29

1.5K 133 33
                                    

Gue minta maaf sebelumnya kalo part ini kurang dapat feelnya.
Karena gue masih pemula, kritik dan saran sangat gue butuhin jangan lupa tinggalin koment ya. Thanks

=======

Pagi ini tidak seperti biasanya, kamarku semakin terasa sepi dan dingin. Tidak ada Kinan yang menggangu kegiatan membacaku, tidak ada tawa yang kerap membuat suasana rusuh, dan tidak ada pelukan hangat yang biasa Kinan berikan tiap kali kami bertemu. Buku terakhir yang Kinan baca masih tergeletak di halaman yang sama, aku tidak mengubah letaknya masih di atas meja belajarku.

Aku mengerti kenapa Kinan pergi malam itu, sejujurnya aku ingin sekali mengejarnya tetapi apa daya aku wanita yang berdiripun tidak bisa. Mungkin nanti setelah hati Kinan tenang aku akan menghubunginya, pikirku waktu itu. Ternyata hingga saat ini handphone Kinan tidak bisa dihubungi, aku uring-uringan sendiri jadinya.

Semenjak malam dimana Kinan pergi, aku memutuskan untuk membenci pria itu. Aku benci Sakti, dia membuat keadaan rumah semakin buruk. Aku juga sangat marah pada kedua orang tuaku, aku benci mama yang sudah menampar Kinan, aku kecewa sama papa yang tidak mau mendengarkan penjelasan Kinan, aku benci semua orang yang menyakiti Kinanku. Maafin aku Kinan, aku tidak bisa berbuat apa-apa, tapi aku janji jika itu terulang kembali aku sendiri yang akan menghadapi papa.

Untuk menghapus nama baik Kinan, aku menjelaskan segamblang mungkin pada mama dan papa bahwa Kinan tidak seperti yang mereka tuduhkan. Kinan adalah laki-laki yang baik, dia melindungi aku dan Shania. Dia laki-laki yang tidak bisa aku jelaskan dengan kata-kata tentang keberadaannya, Kinan adalah laki-laki yang istimewa. Jika ini menyangkut wine, aku sungguh tidak tau, seingatku aku sudah membersihkannya tidak ada yang tertinggal sedikitpun, karena aku tau papa pasti marah besar jika Shania atau aku ketahuan minum-minuman beralkohol. Entahlah sepertinya otak papa sudah di cuci oleh Sakti. Pria itu selalu tau apa yang terjadi di keluarga kami.

Sudah dua hari setelah kejadian itu, Kinan tidak pernah lagi datang ke rumahku. Papa dan mama juga merasa tidak enak sepertinya. Apalagi mereka tahu jika Kinan membawa pengaruh besar bagi perusahaan papa ataupun Sakti.

Aku masih berbalut selimut di temani secangkir kopi hangat yang sedang ku minum. Bayangan mama menampar Kinan berselang-seling dengan suara Kinan yang begitu tenang, aku memejamkan mataku mengingat lagi kejadian malam itu. Lihatlah, kekasihku adalah pria yang bertanggungjawab.

Tegukan demi tegukan tak terasa jika kopi di tanganku ini sudah hampir habis, sungguh tidak biasanya aku minum kopi apalagi sepagi ini. Aku hanya memastikan jika pahitnya kopi hanya sejenak, berganti dengan rasa manis dari bibir Kinan yang terasa candu. Sayangnya rasa pahitnya masih sama mungkin karena Kinan sedang tidak ada disini.

Aku meraih handphoneku, membuka aplikasi camera dari ponselku. Kinan suka foto, aku iseng mengambil selca dengan tangan yang masih menggenggam gelas berisi kopi yang tinggal sedikit. Semoga dengan ini Kinan segera meneleponku.

 Semoga dengan ini Kinan segera meneleponku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Paralyzed (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang