Desas-desus mengenai bangkrutnya perusahaan Sakti menjadi gosip hangat belakangan ini, Shania bahkan menjadi bahan perbincangan di antara mahasiswa yang haus akan berita. Pasalnya semua orang tau jika Shania adalah kekasih Sakti, mau tidak mau ia pun ikut di sangkut pautkan dengan masalah ini.
Kupingnya terasa panas karena setiap kakinya melangkah akan selalu ada orang yang berbisik tentang dirinya. Shania lelah jika harus menjelaskan kepada semua orang yang sok tau tentang hidupnya, ia memilih untuk diam dan mengabaikannya. Ia sudah biasa mendapatkan tatapan sinis dari teman-temannya, ia lebih suka diserang secara fisik dari pada diserang secara verbal. Luka fisik jelas terlihat dan mungkin bisa di obati dengan cepat, tapi luka yang disebabkan oleh kata-kata efeknya jauh lebih sakit dan membekas.
Dulu ia punya kekuatan untuk menjatuhkan bahkan menyerang siapapun yang melukai dirinya. Kali ini ia bagai anjing yang di tali, kekuatannya hilang oleh rasa percaya diri yang kurang. Shania harus berpikir lebih jauh jika bertindak, mungkin ia bisa membungkam mulut-mulut jahat di depannya dengan sekali pukulan tapi ia tidak ingin menyulitkan kakak satu-satunya, mereka pasti akan membalas dendam lewat kakaknya. Shania berada dalam posisi yang lemah.
"Sejak kapan kamu jalan menunduk, angkat dagumu." Suara bariton yang sangat ia kenal, Shania perlahan mengangkat wajahnya dengan mata merah menahan air mata.
"Kak," Tangisan yang baru pernah Kinan lihat dari seorang Shania. Sekuat apapun Shania, ia tetaplah makhluk tuhan yang rapuh. Hati wanita begitu lembut, Shania seperti ranting yang terbakar menjadi abu, luruh dalam sekali sentuh.
Kinan merangkul tubuh Shania membawanya kedalam mobilnya yang terparkir menghalangi jalan.
"Kita pulang bareng, aku juga mau ketemu Ve." Shania tak berniat membalas ucapan Kinan, ia hanya ingin secepatnya tiba di rumah.
Status baginya tak lagi penting, meski Shania bukan lagi kekasihnya tapi ia tidak suka melihat Shania menangis. Boby sedari tadi memperhatikan Shania, ia juga tau tentang gosip yang beredar di kampusnya. Langkah tegapnya berhenti di depan tiga wanita yang sedang asik membicarakan mantan kekasihnya itu. Ia ikut jengah dengan apa yang terjadi.
Ke tiga wanita itu hanya melihatnya dengan tatapan heran ketika Boby tiba-tiba berhenti di hadapannya.
"Lo tau siapa gue?" Ucap Boby dingin.
"Penting banget ya gue harus tau siapa lo." Jawab salah satu wanita berbadan kurus dengan tampilan yang ia tebak berasal dari keluarga berada.
Dua wanita lainnya hanya tertawa mendengar pertanyaan yang di lontarkan Boby, mereka menganggap pria ini hanya mencari sensasi untuk mendekatinya.
"Tapi gue tau bokap lo."
Mereka tertawa mengejek dengan cibiran status sosial.
"Ya terus masalah buat lo? Gembel di larang ngomong sama kita."
Boby masih berdiam diri memandang sekumpulan wanita yang tak hentinya membuat kerusuhan di kampus ini.
"Gue bisa aja kirim video ke bokap lo, tentang kelakuan lo dengan cowok lo di hotel milik temen gue."
"Gue gak ngerti lo ngomong apa. Udah sana pergi, ganggu aja lo!" Bentak wanita berbadan kurus tersebut.
"Lo tau gue tangan kanannya Kinan, Kinan Dewangga, pasti gak asing di telinga lo kan karena perusahaan lo kerja sama dengan K&K Group. Gue bisa bikin bokap lo jantungan ngelihat video telanjang lo. Atau lo milih karir bokap lu yanga ancur?"
"Sumpah gue gak ngerti apa yang lo omongin, gak usah ngancem-ngancem gue, lo belum tau siapa gue."
"Gue tau lu ayam kampus." Celetuk Boby.
KAMU SEDANG MEMBACA
Paralyzed (END)
FanfictionTuhan memberikan sentuhan keajaiban pada sosok gadis bernama Veranda. Dan bagaimana takdir mempermainkan Shania adik dari Veranda yang keduanya mencintai orang yang sama. Lika-liku kehidupan dan hubungan percintaan anak manusia di uji dengan sebuah...