Bab 11

4.2K 429 14
                                    


Tak terasa akhirnya tiba hari dimana Ali harus kembali ke kampung halamannya. Masalah Aldo juga sudah terselesaikan. Dan malam ini Ali sedang mengemasi barang-barangnya.

Ali menoleh menatap dua kotak kalung yang dia beli bersama Prilly waktu itu. Satu kotak khusus untuk Ibunya dan satu lagi kalung emas putih dengan bandul bintang terlihat begitu indah, sejujurnya Ali sengaja membeli kalung itu khusus untuk Prilly hanya saja dia tidak memiliki momen yang pas untuk memberikan kalung itu.

Anggap saja hadiah perkenalan sekaligus perpisahan darinya.

Sejak pertemuan terakhir mereka di mall, Prilly mulai di sibukkan dengan tugas kuliah dan juga tugas akhirnya hingga mereka hanya berkomunikasi melalui sambungan telfon entah itu chatting atau video call.

Seperti saat ini, Prilly sedang menemani Ali mengemasi barang-barangnya melalui sambungan video call.

"Repot banget sih Mas?" Prilly terkikik geli ketika melihat Ali mondar-mandir di dalam kamarnya.

Ali menoleh menatap wajah Prilly yang memenuhi layar ponselnya. "Iya maklum saja lajang ini." sahutnya dengan derai tawa.

Prilly ikut tertawa, "Wah kode nih kayaknya." balasnya tak mau kalah. "Iya kode pengen punya istri." sambung Ali lagi.

Keduanya serentak tertawa bersama sebelum akhirnya sama-sama terdiam dengan mata saling berpandangan. Prilly mengukir senyumnya meskipun hatinya sedikit kalut atas kepulangan Ali.

Entahlah dia merasa Ali adalah obat dari rasa sakitnya.

Ali juga merasakan hal yang tidak berbeda jauh dengan Prilly, sejak bersama gadis ini dia benar-benar seperti memiliki warna baru di dalam hidupnya.

Katakan dia bajingan, tapi dia benar-benar-benar tidak bisa berbohong ketika selama di sini khususnya bersama Prilly dia benar-benar melupakan sosok Wulan kekasihnya.

Bahkan Ali tidak yakin setelah ini hidupnya akan tetap nyaman di kampung seperti dulu atau hatinya akan berontak dan menginginkan kembali ke sini, ke kota di mana gadis mungil berwajah cantik ini berada.

Ali tidak melepaskan pandangannya dari Prilly. "Mas bakal kangen kamu pasti." Ujarnya tanpa berusaha menyembunyikan perasaannya. Ali tidak suka menyembunyikan apapun jadi dia katakan saja yang sesungguhnya pada Prilly.

Sontak wajah Prilly bersemu merah dengan malu-malu dia membalas perkataan Ali. "Aku juga begitu kayaknya Mas."

Ali tersenyum, sisa malam ini yang dia ingin hanya menatap gadis ini. Bahkan ketika jam hampir lewat tengah malam Ali baru mengakhiri sambungan telefon mereka itu juga di karenakan Prilly yang sudah mengantuk.

Dan keesokan harinya, jemputan Ali sudah datang. Setelah berpamitan pada Aldo akhirnya Ali benar-benar meninggalkan kota dengan berat hati.

Ali sudah mengirimkan pesan untuk Prilly kalau dirinya sudah berada di dalam mobil angkutan umum yang akan membawanya kembali ke desa. Ali menatap sendu kotak kecil berisi kalung yang belum sempat dia berikan pada Prilly.

Didalam hati dia berharap kalau dirinya masih memiliki kesempatan untuk memberikan kalung ini untuk Prilly.

**

"Kamu apaan sih Wulan?"

Wulan yang merasa namanya di bawa-bawa menoleh dan menatap garang Ibu tiri dari kekasihnya.

"Maksud Ibu apa?"

"Jangan panggil saya Ibu karena saya bukan Ibu kamu!" Hardik Kenanga membuat Wulan memutarkan matanya.

Kenanga semakin berang melihat ketidaksopanan kekasih dari putra tirinya. "Dasar kurang ajar kamu ya!" makinya kasar.

Wulan segera menatap tajam wanita yang sangat disayangi oleh kekasihnya itu tapi dia tidak peduli toh Ali tidak ada di sini. Jadi tidak masalah kalau dia membalas ucapan kasar sang Nyonya.

"Begini Ibu Kenanga yang terhormat. Jangan sembarangan mengatai orang lain kurang ajar jika sikap Ibu tidak lebih baik dari orang yang baru saja Ibu katai." lawan Wulan dengan berani. Mereka sedang ada di jalanan dekat pemukiman tapi mereka sama-sama tidak malu ketika orang-orang kampung mulai menaruh perhatian pada mereka.

Bagaimana tidak, seorang yang mengumbar diri sebagai calon istri tuan muda Ali sedang bertengkar dengan Ibu tiri yang sangat di sayangi oleh tuan muda Ali.

"Kamu jangan pernah memperalat anak saya untuk memenuhi keinginan gila kamu! Jangan bergaya terlalu tinggi kalau kamu hanya gadis miskin. Paham?" Mulut tajam Kenanga benar-benar mampu mengoyak harga diri Wulan. Panas matahari sama sekali tidak menyurutkan keinginan dirinya untuk menghardik perempuan tidak tahu diri ini.

Gadis itu sedikit tersudut matanya menoleh kesamping dan perasaan marahnya mulai memenuhi dada ketika orang-orang kampungnya yang baru pulang dari sawah mulai berbisik-bisik menghardik dirinya.

Ibu tiri kurang ajar!

Tangan Wulan sontak mengepal. "Jangan sok suci Buk! Anda menikahi almarhum Ayahnya Mas Ali juga karena harta kan? Bahkan sampai sekarang Anda dan putra Anda menggantungkan hidup pada Mas Ali layaknya benalu. Apa Anda tidak malu bergaya layaknya Nyonya padahal cuma menumpang hidup pada Mas Ali!"

"WULAN!!"

Wulan terkesiap. Dia tidak menyangka kalau Ali mendengar perkataannya barusan. "Ma..s Ali?"

Ali mempercepat langkahnya mendekati Wulan yang sudah pucat pasi sedangkan Kenanga tersenyum licik sebelum tiba-tiba dia mengeluarkan air matanya. Wulan membulatkan matanya ketika melihat Kenanga menangis sesenggukan di hadapan Ali.

Dan semakin terpojok lah posisinya di depan Ali. "Mas aku bisa jelasin! Ini nggak sepe--"

"Aku ingin mengakhiri hubungan kita. Kita putus Wulan! Mulai detik ini kita tidak punya hubungan apapun lagi." Ali berkata tegas dengan rahang mengetat. Tangannya meraih bahu sang Ibu yang menangis begitu pilu.

Wulan tergagap, dia tidak terima diputuskan sepihak seperti ini. "Mas! Ibu kamu yang salah! Dia duluan yang ngatain aku. Kamu nggak bisa giniin aku!" Wulan menunjuk-nunjuk Kenanga dengan sebelah tangannya.

Kontan Ali menepis tangan Wulan. Pandangannya semakin menggelap. "Aku tidak butuh perempuan yang tidak bisa menjaga perasaan Ibuku."ketus Ali dengan suara lantangnya.

Kenanga tersenyum penuh kebahagiaan disela tangisannya. Ali memeluk erat tubuh Ibunya. Bukan tangisan Ibunya yang dia inginkan sebagai sambutan tapi pelukan hangat beliau. Dan Ali benar-benar tidak bisa terima ketika melihat Wulan menghardik Ibunya tepat di depan mata kepalanya.

Wulan mengepalkan tangannya kuat-kuat. Sialan! Dia salah langkah kali ini. Seharusnya dia tidak membalas perkataan Kenanga tadi tapi siapa yang tahu kalau Ali kembali hari ini? Argh! Sialan!

"Bawa Ibu pulang Mas. Kepala Ibu pusing." Kenanga benar-benar memanfaatkan kesempatan ini untuk membuat putranya semakin membenci gadis yang tidak tahu sopan santun ini.

"Iya Bu. Kita pulang." Ali membawa Ibunya ke dalam dekapannya lalu ia papah wanita itu penuh kehati-hatian.

Ali langsung berbalik meninggalkan Wulan yang menatap punggung Kenanga penuh kebencian.

Dasar wanita sialan!

Argh!

Wulan mengacak-acak rambutnya dengan perasaan kesal luar biasa. Hilang sudah kesempatannya untuk menjadi orang kaya. Dan semua itu gara-gara manusia sialan itu!

"Awas saja kau Nyonya Kenanga! Jangan panggil aku Wulan jika aku tidak bisa memiliki Ali." Wulan menggertakkan giginya hingga terdengar bunyi gemeletuk. "Dan ketika aku sudah menyandang status Nyonya Ali maka hal pertama yang aku lakukan adalah menendang mu dari rumah Ali." sambungnya penuh kebencian.

*****

Untuk yang berminat pdf Takdir Cinta masih bisa yaa, harganya 60k..

Silahkan list ke wa 081321817808

With You LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang