22. The Girl

20.9K 2.2K 367
                                        

Sesuatu yang baru, mungkin. Saat aku terbangun dan tak lagi mendapati diriku pada kesepian ranjang dan langit langit yang biasa kutemui. Tatkala aku menyadari ada nafas lain yang terdengar selain nafasku sendiri, mendadak jantungku tak karuan disertai dengan wajah memanas mengingat apa yang telah terjadi semalam. Bathtub, deru nafas, rintihan kotor dan seperti kami telah mengenal lama hingga berkali-kali terdapat adegan penghancuran satu sama lain membuatku cukup untuk merasa malu dan kehilangan harga diriku, lagi. Bukan sekali, mungkin lebih dari tiga kali saat keabnormalan itu mendadak muncul lalu hilang dan muncul lagi. Seolah tadi malam diriku bukan diriku dan kini telah kembali pada penempatan yang seharusnya.

Mungkin aku sudah gila.

Dengan kumpulan cuil keberanian, aku menoleh ke sisi kiri dimana sumber suara nafas itu berasal. Mulut sedikit terbuka, wajah yang masih menyisakan warna kebiru-biruan dan rambut berantakan yang mengisi dahi itu telah berhasil membuatku mengangkat satu tangan untuk menutup mulutku sendiri dan memastikan bahwa aku tidak mengeluarkan bunyi apapun yang mungkin bisa mengganggu lelapnya. Tidak. Jangan bilang bahwa dentuman kecil pada dada itu dan rasa seperti sesuatu menggelitik perutku adalah sesuatu yang baik. Sebab entah mengapa, aku sangat takut ia mampu mendengar itu semua.

Tentu keteduhan wajah itu bukanlah hal yang biasa sebab jika si pemilik elok tersadar, hampir keseluruhan akan berbanding terbalik. Seiring dengan rutukan tertahan tentang mengapa situasi ini terjadi dan keadaan tubuhku yang tidak lagi sejalan dengan isi kepalaku, aku memutuskan untuk bangkit sebelum berakhir meletakkan tubuhku kembali sebab tak berbalut apapun di balik selimut. Namun setelah memikirkan selama hampir satu menit aku memutuskan untuk benar-benar pergi. Setidaknya sebelum sesuatu menyentuh lenganku, menghasilkan tarikan yang lebih kuat energinya dibanding milikku dan terpaksa mendudukkanku kembali.

"Mau kemana?"

Hadir menjadi satu kalimat dengan tone suara yang mampu membuat pikiranku meliar kesana kemari. Dan aku membeku dengan keadaan yang tak bisa kusebut baik sama sekali. Menjadi semakin aneh sebab aku menarik selimut untuk menutupi tubuh bagian atasku dan baru menyadari bahwa kami berbagi selimut yang sama. Kecanggungan menjadi akrab sebab aku hanya mampu menghela nafas sembari melirik dari sudut mataku.

"Menyiapkan sarapan dan pergi keー"

"Bukankah ini masih dini hari?"

Kepalanya sedikit miring ke arah jendela yang memang masih menampilkan keadaan gelap di balik gorden transparan. Seolah menunggu jawabanku maka aku hanya mengangguk pelan dengan raut yang kemungkinan besar terlihat lebih tolol. Ia mendehem sekali sebelum menarik naik tubuhnya, bagian atasnya terbebas dari selimut dan entah kenapa mesti aku yang merasa malu, lalu bersandar pada kepala ranjang.

"Kurasa kau lebih tahu, mana yang perlu kau urus terlebih dulu."

Hendaknya aku ingin mengumbar kalimat yang terlalu sulit untuk kurangkai di dalam kepala, sebab ucapannya tak begitu mudah untuk dicerna, nyatanya satu tangannya telah meraih tubuhku dengan mudah untuk mendekatkan itu pada dirinya. Sentuhan pada bagian paha dimana itu hanyalah kulit pada kulit membuat bulu kudukku meremang.

"Jangan melakukan hal-hal buruk. Kau juga akan rugi."

"Bukankah kau sudah mengatakan itu kemarin, Kak. Apakah kau akan terus memarahiku?"

Entah apa yang terdengar lucu dari ucapanku barusan namun raut Taehyung terlalu menggemaskan saat ia tiba-tiba terkekeh dan mengusap rambutku selama satu detik. Dan saat tangannya kembali turun, menghasilkan udara hingga aroma dimana aku cukup hafal bahwa itu berasal dari tubuhnya, pada detik itu pula khawatir dalam diri mulai merongrong. Tidak. Aku tidak boleh menganggap apa yang terjadi saat ini adalah sesuatu yang membuat seisi dadaku bergemuruh hebat.

PUNISHMENT✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang