15. Question

20.3K 2.4K 438
                                        

Dear my lovely readers, sebenarnya dari awal aku udah ingatkan bahwa tulisanku ini mengandung UNSUR DEWASA. Bukan cuma ini, tp kebanyakan tulisanku begitu. Tapi aku tau rasanya percuma krn wp emang ga se-ketat itu utk batasan umur, apalagi sekarang gaada fitur private. Jadi dek adek yg nakal, mohon dipahami bahwa cerita ini hanya FIKSI. Hanya khayalan seorang author yang kesepian, namun terlalu banyak yang ingin diungkapkan *ahzekkk. Tidak utk ditiru, dipraktekkan dlm kehidupan sehari-hari, krn GA BAIK. Jadikan cerita ini sebagai bacaan utk enjoy aja, utk sejenak lari dari peliknya kehidupan. Paham yeu, pembaca tersayangku.

Juga, aku selalu bacain komentar kalian meski ga bs balesin satu-satu. Kadang sampe hapal malah kalo ada yg sering komen dan bikin aku terharu krn di-support. Aku anggap bahwa komentar dan vote kalian adalah bentuk penghargaan ke aku yg udah mau nulis, bahwa kalian suka cerita aku. Jadi sekali lagi aku mau bilang terimakasih banyak. Aku akan terus berusaha untuk membuat tulisan yg lebih bagus.

Ayo mari kita selamatkan Ara, wkwk.

Thanks and enjoy ^.^



Entah sudah berapa kali aku mencoba untuk bangkit namun kakiku seolah patah dan tulangku serasa remuk tak bersisa. Aku hanya mampu bergeming, dengan sisi tenaga yang hampir habis pula. Sakit. Hampa.

Apa lagi yang akan Ia lakukan padaku kali ini?

Tidakkah aku terlalu bodoh karena mencoba untuk menentang bahkan berniat membalaskan dendam padanya sementara aku tidak memiliki kekuatan apa-apa selain setumpuk beban dan peran hukuman yang harus kujalani karena kesalahan yang tidak kulakukan? Bukankah dengan mengabaikanku saja sudah menjadi salah satu Anugerah yang harusnya kusyukuri?

Harusnya aku sadar.

Dan saat pintu membuka, ada rasa syukur yang tak bisa kuungkapkan karena Ia berhasil menemukanku disini. "Ayo kuantar pulang." Kalimat pertama yang setidaknya membuat sisi hatiku yang lain sedikit menghangat.

Mulutku tak mampu untuk mengucap sepatah katapun. Jungkook berjalan mendekat dan aku hanya bisa menggerakkan bola mata yang mengikuti arah kedatangannya. Ia berjongkok di depanku. Meneliti keadaanku sebentar lalu memperbaiki kacamataku. Jungkook segera menarik satu tanganku yang lain, menaruhnya ke atas bahunya, dan membantuku untuk berdiri.

"Kau merepotkan. Untung ada aku."

Jungkook bermonolog. Sementara kaki kami telah melangkah keluar dari ruang Kelas Seni. Dan seperti dugaanku, tatapan sinis, tajam dan bisikan berisi umpatan kotor menyambut kami saat keluar dari sana,  yang secara khusus ditujukan untukku.

"Seperti yang kau lihat. Ini sudah menyebar hanya dalam hitungan menit," bisik Jungkook di telingaku.

Sesekali Jungkook menghardik, membuat anak-anak itu ketakutan. Kalau boleh jujur, aku sedikit menyukai keadaan ini. Untuk pertama kalinya ada orang yang membantuku, membelaku, melakukan sesuatu untukku. Membawaku dari ruangan gelap itu, menopang tubuhku dan membantuku untuk pergi dari sana.

"Sudah kubilang gadis itu populer, dan kau perlu tahu bahwa mungkin keadaan akan sedikit buruk. Tetaplah kuat seperti sebelum sebelumnya."

Aku tahu bahwa Jungkook itu sinting. Sesungguhnya aku ingin sekali mencebik dan mengejek karena ucapan sok bijak yang keluar dari mulutnya. Ini lebih aneh dibandingkan saat Ia menyuruhku mati, menertawaiku karena diperkosa dan menormalkan hal-hal yang tidak lazim lainnya. Setidaknya, itu yang membuatku memiliki alasan untuk bergaul dengan Jungkook.

"Untung hari ini aku bawa mobil."

Lagi-lagi Jungkook bermonolog sembari membantuku untuk bisa duduk dengan posisi yang pas di sebelah kursi supir. Setelah itu Ia berjalan ke sisi berlawanan, duduk di depan kemudi. Jungkook melirikku sebentar, lalu seperti tersadar akan sesuatu, Ia segera memakaikan seatbelt. Ia memperhatikanku sekali lagi, memastikan bahwa posisiku sudah cukup baik atau belum. Dan yang terjadi selanjutnya adalah Ia mengambil jaket hitam miliknya dari kursi belakang, menutupi rokku.

PUNISHMENT✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang