Menjelang Magrib Prilly baru dilepaskan oleh Ali. Selepas makan siang tadi Ali benar-benar meluapkan kerinduannya pada sang istri dengan ronde-ronde panas mereka.
"Mas mau Magrib." Bisik Prilly dengan suara seraknya. Dia tertidur setelah Ali meluapkan kerinduannya entah untuk ke berapa kalinya bahkan Prilly bisa merasakan bagian bawahnya sedikit perih.
Ali mengerjapkan matanya merenggangkan sedikit pelukannya. "Kita mandi terus shalat dulu Sayang ya. Mas janji akan menjelaskan semuanya sama kamu meskipun Mas tahu sekilas kamu pasti sudah mendengar cerita dari Mbok Darmi kan?"
Prilly menganggukkan kepalanya. "Iya sih tapi tetap pengen dengerin langsung dari kamu Mas."
Ali tersenyum membenamkan satu kecupannya pada pelipis sang istri. "Iya. Nanti setelah kita shalat Mas akan ceritakan semuanya." Janji Ali sebelum beranjak menuju kamar mandi.
Prilly melirik jam di atas meja kecil di dalam kamar Ali. Masih ada waktu setengah jam lagi sebelum azan Magrib berkumandang.
Prilly merenggangkan ototnya yang terasa pegal. Ali benar-benar luar biasa perkasa bahkan tubuhnya terasa remuk tapi perasaannya luar biasa puas.
Prilly menggulung rambutnya ke atas kepala, mencepolnya asal dengan mengapit selimut dibawah ketiaknya menutupi ketelanjangannya. Suara gemericik air terdengar dari dalam kamar mandi menandakan Ali sedang membersihkan dirinya.
Prilly tidak tahu kalau hidup Ali tidak sebahagia yang terlihat, kekayaan memang luar biasa Prilly tidak meragukan lagi soal kekayaan Ali tapi sayang sekali dibalik semuanya Ali ternyata dimanfaatkan oleh orang-orang yang disayangi olehnya.
Kemarin ketika Mbok Darmi bercerita tentang keluarga Ali dia tidak terlalu peduli yang dia tangkap hanya cerita tentang Kenanga Ibu tiri Ali yang begitu disayangi oleh Ali. Ali selalu menuruti permintaan Ibunya dan tadi Prilly sudah melihatnya sendiri bagaimana Ali tidak berdaya menolak permintaan Ibunya.
Prilly sedikit bersyukur ketika Ali mengatakan menolak permintaan Ibunya yang terus menyuruh dirinya untuk menikahi Fifa. Dan mulai sekarang dia tidak akan tinggal diam, apalagi jika menyangkut rumah tangannya. Dia tidak boleh membiarkan siapapun mengacaukan hubungannya dengan Ali.
Dan mengenai statusnya, dia bisa memikirkannya nanti. Dia yakin Ali tidak akan membuatnya menunggu lama hanya untuk mengungkapkan statusnya sebagai istri Ali.
**
Setelah melaksanakan shalat Magrib berjamaah, Ali dan Prilly keluar dari kamar dengan senyuman menghiasi wajah mereka. Mbok Darmi yang melihat pasangan itu tersenyum bahagia.
"Sudah baikan Nak?" Tanyanya sambil menata meja makan untuk makan malam Ali dan Prilly.
Ali mengangguk dengan senyum bahagianya. "Sudah Mbok. Terimakasih ya Mbok berkat doa dan semangat dari Mbok akhirnya Ali baikan lagi sama istri Ali." Jawab Ali dengan senyum sumringahnya.
Prilly ikut tersenyum sambil mengeratkan pelukannya pada lengan Ali. Entah kenapa dia begitu nyaman bergelayut di lengan suaminya.
"Mas mau makan sup tadi siang dong." pinta Prilly tiba-tiba. Mbok Darmi dan Ali sontak saling tatap. "Masih ada Mbok sup tulangnya?" Ali bertanya pada Mbok Darmi.
Mbok Darmi tersenyum lembut, "Masih Nak. Non Prilly mau makan sekarang?"
"Prilly aja Mbok masak Ali Mbok panggil nama tanpa embel Den kok aku pakek Non segala. Mbok Darmi nggak adil." Prilly merajuk manja.
Ali dan Mbok Darmi sontak terkekeh geli. Ali sangat gemas melihat rajukan manja istrinya. "Iya Eneng cantik. Prilly paling cantik." seru Mbok Darmi dengan senyuman gelinya.