10. DIE

24.5K 2.7K 186
                                    




Sreshh!

Sreshh! 

Mata bulatnya melengkung, persis seperti bulan sabit. Dua gigi putihnya menyembul keluar, seperti kelinci sedang bahagia setelah mendapat wortel.

"Ini terlalu indah, Ara."

Pun rasanya ia hampir mendesah mengucapkan kalimat barusan. Sementara aku sedang berjuang menahan ngeri setengah mati. Entahlah, meski aku sudah terbiasa dengan pandangan menyeramkan, namun kurasa aku cukup kaget karena pria yang lebih layak untuk minum susu dan di-nina bobokan di hadapanku ini.

"Sini, kau boleh coba."

Ia menaikkan siletnya ke udara, membuatku secara refleks bergerak menjauh dan menggelengkan kepala. "A-aku tidak mau."

"Kenapa, kemarilah. Aku akan membantumu."

Mata bulatnya meredup, membuatku merasa iba karena menjadi penghalang atas kebahagiaan yang sedang berusaha ia gapai. Perlahan aku meraih benda yang berada di tangannya. Menggeser bokongku untuk lebih dekat hingga lutut kami bersentuhan.

Kepala Jungkook bergerak memberi isyarat, pipinya merona seperti buah cherry. Dia, lucu sekali. Terlalu lucu untuk ini semua.

Aku meringis pelan saat benda itu benar-benar tergenggam ditanganku.

"Kenapa kau yang meringis, kan aku yang akan kau iris."

Akh, lihat ekspresinya saat mengatakan itu, seperti bayi tanpa dosa, seperti sedang melihat susu pisang di tanganku yang bersiap untuk dia teguk.

Kepalanya kian mendekat, sementara aku secara refleks menutup mata, menahan nafas dan menundukkan kepala. Aku terdiam, kurasa ia masih berada di hadapanku. Iya, benar. Ini bau Jungkook, bau sabun yang terlalu soft dan seperti bau bayi.

"Ara."

"Hm."

"Buka matamu."

Seperti sihir, titah Jungkook barusan membuatku segera membuka mata meski belum berani mengangkat kepala.

"Ada apa," katanya dengan jemari yang mengangkat daguku. Membuat masing-masing bola mata kami beradu satu sama lain.

Aku menggeleng, sementara tatapannya yang kembali meredup entah mengapa seolah menghujam jantungku. Apakah aku telah mematahkan kebahagiaannya?

"Baiklah, mungkin kau tidak bisa. Tidak apa-apa, kemarikan," katanya dengan nada lemas, membuatku dihujani rasa bersalah hingga refleks aku menarik tangan dan menjauhkan benda itu dari gapaiannya.

Ia tampak bingung hingga aku kembali bersuara.

"A-akan kulakukan."

Aku bisa merasakan getaran pada suaraku. Namun segera membuatku lega saat melihat wajah Jungkook kembali berseri dan tampak sumringah.

"Gadis pintar."

Kurasakan elusan pada bagian kepala belakangku, Jungkook sedang mengelus-elusku seperti anak kucing. Sementara aku merasakan ketenangan akibat perbuatannya.

Tanganku mulai berani bergerak, mendekatkan itu pada salah satu sisi lengan putihnya yang masih bersih dari noda darah. Sesekali aku melirik matanya, ia sungguh tampak antusias.

Ssssreeeet

Aku hanya menggoresnya perlahan, tidak ini tidak terlalu menyeramkan.

Aku menjeda, dan Jungkook tidak protes apa-apa. Ia masih membiarkan lengannya, terlihat menungguku dimana ekspresinya membuat kepercayaan diriku meninggi karena merasa berguna untuk dirinya.

PUNISHMENT✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang