I will go to you, like the first snow❄️
***
"Sial!!!"
Aku terbangun ketika jam hanya menyisakan waktu kurang dari tiga puluh menit. Mempersiapkan diri dengan baju yang syukurnya sudah kupersiapkan sebelumnya sembari melakukan panggilan melalui ponsel, berharap Jungkook mengangkat itu meski aku tidak yakin ia akan menjawab panggilanku. Ia sudah berjanji akan mengantarkanku hari ini. Dan aku tidak ingin mengambil resiko sebab kepalaku masih agak pusing akibat alkohol yang masuk ke rongga tenggorokan tadi malam. Padahal aku yakin tak menenggaknya terlalu banyak.
Sebab putus asa panggilanku tak juga mendapat respon, aku memilih menghubungi taksi.
Membawa roti seadanya, menjejalkan di dalam mulut sembari memakai make up dan berusaha merapikan rambut dan segalanya di dalam taksi. Setelah itu aku mulai membuka laptop, membaca ulang file yang akan kupersentasikan hari ini dan berharap semua akan berjalan sebaik-baiknya.
Kakiku segera berlari ketika sudah sampai di depan gedung kantor, langsung menuju ruang meeting sebab waktu yang kumiliki tak kurang dari tiga menit lagi. Mulutku sempat merutuki jalanan Seoul yang sangat tak mendukung saat rush hour begini.
Pukul delapan tepat, aku tiba dan semua orang telah berada di sana. Sempat menaruh tatap ke arahku, membuatku merasa malu setengah mati, berjalan menunduk sambil minta maaf, dan aku tahu Tuan Bang sudah bersiap membunuhku melalui tatapannya.
Tepat setelah ia membuka rapat, aku diminta untuk maju mempersentasikan rencana penawaran proyek yang akan kami ajukan.
"Terima kasih untuk kedatangan Tuan, Nona dan Nyonya yang sudah memberikan kesempatan pada kami hari ini. Saya, Lee Ara dari Hit Technology akan memー" Tidak. Sebentar. Rasanya seperti aku sedang berhalusinasi sejak menyadari wajah yang sekian lama tak kulihat duduk di salah satu kursi diantara wajah asing yang kini sedang memberi perhatian kepadaku.
Tersenyum dengan bentuk wajah yang sama seperti lima tahun lalu, meski kini rambutnya nampak lebih panjang dan sedikit ikal dengan belahan di depan dahinya. Tetapi, tidak. Mungkin itu bukan dia. Dia sudah menghilang cukup lama. Bahkan mengundurkan diri dari perusahaan dan tak memiliki alasan apapun lagi untuk berada di sini terlebih sebagai salah satu pemilik perusahaan.
Aku memutuskan membuang pandangan darinya, kembali memaparkan hal-hal yang perlu kusampaikan dan syukurnya aku bisa melewatinya dengan baik. Tepuk tangan meriah di akhir memberi sinyal bahwa hasilnya juga harusnya sesuai dengan harapanku.
"Nona Lee, persentasimu cukup bagus tetapi kuharap kejadian hampir terlambat seperti tadi pagi tidak akan terulang kembali." Tuan Bang tiba-tiba berbicara setelah semua orang keluar. Membuatku tak bisa segera pergi dari sana dan harus mendengarkan petuah-petuahnya yang begitu panjang.
Aku membungkuk minta maaf. "Itu tidak akan terjadi lagi, Tuan."
"Karena persentasimu cukup bagus dan hasilnya tampak baik, aku ingin kau yang menggantikanku untuk pergi makan malam bersama para petinggi tadi. Bangunlah koneksi yang lebih baik. Kau ingin dipromosikan bukan? Kau cukup berbakat di usia semuda ini. Meski tak berpengaruh banyak untuk hasil penawaran hari ini, setidaknya bangunlah kesan yang baik di mata mereka."
Niatku semula adalah menolak sebab aku tidak terlalu suka mendatangi acara seperti itu, terlebih dipenuhi orang orang kaku yang hanya membicarakan tentang bisnis dan pekerjaan. Tetapi menolak Tuan Bang, apalagu mengingat kesalahanku tadi pagi, kupikir ia bisa-bisa mengusirku. Jadi, aku memilih mengiyakan dan mengangguk dengan sedikit terpaksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
PUNISHMENT✔
Fanfiction[COMPLETED] "Aku tidak akan menggugat, kau tak perlu kembali pada kehidupan lamamu yang melarat. Satu syaratnya, gantikan peran kakakmu." - Kim Taehyung ©️msvante • 2019