Setelah makan siang bersama Ali, suaminya. Prilly kembali ke kamar mereka. Dompet Ali masih di kantongi olehnya. Ali kembali melanjutkan pekerjaan bersama Mas Agus dan yang lain termasuk dua kunyuk yang sudah kembali beberapa waktu lalu.Prilly masih ingat bagaimana hebohnya Bagus ketika mengatakan pada Ibunya kalau suami Mbak Prilly petani kaya beli KFC aja di kasih sejuta gimana kalau beli motor pasti langsung dihadiahi mobil.
Dan kehebohan mereka tak sampai di situ saja, Prilly tidak ingin membahas lagi kegilaan sepupunya itu pusing mendadak dia kalau ingat kelakuan Nando dan Bagus.
Prilly meletakkan dompet Ali di atas meja riasnya. Dia tidak membuka apalagi sampai memeriksa meskipun dia tahu suaminya tidak akan keberatan dengan tindakannya itu, kalau Ali keberatan dia tidak akan mungkin memberikan dompetnya pada Prilly, bukan?
Tapi Prilly saja yang tidak berani lagian untuk apa di periksa kalau bertanya langsung pada Ali lebih nyaman. Dia yakin Ali tidak akan menutupi apapun darinya.
Prilly melirik jam di dinding kamar, sudah hampir jam 3 sore dan di rumahnya mulai ramai tetangga yang datang untuk membantu terutama Ibu-ibu yang langsung sibuk menyiapkan cemilan sekaligus makan malam untuk mereka yang datang tahlilan nanti malam.
Prilly dan Linda sama sekali tidak kesulitan tentang hidangan yang harus mereka sediakan, karena Ibu-ibu di sini sangat membantu mereka. Linda hanya perlu mengeluarkan uang saja untuk berbelanja selebihnya menjadi urusan Ibu-ibu di sini untuk mengolahnya.
Meskipun orang-orang di sini di komplek perumahan Prilly dan Linda terutama tetangga-tetangga mereka termasuk orang-orang kaya bahkan bisa dikatakan hampir semua dari kalangan atas tapi tidak terlihat kesombongan di antara mereka bahkan istri-istri pengusaha di sini mau bergabung dengan warga lainnya.
Di samping komplek memang ada pemukiman warga dan orang tua Prilly sudah dikenal baik dan dermawan hingga mereka banyak yang merasa kehilangan atas kepergian suami istri itu.
Prilly mengusap wajahnya. Jika sendirian seperti ini, ingatannya kembali pada almarhum orang tuanya dan Prilly tidak bisa menahan cucuran air matanya. Dalam diam, Prilly menangis tanpa mengeluarkan suaranya.
Dia tidak ingin membuat yang lain kalut dan kembali bersedih karena dirinya terutama Kak Linda yang sudah berusaha kuat demi dirinya. Mereka saling menguatkan dan Prilly sangat bersyukur dengan kehadiran Ali di sampingnya.
Ah, mengingat suaminya dia jadi rindu padahal mereka hanya terpisah tembok rumah saja saat ini.
Rindu memang luar biasa..
**
Saat azan ashar mulai berkumandang Ali baru naik ke lantai atas menuju kamar Prilly yang sekarang menjadi kamar mereka.
Ali sudah selesai memasang tenda dan juga menggelar tikar untuk bagian samping pekarangan dekat dengan taman. Di sana tidak ada yang lewat sedangkan bagian garasi mobil dia biarkan saja, kata Nando nanti saja kalau sudah mau magrib baru digelar tikarnya.
Ali tersenyum sopan pada Ibu-ibu yang bertatap tak sengaja ketika dia memasuki rumah lewat pintu samping. Semua ruangan di rumah Prilly ditempati Ibu-ibu yang sedang sibuk merajang bawang.
"Permisi Buk." Ali membungkukkan badannya ketika melewati Ibu-ibu yang duduk berkumpul di dekat pintu masuk.
"Ganteng banget ya suami Prilly."
"Iyak! Gue tebak anaknya nanti pasti pade kece badai. Lah Mak sama Bapaknya cantik ama ganteng begitu."
Ali mengabaikan percakapan Ibu-ibu yang masih terus berlanjut bahkan ketika dirinya sudah menaiki tangga.