4

2K 132 17
                                    

Pagi ini Kinan sudah bersiap untuk kembali ke rumahnya. Rumah yang berada dekat dengan area kampus tersebut ia beli atas seizin orang tuanya. Sejujurnya Melody merasa keberatan alih-alih untuk kebaikan anaknya agar tak lelah karena harus menempuh jarak yang tak dekat, Melody justru merasa keputusannya sangat salah. Rumahnya kini semakin sepi, melody harus rela menahan rindu pada anaknya yang kadang pulang semaunya. Rumah dikawasan elit itu tidak terlalu besar hanya 4 kamar tidur, 5 kamar mandi, dapur, taman dan juga kolam renang berukuran sedang. Rumah besar yang hanya di tinggali oleh Kinan dan Boby itu kerap di jadikan tempat untuk pesta bersama teman wanitanya. Kinan sendiri adalah salah satu pria populer di kampus juga terkenal di kalangan wanita-wanita idola kampus, kebanyakan dari teman-temannya adalah rekan bisnis papinya. Maklum saja lingkungan Kinan memaksa untuk bergaul dengan orang-orang yang tak jauh dari ayahnya bekerja.

"Pagi mami.." Kinan mencium pipi maminya yang sedang menyiapkan sarapan pagi. Hampir setiap hari jika Kinan dirumah maka Melody akan rajin memasak untuk putranya.

"Pagi, sayang."

"Mi, papi udah berangkat?" Kinan duduk memperhatikan kedua wanita di hadapannya. Mami dan juga asisten rumah tangga yang sudah Kinan anggap sebagai keluarga.

"Udah dari sepuluh menit yang lalu, sayang." Tangan Melody dengan cekatan meracik bumbu, menuangkannya pada minyak yang sudah panas. Seketika aroma masakan tercium begitu menggoda.

"Bi, tolong ambilin susu buat Kinan, udah saya bikinin tadi. Tolong bawa kesini, ya."

"Mi, Kinan balik rumah ya, nanti siang mau ke kampus."

"Iya, sayang. Kamu minggu depan pulang kesini kan?" Melody meletakkan semangkuk sup jagung kesukaan Kinan.

"Liat ntar deh, mi."

"Usahain pulang, mami kangen. Mami kesepian tau gak kalo kamu gak ada, lagian rumah kamu sama rumah mami kan jaraknya deket cuma 1-2 jam doang."

"Iya mi, Kinan usahain. Oiya mi.. menurut mami, Veranda itu udah punya pacar belum ya?" Kinan bertanya dengan mulut penuh makanan. Entah kenapa sepagi ini Kinan malah membahas orang lain di meja makannya.

"Di telen dulu itu makanannya, ntar keselek." Omel melody.

"Mami gak tau, sayang. Kamu tanya sendiri dong."

"Okelah, ntar Kinan tanyain deh."

"Salam buat calon mantu mami ya."

"Dih, ngomong sendirilah. Masa nitip ke Kinan."

Kinan tersenyum masam sementara Melody menatapnya dengan senyum haru. Putranya telah tumbuh dewasa, meski kerap mendapatkan laporan dari anak buahnya. Melody selalu tak tega memarahi Kinan. Ia hanya berdoa agar anaknya bisa mendapatkan wanita baik-baik untuk masa depannya kelak.

***

"Shani..." Panggil Boby lembut. Ia membuka helm yang menutupi separuh wajahnya.

"Loh, kak Boby balik rumah? Perasaan kemaren ketemu di kampus. Aku kira nginep di rumah kak Kinan." Shani yang sedang menunggu taksi online tersebut menghampiri Boby.

"Nggak bawa baju, jadi aku pulang lagi deh." Boby tersenyum sambil membetulkan rambut gondrongnya yang tertiup angin.

"Kak Boby mau berangkat ke kampus?" Ragu-ragu Shani bertanya, ia berinisiatif untuk meminta Boby mengantarnya, namun karena tujuan mereka sama, Shani jadi tidak perlu berpikir keras mencari alasan yang tepat.

"Iya Shan, bareng aja yuk, jok belakang kosong tuh." Tangan Boby sibuk mengikat rambutnya, dan Shani selalu betah dengan pemandangan ini.

"Boleh deh, bentar aku cancel dulu kak." Boby hanya mengangguk, dengan setia Boby menunggu Shani dengan segala urusannya.

Paralyzed (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang