Bel rumah terus saja berbunyi, telepon juga tidak kunjung di angkat. Membuat khawatir dan juga kesal karena pemilik rumah belum juga membuka pintunya.
"Mang, tolong cari pembantu sama tukang kebun di rumah ini, saya tau Kinan ada di dalam. Mobilnya terparkir di depan rumah soalnya."
"Baik, non. Sebentar saya coba tanyakan dulu ke satpam di sana." Mang Adi pergi berjalan kaki karena jarak mereka tidak begitu jauh. Tidak sampai lima menit, mang Adi sudah kembali.
"Non, kata pak satpam disana di suruh masuk aja lewat pintu belakang. Bibi yang ngurus rumah ini lagi kepasar."
"Emang gak apa-apa?" Tanya Veranda ragu.
"Nggak apa-apa, non. Pak satpamnya kenal sama mas Kinan kok. Lagian kan mas Kinan tau non Veranda pacarnya."
"Pacar?" Veranda berucap dalam hati, mengulang kata yang sama berkali-kali. Pipinya memerah mendengar Kinan adalah pacarnya.
"Ayo, Non."
Mang Adi mendorong kursi roda Veranda untuk masuk kedalam rumah mewah yang terlihat begitu sepi. Tidak ada suara apapun kecuali kicau burung dari luar. Ini sudah jam sepuluh pagi tetapi Kinan belum terlihat batang hidungnya.
Ada empat kamar di rumah ini, dua kamar di bawah, dua kamar di atas. Salah satu kamar bawah biasanya di pakai buat tamu yang menginap. Di atas ada kamar Boby dan disamping kamar Boby adalah kamar kosong. Sedangkan kamar di bawah adalah kamar Kinan.
Di lihat dari letaknya dan besarnya kamar utama, Veranda sudah bisa menebak. Meskipun dari luar, tapi hanya satu kamar yang menurutnya paling beda.
Rumah dengan design interior modern banyak lukisan terpajang di seluruh ruangan. Perabotan rumah yang mewah serba import. Veranda baru pertama kali menginjakkan kaki dirumah Kinan. Ia sungguh takjub dengan isi rumah Kinan, setidaknya selera Kinan sangatlah bagus.
Veranda mengetuk kamar Kinan namun tidak mendapat respon, ia jadi berpikir apakah kamar ini kosong? Apakah Kinan tidur dikamar atas? Veranda mencoba mengetuknya kembali, feelingnya mengatakan bahwa Kinan ada dikamar ini. Sudah ke ketiga kalinya Veranda mengetuk pintu dan akhirnya memutuskan untuk membuka kamar tersebut.
Cklek.
Ternyata kamar tersebut tidak terkunci. Ruangan ini gelap dengan tirai tinggi yang masih tertutup rapat. Kamar yang cukup besar, hampir lebih besar dari kamarnya. Terlihat samar- samar semua barang tertata rapi dikamar ini, hanya beberapa buku saja yang tergeletak di dekat ranjang.Melirik ke arah lain, ada tiga bingkai foto dengan ukuran besar menyerupai poster. Foto Kinan yang sedang memakai jas, terlihat gagah dan sangat tampan. Foto berukuran sedang adalah foto Kinan dengan kedua orang tuanya, dan satu foto lagi seperti lukisan adalah foto Veranda. Semua tergantung rapi di tembok kamarnya.
Entah itu lukisan siapa, beberapa memenuhi kamarnya. Pigura-pigura kecil yang berjejer kebanyakan foto berdua dengan Boby dan teman sekolah semasa SMAnya, wajah Kinan masih sangat polos.
Harum ruangan dengan aroma terapi dan juga banyaknya foto dirinya dengan Kinan membuat Veranda betah berlama-lama, hingga ia lupa tujuan utamanya adalah mencari Kinan. Pria itu masih tertidur pulas di kasurnya.
Veranda mendekati tempat tidur king size tersebut, mencari lampu tidur untuk melihat wajah Kinan dengan jelas.
Lampu mulai menyala dan seketika Veranda menutup matanya. kinan tidak memakai baju dan juga celana. Tangan kanannya menjuntai kebawah dengan buku yang masih terbuka.
"Aaaaaa astaga, Kinaaaan!" Teriakan Veranda sama sekali tidak menggangu tidur nyenyaknya, tubuh kekar tanpa baju itu membuat Veranda tersipu malu. Memang sudah cukup dewasa ia mengetahui dan melihat hal seperti itu tapi baginya itu masih sangat tabu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Paralyzed (END)
FanfictionTuhan memberikan sentuhan keajaiban pada sosok gadis bernama Veranda. Dan bagaimana takdir mempermainkan Shania adik dari Veranda yang keduanya mencintai orang yang sama. Lika-liku kehidupan dan hubungan percintaan anak manusia di uji dengan sebuah...