15

1.5K 125 17
                                    

Pagi bukan lagi datang dengan segala harap, tapi pagi buatku selalu ada air mata yang jatuh tanpa ku suruh. Sesungguhnya, aku bukanlah wanita lemah menangisi yang telah pergi. Boby bukanlah satu-satunya pria yang ada di dunia ini, namun Boby adalah satu-satunya pria yang telah mencuri sebagian hidupku. Separuh jiwaku kosong jika Boby tak ada disini.

Sejak malam dimana aku mengetahui kebenarannya, Boby menghilang, meninggalkanku tanpa alasan. Bagaimana bisa ia membiarkan hubungan kami menggantung tanpa sebuah kejelasan. Aku anggap semuanya telah usai, Boby tak juga datang hanya sekedar bertanya kabar, atau menanyakan perihal hubungannya denganku. Aku pikir semua memang harus berakhir, hubungan kami dari awal memang salah. Cukup sudah aku menyakiti kakakku, mungkin dengan cara ini semua bisa kembali biasa.

Tahun akan segera berganti, Harusnya kita merayakan tahun baru bersama, hanya sekedar berkeliling kota atau melihat kembang api untuk memanjakan mata. Bagaimana kamu disana, apakah pernah sekali saja merindukanku? Apakah kamu memanggil namaku disetiap tidurmu?

Aku menepikan mobilku saat mendengar bunyi klakson panjang dari arah belakang. Hujan turun dengan derasnya dan aku terpaksa berhenti karena mata minusku tak bisa melihat jalan saat hujan.

Telepon terus berdering, terlihat panggilan dari mama dan juga kak Ve.

"Iya ma. Shania kejebak ujan. Takut."

"........"

"Iya, ini lagi berhenti dulu kok."

"........"

"Loh, jam berapa? Bukannya besok ya?

"........"

"Oh gitu, sama dokter Arlin kan?"

"........"

"Apa ma? Gak kedengeran, ujannya deres."

"......."

"Oh oke, jam empat ya. Mudah-mudahan udah keburu reda ujannya."

"......."

"Oke, ma. Iya. Bye."

Mama baru saja menyuruhku untuk menemani kak Ve chek up. Padahal aku sedang tidak ingin bertemu si Kinan, dia selalu saja menggodaku dengan membawa masa laluku bersama Boby.

Kinan bilang, Boby sudah tidak tinggal dirumahnya. Ia sekarang kost bersama Shani. Memangnya aku anak TK yang akan langsung percaya begitu saja, palingan dia hanya memanas-manasiku saja. Lagian itu sudah bukan lagi urusanku, aku tidak peduli mau dengan siapa dia tinggal.

Dia tidak pernah mencariku, mencoba memperbaiki hubungan kita. Sepertinya dia sudah mendapatkan wanita baru untuk menjadi mainannya. Dasar buaya!

***

Dalam sebuah perjalanan hidup, proses adalah bagian yang akan selalu kita kenang sampai kapanpun. Sedangkan hasil akhir adalah poin penting dari proses. Sebagaimana mestinya bahwa kerja keras tidak akan mengkhianati hasil, Itulah yang dirasakan Kinan sekarang. Setelah penantian panjangnya, buah dari kesabarannya, cintanya yang tulus mampu mencairkan hati Veranda yang beku. Sejujurnya Kinan pernah merasa lelah bahkan hampir saja menyerah, kalau bukan karena Veranda, ia tidak akan bertahan. Cintanya selalu mendapatkan penolakan dari gadis bidadari berhati dingin.

Kinan membuktikan keseriusannya terhadap Veranda, sesering apapun ia di tolak, seberapa banyak waktunya yang terbuang dan seberapa sakit ketika ia tahu bahwa di hati Veranda selalu ada satu nama yang tidak mampu ia geser. Ia selalu yakin, suatu saat hanya namanya lah yang akan bertengger.

Veranda memang tidak pernah berbuat kasar, cukup mendiamkannya saja sudah membuat Kinan uring-uringan. Kinan bahkan jujur kepada Veranda, bahwa dirinya pernah meniduri beberapa wanita. Reaksi Veranda hanya diam, seolah itu bukanlah hal yang mengejutkan baginya. Lebih tepatnya itu tidak penting bagi Veranda, karena Kinan bukanlah siapa-siapanya.

Paralyzed (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang