Prilly merebahkan tubuhnya setelah memasuki kamar Ali yang kini berubah menjadi kamar mereka. Kepala Prilly tiba-tiba pusing jadi dia memilih mengistirahatkan tubuhnya dia harus selalu sehat selain karena bayi dalam rahimnya, dia juga perlu tenaga ekstra untuk 'melawan' penindasan yang dilakukan Ibu mertuanya.Prilly memejamkan matanya. Berita bahagianya nanti akan dia umumkan di group keluarga melalui aplikasi whatsappnya.
Prilly masih sadar ketika pintu kamarnya terbuka dan dia yakin itu suaminya. Hanya saja dia terlalu malas membuka matanya, dia enggan melakukan komunikasi apapun dengan Ali ditengah kelabilan emosinya, dia takut ujung-ujungnya nanti malah mereka bertengkar.
Ali yang super sensitif jika berhubungan dengan keluarga terutama Ibunya dan dirinya juga yang tak kalah sensi sekarang bukan kombinasi yang pas untuk mereka berkomunikasi saat ini.
Prilly masih memejamkan matanya meskipun sisi samping ranjangnya bergerak dan itu tahu Ali ada di sana, aroma khas dari tubuh Ali sudah sangat di hafal oleh Prilly.
"Sayang kamu tidur?"
Prilly memilih tidak menjawab pertanyaan Ali, untung saja posisinya membelakangi Ali jadi suaminya tidak mungkin melihat kelopak matanya yang bergerak karena dia memang belum terlelap.
"Maafin Ibu ya. Maafin Mas juga. Mas nggak tahu harus ngomong apa tapi Mas mohon jangan merasa tersakiti dengan sikap Ibu ya. Kasihan anak kita."
Prilly merasakan usapan tangan Ali ada perutnya. Tubuh Ali sudah begitu menempeli tubuhnya. Dan apa pria itu tadi katakan jangan tersakiti? Prilly sama sekali tidak merasa sakit hati tapi lebih dari itu dia muak dengan sikap Ibu tiri Ali, namun dia tetap berusaha menahan diri biar bagaimanapun Kenanga adalah Ibu tiri yang sangat dicintai oleh suaminya.
Lagipula hari ini perasaannya sedang bahagia menyambut kehamilannya jadi dia tidak ingin merusak kebahagiaannya dengan meladeni sikap menyebalkan Ibu tiri Ali itu.
Diam adalah pilihan terbaik untuk saat ini. Termasuk mendiamkan Ali.
Prilly tak kunjung membuka suara bahkan ketika Ali mulai menggodanya, pria itu mulai menyesap kulit lehernya namun mati-matian Prilly menahan reaksi tubuhnya termasuk desahannya yang sudah berada diujung lidah.
"Mas tahu kamu belum tidur." Ucap Ali tanpa menghentikan kecupan nakalnya.
Prilly membuka matanya, suaminya ini pasti akan terus menganggu dirinya jika dia tidak mengeluarkan suaranya. "Mas berhenti! Aku lelah." Prilly tidak berbohong ketika mengatakan lelah pada suaminya.
Ali menghentikan kecupannya namun tidak menjauhkan tubuhnya dari Prilly, dengan erat pria itu memeluk istrinya yang berbaring membelakangi dirinya.
"Kamu marah?"
Prilly yang sudah membuka matanya menggelengkan kepalanya. "Nggak."
"Jadi kenapa cuek gitu sama Mas?" Ali kembali menggoda istrinya, dia tahu mood istrinya sedang tidak bagus saat ini.
"Mas berhenti! Iihh..." Prilly menjauhkan lehernya yang kembali di sesap oleh Ali.
"Kenapa sih bumil ku?"
"Tau ah." Prilly semakin kesal sendiri, entah kenapa moodnya berantakan dalam seketika padahal tadi dia biasa saja tapi kenapa sekarang jadi seperti ini.
Labil sekali.
Ali tidak marah malah dengan sengaja dia semakin menggoda istrinya. Prilly menjerit protes sebelum tertawa ketika Ali menundukkan kepalanya lalu mengecupi perut dan pinggang istrinya. Prilly terkikik kegelian.
