hal yang sama, bahkan dengan beraninya Ali mengambil tangan istrinya lalu ia emut dengan tatapan yang sengaja dia buat sesensual mungkin.

Jantung Prilly berdebar kencang, niatnya menggoda Ali tapi kenapa malah dirinya yang tergoda. Ini mah senjata makan tuan namanya.

"Menurut kamu gimana?" Ali bertanya sambil menjilat jari telunjuk istrinya.

"Iihh Mas! Apaan sih! Jorok!" Prilly buru-buru menarik tangannya. Menutupi kegugupannya dengan memarahi Ali.

Ali yang bisa melihat gairah ada istrinya tertawa tanpa rasa bersalah. "Udah sampe nih! Nanti cuci dikamar mandi. Jangan diusap kuat begitu nanti jarinya lecet." Ali menahan gerakan tangan Prilly.

Ali kembali memperlihatkan seringai jahilnya ketika merasakan jemari istrinya sedikit bergetar dan terasa begitu dingin dalam genggamannya.

"Kamu lagi on ya Sayang?" Tanyanya setelah memasukkan mobilnya ke dalam pekarangan rumah. Pintu gerbang rumahnya terbuka lebar sepertinya Aldo memang sudah menunggu kedatangan dirinya.

Prilly tidak menjawab hanya pandangannya saja dia alihkan keluar jendela. "Kita ke atas yok!" Prilly menoleh kali ini suara Ali berubah menjadi serak dan Prilly bisa melihat kabut gairah di mata suaminya.

Jadi mereka sama-sama bergairah saat ini.

Tanpa ragu Prilly menganggukkan kepalanya. Dan tanpa menunggu lama Ali segera membuka pintu mobilnya lalu berjalan cepat mengitari mobil hingga sampai di samping kiri, dengan cepat Ali membuka pintu mobi lalu mengulurkan tangannya untuk membantu Prilly keluar.

Setelah itu dia kembali menyeret Prilly menuju rumahnya, tepatnya kamarnya yang ada di lantai atas. Prilly tidak protes, gairah mereka benar-benar tidak bisa ditutupi.

Namun semuanya gairah itu menguap saat mereka sama-sama mendengar suara berupa teriakan yang mereka yakini wanita sedang memaki Aldo.

"GUE HAMIL ANAK LO SIALAN?!"

******

Siap-siap buat 'bum' nya yaa.. Hahaha.. Coba tebak apa konflik selanjutnya?

Ah ya, untuk besok khusus besok aku bakal adain promo 3 pdf terbaru aku hanya 100k.

Warisan Cinta+ Takdir Cinta+ With love you khusus with love you krm tgl 1 yaa..

Silahkan kalau berminat lgsung list malam ini ke wa aku ..
081321817808

Terima kasih..

With You LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang