Malam harinya Ali dan Prilly sedang bersantai di ruang keluarga. Prilly bergelut nyaman di pelukan suaminya. Ali sendiri terlihat lesu mungkin sebentar Ali perang dunia akan terjadi.Aldo sudah memberitahukan dirinya perihal kecurigaan Ibu mereka pada hubungannya dengan Prilly. Sebenarnya tidak ada masalah toh hubungan dia dengan Prilly terikat ikatan suci, ikatan sah di mata hukum dan agama.
Hanya saja Ali sedikit was-was ketika mengingat kesehatan Ibunya.
"Kamu kenapa sih Mas?" Kelakuan Prilly hari ini juga membuatnya sedikit pusing. "Nggak apa-apa Sayang." jawab Ali sambil mengecup kening istrinya.
Prilly masih mendongak menatap suaminya. Dia tahu Ali sedang terbebani dengan kepulangan Ibunya tapi mau bagaimana lagi Prilly juga tidak ingin mundur kali ini. Sudah cukup sekali dia tidak diakui sebagai istri jika Ali melakukannya lagi dia benar-benar akan angkat kaki dari rumah ini malam ini juga.
Prilly menghela nafas entah kenapa hari ini dia sedikit kewalahan menahan emosinya. Dia cepat sekali merasa terpancing untuk marah apa lagi perutnya agak sedikit keram. Sepertinya dia akan kedatangan tamu bulanannya makanya moodnya cepat sekali memburuk.
"Kalau Mas keberatan akui aku sebagai istri didepan Ibu Mas ya udah nggak usah Mas akui." Prilly melepaskan pelukannya pada pinggang Ali lalu menegakkan dirinya bahkan dia menggeserkan pantatnya untuk menjauhi Ali.
Ali mengernyit bingung. "Sayang, Mas sama sekali nggak keberatan untuk membongkar status kita. Hanya saja Mas sedikit kepikiran kalau Ibu akan kecewa karena Mad ti--"
"Tidak mengirimkan uang 500 juta + 150 juta untuk membeli gaun Clara." Prilly memotong ucapan Ali hingga pria itu terdiam.
"Mas aku tahu kamu kaya bahkan mungkin kekayaan kamu lebih besar dari almarhum orang tua aku tapi bukan berati kamu bisa menghamburkan uangmu segitu mudahnya Mas."
"Aku hanya ingin membahagiakan Ibu."
"Aku tahu. Tapi nggak semua kebahagiaan diukur dengan uang Mas. Kalau aku boleh bilang kamu dimanfaatin sama keluarga kamu sendiri termasuk Ibu kamu." Prilly sama sekali tidak gentar bahkan ketika mata Ali menyorot tajam matanya.
"Jangan sembarangan bicara kamu Dek." peringat Ali tegas.
Prilly tahu ucapannya barusan menyinggung perasaan Ali yang begitu mencintai keluarganya tapi dia ingin mata Ali sedikit terbuka jika kasih sayangnya tidak dianggap setulus itu oleh Ibunya. Demi Tuhan, rasanya tidak ada seorang Ibu yang tega memarahi putranya hanya karena uang terlebih uang itu digunakan bukan untuk kebutuhan pokok.
"Terserah Mas. Tapi aku yakin suatu saat perkataanku hari ini akan terbukti lihat saja."
**
Kenanga langsung melangkah masuk ke dalam rumahnya begitu Aldo memarkirkan mobilnya. Aldo dan Clara keluar bersamaan dan mengikuti langkah Ibunya.
"ALI!!"
"PRILLY!!"
"KELUAR KALIAN SEMUA!"
Kenanga berteriak memanggil Ali dan Prilly. "Bu udahlah ngapain teriak-teriak ini rumah bukan hutan." Aldo memperingati Ibunya.
"DIAM KAMU!" Kenanga balik memarahi putranya.
Ali dan Prilly keluar dari kamar Ali keduanya saling melirik dengan ekspresi berbeda, Prilly cenderung terlihat lebih santai dari pada Ali yang terlihat tegang.
"Ibu sudah sampai?" Ali berusaha meredakan kemarahan Ibunya.
"Jelaskan pada Ibu sebenarnya ada hubungan apa di antara kalian!" Kenanga menunjuk Ali dan Prilly bergantian.
Prilly tidak menjawab matanya melirik Ali, biar saja Ali yang menangani Ibunya. Dia malas bersuara, perutnya masih keram bahkan lebih kencang dari pada tadi.
Sepertinya melihat wajah tegang Ibu tiri Ali membuat perutnya semakin keram saja. Bahaya sekali aura Ibu tiri Ali ini.
Tanpa sadar Prilly mengusap pelan bagian bawah perutnya yang terasa mengencang.
"JAWAB IBU ALI!!"
"Suami istri Bu. Kami sudah menikah dan sah menjadi suami istri sejak satu bulan lalu lebih kurang." Prilly menjawab dengan santainya mengabaikan wajah-wajah terkejut di hadapannya.
Ali memejamkan matanya. Kenanga shock luar biasa tubuhnya nyaris tersungkur jika tidak di tahan oleh Ali. "Ibu nggak apa-apa?" Tanyanya khawatir.
"Kenapa kamu menikahi dia Mas? Kenapa? Ibu nggak mau punya menantu lain selain Fifa, Ibu cuma mau Fifa." Kenanga merintih dalam pelukan Ali yang terlihat seperti entahlah..
Prilly menatap lamat-lamat wajah suaminya. Jangan sampai ada terlihat penyesalan di wajah Ali, jika dia melihat itu maka dia bersumpah tidak akan lagi menerima permohonan maaf Ali.
"Buk. Mas mencintai Prilly bukan Fifa. Lagian Prilly wanita baik-baik Bu dia juga dari keluarga terpandang." Prilly mendengus pelan ketika mendengar suaminya membujuk sang Ibu. Ck! Kenapa semuanya tidak jauh-jauh dari harta dan tanta?
Aldo dan Clara menatap Prilly tanpa kedip, terjawab sudah kebingungan mereka selama ini. Clara meringis pelan dia masih mengingat tas kecil yang ditenteng Prilly hari itu harganya sepantaran dengan harga mobilnya.
Luar biasa!
Mereka tidak tahu jika kedudukan Prilly lah yang membuat Kenanga nyaris pingsan. Jika istri Ali dari keluarga terpandang jelas juga berpendidikan tinggi maka jalannya untuk menguasai kekayaan Ali semakin sulit.
Prilly mulai muak dengan drama yang ciptakan oleh Ibu tiri Ali ini. "Buk jangan terlalu berlebihan. Aku akan menyayangi Ibu seperti Mas Ali. Jadi tidak ada yang perlu Ibu takutkan. Oke?"
Tangis lebay Kenanga sontak terhenti, Prilly memang tidak membentak atau berbicara keras tapi mereka semua merasa sedikit terintimidasi dengan aura tegas yang menguar dari wanita cantik ini.
Ali menatap istrinya dan Prilly tanpa takut membalas tatapan suaminya. "Mas ayok ke kamar. Perutku sakit." Prilly tidak berbohong ketika mengatakan bahwa perutnya sakit.
Ali menyerahkan tubuh lemah Kenanga pada Aldo, dengan cepat dia beranjak memeluk istrinya. "Kamu pucat sekali Sayang?"
Prilly menganggukkan kepalanya. "Kepalaku pusing terus perut ku juga keram sekali Mas." keluh Prilly sambil merebahkan kepalanya pada dada Ali.
Ali seperti lupa pada keluarga yang menatap penuh minat padanya termasuk Kenanga yang benar-benar takjub dengan interaksi putranya dengan Prilly.
Jika Ali se sayang itu pada istrinya lalu bagaimana caranya dia memisahkan mereka?
"Jangan-jangan kamu hamil Pril-- eh Mbak." Clara tiba-tiba menyeletuk membuat langkah Prilly dan Ali yang ingin ke kamarnya terhenti.
"Hamil?" Ali membeo. Clara menganggukkan kepalanya dengan yakin. "Iya. Aku juga begitu pas awal-awal kehamilan Mas." Clara menyentuh perutnya yang sudah terlihat sedikit membuncit ya jelas saja buncit usia kandungannya hampir memasuki bulan ke 4.
Ali menatap Prilly dengan pandangan penuh arti sedangkan Kenanga nyaris stroke setelah mendengar penjelasan menantunya. Jika Prilly hamil lalu Ali punya anak maka semua kekayaan Ali akan jadi milik anaknya lalu dirinya?
Tidak! Kenanga tidak ingin terusir dari rumah ini. Rumah ini dan seluruh kekayaan Ali harus menjadi miliknya lalu akan dia serahkan pada Aldo atau cucunya nanti.
Tapi bagaimana caranya dia menyingkirkan Prilly dari rumah ini?
*****
![](https://img.wattpad.com/cover/205830174-288-k547489.jpg)