39

1.5K 140 71
                                    

Bacanya pelan-pelan banyak flashbacknya. Selamat membaca.

==========================

Flashback On.

18 Maret 2017 sebuah kecelekaan hebat terjadi di jalan darmawangsa V, polisi menetapkan bahwa korban bernama Alisha Nandini 40 tahun meninggal ditempat kejadian. Tepat pukul 22.00 setelah Alisha menemui anaknya yang sedang merayakan ulang tahun di salah satu caffe ternama, ia berniat pulang lebih awal karena harus menyiapkan kejutan lain bersama suaminya yang sedang dalam perjalan menuju rumah. Reyhan malam itu terpaksa lembur agar besok pagi ia bisa pergi bersama keluarganya untuk merayakan ulang tahun putranya, dan malamnya mereka akan merayakan pesta kecil-kecilan.

Telepon rumah terus saja berdering meneriaki agar segera diangkat oleh sang pemiliknya. Tak ada jawaban, dua menit kemudian getaran pada handphone di saku celananya semakin mengganggu konsentrasinya.

"Angkat dulu siapa tau penting." Anin membiarkan kekasihnya pergi, meski hasratnya belum tuntas, getar pada ponsel milik Boby membuatnya tak berminat untuk melanjutkannya kembali.

"Iya. Bentar ya." Boby beranjak untuk menjawab panggilan dari nomor yang tak ia kenal.

"Selamat malam dengan pak Boby Caesar?"

"Iya betul."

"Ini dari kantor polisi. Ibu Alisha Nandini mengalami kecelakaan, saat ini korban telah meninggal dunia. Kami..."

Bagai di sambar petir, Boby terkejut mendengar berita tentang ibunya. Tangannya terkulai lemas hingga handphonenya jatuh ke lantai, kakinya tak kuat untuk menahan beban tubuhnya sendiri. Airmatanya  mengalir bebas, tubuhnya membeku untuk sepersekian detik. Mencoba memahami apa yang baru saja ia dengar, apakah ini mimpi?

"Nggak mungkin, mama baru aja pulang dari sini. Nggak mungkin, polisi pasti salah." Kerongkongannya seperti tersumbat oleh gumpalan kertas, sekedar berteriakpun terasa sulit bagi Boby.

Matanya kabur oleh air yang menggenang. Hatinya terus berdoa jika apa yang ia dengar hanyalah sebuah mimpi buruk. Debaran jantungnya tak lagi beraturan, dunia seolah runtuh. Boby tersedu mengadu pada Tuhan, tolong jangan renggut sumber bahagianya.

Dengan sedikit berlari Boby meraih baju yang tergantung di belakang pintu kamar Anin, Boby tersentak ketika Anin menyampaikan pesan untuknya. Anin baru saja mendapatkan telepon dari Shani yang merupakan teman dekat Boby saat itu.

"Jenazah mama kamu sedang dalam perjalanan, kamu harus pulang." Kepalanya terasa berputar, cengkraman pada rambut pendeknnya semakin kuat, pusing bukan main, napasnya mulai tersengal hingga sesak memenuhi rongga dadanya. Boby benar-benar tak bisa lagi menahan keseimbangan tubuhnya.

"Boby!" Sebuah teriakan memanggil namanya diambang kesadaran yang semakin hilang.

Lantunan ayat suci sayup-sayup terdengar, semakin sadar semakin jelas suaranya. Rumahnya ramai oleh tangisan. Boby berjalan menyusuri lorong, tangannya bertumpu pada sisi tembok. Setiap langkahnya terasa semakin berat ketika teriakan dan isakan bersahutan dari ruang keluarganya. Tubuhnya luruh menyentuh kain putih berselimut jarit. Disibak dengan tangan yang bergetar, wajah pucat bidadari surganya terbaring kaku. Suaranya tercekat kala matanya menatap lekat sosok wanita yang telah melahirkannya. Boby tergugu dalam bisu.

Ia tidak ingin percaya jika sosok di hadapannya adalah mamanya, mama yang baru saja merayakan ulang tahunnya kemarin malam. Mama yang baru saja mengusap rambutnya penuh cinta, mama yang baru saja memeluknya penuh kasih, mama yang baru saja ia lihat tawanya, mama yang mendoakannya sebelum pamit. Mama yang selalu membelanya tiap kali bertengkar dengan papanya, mama yang selalu mendengarnya tanpa menghakimi, mama yang menegurnya dengan pelukan dan mama yang telah memberinya banyak cinta.

Paralyzed (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang