Bab 17

4.3K 444 14
                                    


Suasana di kediaman pengusaha Usman sudah mulai sepi. Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Menurut informasi yang di dengar Ali, diperkirakan jenazah kedua orang tua Prilly akan tiba esok hari.

Linda mengatakannya pada Ali sebelum gadis itu pamit untuk beristirahat. Ali terpaksa menginap di rumah Prilly karena gadis itu tidak mau jauh darinya.

Linda sudah menjelaskan pada Adiknya kalau Ali harus pulang tapi dengan keras kepala Prilly menolak usulan itu bahkan gadis itu meraung keras ketika Ali ingin kembali ke rumahnya.

Linda hanya menghembuskan nafasnya pasrah. Dia tahu ketimbang dirinya Prilly jauh lebih terpukul. Meskipun jarang berada di rumah tapi orang tuanya jelas lebih memanjakan Prilly yang notabene adalah anak bungsu dan Linda tidak heran jika reaksi Adiknya akan seperti ini.

Agus juga menginap dia menempati kamar tamu di rumah ini. Mereka tidak hanya berempat tapi ada tetangga yang ingin membantu memilih menginap menemani gadis cantik itu malam ini.

Linda benar-benar bersyukur atas kepekaan dan kepedulian tetangga-tetangganya pada mereka. Setelah Linda menghilang ke kamarnya, Ali beranjak turun dari ranjang, Prilly sudah terlelap gadisnya terlalu lelah menangis jadi hanya dengan usapan lembut tangannya Prilly sudah terlena terseret ke alam mimpinya.

Ali menatap wajah pucat Prilly sejenak. Dia sedikit kesal karena Prilly menolak memakan sesuatu yang biasa mengganjal perutnya. Seharian ini Prilly hanya mengkonsumsi air putih saja sebagai pengganti makanan.

"Enggak ketelan juga Mas nasinya." Prilly mengadu ketika Ali menyodorkan sesendok nasi untuk Prilly.

Ali terus membujuk namun gadis ini tetap pada pendiriannya. Prilly mengeluh sakit perut setelah puas menangis dalam dekapannya tadi tapi ketika disodorkan makanan gadis itu malah menolak.

Jika di paksa maka Prilly akan menangis jadinya Prilly hanya meminum air putih sebelum memejamkan matanya.

Ali menatap lamat-lamat wajah Prilly yang terlihat begitu pucat. Kelopak matanya terlihat bengkak. Ali memberanikan diri mendekatkan wajahnya untuk mengecup pelipis Prilly.

"Mimpi indah Sayang." bisiknya serak sebelum beranjak meninggalkan kamar orang tua Prilly.

Prilly tertidur nyenyak meskipun tangannya tak melepaskan bingkai foto milik orang tuanya. Prilly mendekap erat bingkai foto itu.

Ali menutup pintu kamar dengan perlahan, lampu kamar sengaja tidak dia matikan. Dia takut Prilly terbangun tengah malam dalam kondisi gelap hingga Prilly menangis. Jadi memilih jalan aman Ali menghidupkan lampu kamar.

Kamar orang tua Prilly terletak di lantai bawah dekat dengan ruang tamu sedangkan kamar tamu ada di samping ruang tengah. Ali mengitari rumah besar ini dengan kehampaan.

Entahlah.. Rumah dengan luas hampir setengah hektar ini terlihat sedikit mencekam jika dalam keadaan sunyi seperti ini. Ali tidak takut dia hanya tidak nyaman saja dengan suasana rumah ini mungkin karena dia baru menginjakkan kakinya di rumah ini.

Ali merenggangkan ototnya. Dia bahkan belum berganti baju, untung saja dia sempat membersihkan tubuhnya ketika shalat magrib tadi. Bajunya terasa lengket mungkin karena keringat atau apa yang jelas Ali tidak nyaman jika tidur dengan baju ini.

Lampu di semua ruangan sudah dimatikan, suasana sedikit remang-remang. Ali tak langsung ke kamar yang sudah disediakan untuk dirinya malam ini. Ali memilih merebahkan tubuhnya di ruang tamu di mana keluarga besar Prilly berkumpul tadi.

Ali memejamkan matanya sejenak, walaupun risih dia terpaksa harus tidur mengenakan baju ini. Tidak mungkin Ali tidur dengan bertelanjang dada di rumah ini. Jika boleh malam ini dia ingin tidur di mobil saja tapi rasanya sedikit tidak sopan terlebih Linda sudah menyiapkan kamar tidur untuknya meskipun harus berbagi ranjang dengan Mas Agus rasanya tidak masalah toh Mas Agus juga pria baik dan ramah.

Dengan mata terpejam Ali mendengar suara pintu kamar terbuka. Ali membuka matanya yang terasa berat, kelelahan membuat mata Ali enggan terbuka. Namun dia tetap berusaha membuka matanya, samar dia melihat seorang gadis mungil berjalan mendekati dirinya.

"Mas.."

Ali segera membuka matanya ketika mendengar suara parau Prilly. "Iya. Kok bangun?" Tanyanya lembut.

Ali mendudukkan dirinya lalu mengusap wajahnya agar matanya terbuka lebar. Prilly menatap Ali dengan pandangan sayunya. "Kebangun terus nggak bisa tidur lagi."Katanya dengan suara serak khas orang bangun tidur.

"Mau tidur di sini?" Tawar Ali sambil menepuk pahanya. Prilly sontak menganggukkan kepalanya. Ali membantu Prilly merebahkan tubuhnya lalu mencari posisi nyaman dengan berbaring miring menghadap perut Ali.

Ali mengusap lembut kepala Prilly, dengan memeluk bingkai foto orang tuanya Prilly membenamkan wajahnya di perut Ali.

Ali bersenandung pelan menghantarkan Prilly ke alam mimpinya. Ali terus mengusap kepala Prilly sampai tubuh Prilly tenang dan helaan nafasnya juga mulai teratur pertanda gadis ini sudah terlelap.

Ditengah keremangan cahaya Ali menatap sebelah wajah Prilly yang mulai terlihat, gadis itu sudah tertidur pulas bahkan Prilly tidak terbangun ketika Ali membenarkan posisi kepala Prilly di pahanya.

Ali menyenderkan kepalanya berusaha untuk terus mengusap kepala Prilly sampai akhirnya dia ikut terlelap dengan posisi terduduk.

**

Isak tangis Prilly dan Linda tidak terbendung tepat ketika jarum jam menunjukkan angka 10 pagi dua peti berisi jenazah orang tua mereka memasuki halaman rumah.

Linda menangis tergugu dalam pelukan Agus. Begitu pula Prilly yang menangis meraung di dalam dekapan Ali. Peti mati itu tidak di buka lagi mengingat kondisi jenazah yang hancur pasca kecelakaan.

Setelah disemayamkan di rumah mereka akhirnya kedua peti itu kembali diangkut menuju pemakaman umum. Sepanjang perjalanan Prilly tidak bisa menghentikan tangisnya.

Bahkan ketika mobil sudah memasuki area pemakaman, Prilly nyaris tersungkur ke tanah jika Ali tidak sigap menahan pinggang gadisnya.

"Hati-hati Sayang." Prilly mengangguk membiarkan Ali memeluk erat pinggangnya.

Ali memapah Prilly menuju dimana makam orang tuanya sudah digali. Semuanya sudah siap hingga tidak butuh waktu lama untuk dilakukan pemakaman.

Linda mulai tidak bisa menahan diri ketika kedua jenazah orang tuanya di masukkan ke dalam tanah. Semuanya terjadi begitu cepat sampai Ali tak sigap hingga tubuh Prilly berdebam jatuh ke tanah galian makam orang tuanya.

Ali segera menggendong Prilly membawa gadisnya menuju mobil. Linda semakin histeris ketika melihat Adiknya tak sadarkan diri. Tapi dia tidak mungkin meninggalkan pemakaman orang tuanya. Dia yakin Ali pasti akan menjaga Adiknya.

Pandangan Linda tertuju pada makam Papi dan Maminya..

"Pi.. Mi.. Tenang ya sana. Kakak janji akan menjaga Adik dengan sebaik-baiknya. Jangan khawatirkan kami di sini. Kakak yakin Mami dan Papi akan menjaga kami dari sana. Kami sayang Mami. Kami sayang Papi.. We love you Pi.. Mi."

*****

With You LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang