38

1.4K 106 34
                                    

Masih menggunakan pakaian formalnya setelah sidang skripsi, Shani dengan telaten membantu simbok memasak. Meskipun tak seenak masakan simbok, Shani layak masuk dalam kategori istri idaman. Cantik saja tidak cukup, untuk mengimbangi fisik ketajaman otak juga perlu. Cantik, pintar, kaya adalah tiga kata yang mewakili keinginan para perempuan dimanapun. Shani punya itu semua tak heran jika para pria patah hati mengetahui kabar pertunangan Shani, terlebih Mario yang masih mengejarnya diam-diam hingga saat ini.

Terdengar tawa pelan diantara Shani dan juga simbok, keduanya tampak akrab dengan saling melempar canda kala membahas mengenai rumah tangga. Simbok dengan pengalamannya menceritakan banyak hal saat dirinya masih muda, sedangkan Shani dengan senang hati mendengarkan kisah asmara simbok. Mulutnya tak henti mengeluarkan suara namun tangannya dengan cekatan mengiris bahan masakan untuk dihidangkan malam ini. Seperti halnya anak dan ibu dua wanita ini sedang menyiapkan makan malam untuk orang-orang tercintanya. Gurat lelah terlihat dari wajah Shani, makeup tipisnya hilang oleh keringat siang tadi di kampus. Dengan perasaan bahagia Shani tetap menyempatkan datang untuk mengurus keperluan calon suaminya, baginya ini adalah hal yang nantinya akan biasa ia lakukan setelah menikah.

Almamater kebanggaanya ia sampirkan di kursi, kemeja putihnya ia lipat menjadi tiga perempat, rok span berwarna hitamnya masih menempel sempurna di tubuhnya, hanya sepatunya saja yang berganti menjadi sandal rumah. Rambut panjangnya yang hitam Shani ikat dengan rapi, jika dilihat lagi Shani seperti wanita karir yang baru saja pulang dari kantor namun tetap memenuhi kewajibannya menjadi seorang istri.

"Non Shani duduk aja biar simbok yang lanjutin masak, kasian dari tadi belum istirahat." Suara lembut simbok menyapa Shani yang sedang menata piring di meja makan. Memang benar, pulang dari kampus ia langsung belanja bahan masakan kesukaan Boby, kemudian ia mampir kesini dan langsung membantu simbok. Untungnya jarak rumah ini dengan kampus tak begitu jauh, jadi Shani tak perlu menghabiskan banyak waktu dengan bermacet-macetan dijalan.

"Gak apa-apa bu, saya senang kok. Itung-itung latihan jadi istri." Jawab Shani dengan senyuman.

"Nggih, simbok doain ya semoga jadi keluarga yang bahagia. Amin."

"Amin." Keduanya kembali fokus dengan pekerjaannya masing-masing. Tak lupa dengan beberapa petuah yang simbok berikan pada gadis cantik yang setia membantunya. 

Suara pintu dari arah belakang nyaris tak terdengar disusul oleh pak Jayadi yang merupakan satpam rumah Kinan masuk dengan membawa amplop coklat bertuliskan "To Boby."

"Maaf mbak, ini ada kiriman buat mas Boby." Shani mengambil amplop coklat yang baru saja diberikan oleh pak Jayadi.

"Dari siapa ya pak?" Shani membolak balikan amplop tersebut guna mencari tau siapa pengirimnya.

"Dari temannya mas Boby di kampus, katanya waktu pertunangan mas Boby kemaren gak datang. Jadi dia ngasih kadonya aja. Orangnya buru-buru tadi, mbak." Panjang lebar pak Jayadi menjelaskan, dan Shani hanya mengangguk saja.

"Makasih, pak." Shani menyimpan amplop itu di atas tasnya yang tergeletak di kursi, kemudian melanjutkan kembali acara memasaknya.

Makan malam sudah siap, dengan senyum bangga Shani menaiki satu persatu anak tangga untuk mengajak calon suaminya mencicipi hasil masakannya bersama simbok tadi. Pintu ruangan yang terbuka setengahnya membuat Shani leluasa melihat apa yang sedang calon suaminya kerjakan. Boby dengan wajah seriusnya sedang menghadap layar LCD 14 inch. Kacamatanya semakin tebal saja dan Shani hanya menggelengkan kepalanya sembari tersenyum. Sudah berjam-jam Boby duduk di kursi kerjanya, sedangkan bossnya entah kemana.

"Sayang, makan malam dulu." Shani melangkah masuk lalu duduk diatas meja dengan setengah badan menghadap pria kurusnya.

"Sepuluh menit lagi ya sayang, tanggung." Hanya sepersekian detik mata Boby sudah kembali menatap laptop di hadapannya, dan tentu saja membuat Shani kesal. Napas lelah bercampur geram ia hembuskan kasar. Shani tidak suka jika Boby mengabaikan kesehatannya. Terlihat banyaknya gelas berisi kopi dan juga cemilan tidak sehat berserakan diatas meja kerjanya. Belum lagi rokok yang hampir habis dalam bungkusnya.

Paralyzed (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang