Lumpuhkanlah ingatanku
Hapuskan tentang dia
Hapuskan memoriku tentangnya...Lagu milik Geisha mengalun merdu di kamar besar yang kini dipenuhi oleh banyaknya baju yang tergantung serta makeup yang tertata rapih. Wanita bergaun putih itu menghayati setiap liriknya dengan dalam. Goresan kecewa kembali menganga dalam nada yang terasa menyakitkan. Ia terbiasa menikmati luka, menikam perasaanya sampai waktu membuat semuanya menjadi basi
"Siapa yang play lagu ini? Matiin gak? Atau lo yang gue matiin?"
"Bukan saya mbak, itu radio."
"Radionya lo matiin bego."
"Baik, mbak."
"Shan, dua puluh menit lagi acara dimulai. Gue cek dulu gaun lo, makeup, aksesoris, heels, bunga. Oke, udah beres semua."
Wajah cantiknya terpancar meski hanya dengan polesan make up tipis. Namun tak bisa ia tutupi jika rasa sakit dihatinya terlalu sulit untuk di tutupi. Bukanlah hidup itu berubah? Takdir seolah hadir di tengah perjalanannya yang begitu melelahkan. Waktu merubah semuanya, mimpi dan harapannya. Sekeras apapun ia memohon pada Tuhan untuk di persatukan maka semua akan terasa percuma jika semesta tak memihak. Tuhan akan memberikan rencana lain yang lebih indah dari bayang-bayangnya selama ini.
"Udah tiga tahun Shan, lupain semuanya, jangan nyakitin diri sendiri. Hari ini lo akan memulai hidup baru, jangan biarin masa lalu lo menjadi penghalang buat kebahagian lo nantinya."
"I'am fine, gue cuma gak nyangka aja akhir dari cerita gue. Ini kayak mimpi."
"Dia cowok yang baik, sayang banget sama lo. Gue yakin dia bakal bahagian lo, percaya sama gue."
"Musrik gue percaya sama lo."
Keduanya tertawa saling membalas ejekan, berusaha melupakan yang pernah terjadi, berusaha untuk baik-baik saja.
Ketukan pada pintu kamar terdengar, seorang wanita menyembul di balik pintu "Mbak, ada mas Boby di depan."
"Udah mau mulai ya, mbak?" Tanya keduanya kompak.
"Iya, mbak."
Gaun putih yang terlihat simple namun tetap meninggalkan kesan elegan terbalut di tubuhnya yang indah, gaun dengan ekor memanjang serta beberapa hiasan pada rambutnya membuat penampilanya makin sempurna dihari bahagianya.
"Cantik banget sih." Puji Boby jujur, Boby menatap wajah cantik dihadapannya dengan rasa tak percaya. Kacamata minus yang setia bertengger di hidung mancungnya ia lepas, Boby mengusap air mata yang tiba-tiba jatuh di pipinya.
"Aku minta maaf untuk semuanya, maaf gak bisa bawa kamu sampai ke depan penghulu. Dia laki-laki yang baik, buka hati kamu buat dia." Boby tersenyum menyentuh pundak wanita dihadapannya.
"Kak Boby jangan khawatir, aku akan berusaha mencintai Vino sepenuh hati aku." Meski berusaha untuk tegar, senyum sakit yang Shani berikan malah semakin membuat hatinya kembali teriris.
"Kamu memang adik kak Boby yang paling pinter. Acara udah mau di mulai. Kak Boby ke depan ya."
"Kak Boby, peluk aku untuk yang terakhir kali." Mata Shani kembali berkaca-kaca padahal ia sudah sekuat tenaga menahannya agar tidak menangis.
"Jangan nangis, nanti make-upnya luntur, sini kak Boby peluk." Pelukan erat Boby berikan sebelum ia pergi meninggalkan tanah air tercintanya. Usapan lembut pada punggungnya terasa nyaman, di akhiri dengan kecupan pada kening Shani sebagai tanda bahwa Boby akan selalu menjadi kakak terbaiknya sampai kapanpun.
"Kak Shania datang kan?" Shani merenggangkan pelukannya, menatap manik mata Boby yang selalu membuatnya terhipnotis.
"Datang kayaknya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Paralyzed (END)
FanfictionTuhan memberikan sentuhan keajaiban pada sosok gadis bernama Veranda. Dan bagaimana takdir mempermainkan Shania adik dari Veranda yang keduanya mencintai orang yang sama. Lika-liku kehidupan dan hubungan percintaan anak manusia di uji dengan sebuah...