Kim Taehyung, seorang tersohor dengan bakat bisnis yang amat mumpuni diusia muda. Seperti tak cukup, semesta menghadiahinya paras yang teramat elok pula. Kabar pernikahannya sempat mematahkan banyak hati gadis yang mengelukannya, setidaknya demikian highlight berita yang pernah kubaca ketika mencoba mencari namanya melalui media pencarian saat beberapa saat menjelang hari pernikahan mereka.
Aku tak pernah meminta pada semesta, barang mengkhayal saja aku tak berani namun nyatanya ia kini telah menjadi suami-ku. Kukatakan sekali lagi, aku tak pernah meminta. Ia yang datang dan memintaku menjadi tawanan, yang mana kelamaan semakin kunikmati menjalani peran seperti apa yang dia minta.
Kusediakan sebuah ruang khusus untuk dirinya. Untuk sebuah wajah yang tak lagi asing disetiap pagi ataupun malamku. Aku tak bohong jika ia adalah tampan, maka dari itu kuhadiahi ia sebuah ciuman. Toh itu tak seberapa dibanding kembang apiku yang meledak saat wajahnya yang pertama hadir ketika aku mencapai puncak kesadaranku. Dan menunggui hingga aku bangun, bukankah itu perlakuan yang sangat manis?
Masih lekat dalam ingatanku saat ia bergeming seolah jiwanya melayang entah kemana meski sepersekon kemudian ia meremas kedua bahuku entah dengan maksud apa. Lalu setelah itu ia melihat kearah seragam bagian bawah atau rokku yang sedikit tersingkap tengah meletak diatas pahanya. Mendehem sembari berucap,"Apa kau tidak lapar?"
Lalu aku mendadak bangkit, menangkap responnya yang gamang dan aku yang menjadi malu karena sadar telah menunjukkan sisi lancang. Sungguh, respon itu diluar dugaanku. Taehyung juga bangkit, berjalan ke arah kursi kebesarannya dan mengambil jas yang tergantung di standing hanger disebelahnya. "Ayo, aku lapar."
Mungkin aku patah karena harapanku sendiri. Ataukah memang Taehyung harusnya berlaku sesuai ekspektasiku? Entahlah, karena aku kembali pilu dengan hentakan kaki yang menyusuri lorong yang kini telah sepi dan tak menyisakan siapapun lagi dalam ruang kaca itu. Taehyung tak mengatakan apapun jua, seolah kami telah sama sama kembali pada angan dan ruang yang tersisa. Terasa jauh padahal ia sungguh ada disisiku.
Setidaknya senyumnya sedikit terbit saat hidangan makanan tiba didepan wajahnya ketika ia memutuskan untuk berjalan ke arah sebuah kedai yang tak jauh dari kantor miliknya. "Makan yang banyak," sarannya saat ia telah terlebih dulu menyuap ke dalam mulutnya. Dan perutku yang sungguh tak bisa berbohong memerintah atas kendali mulut yang kini mulai sibuk mencacah didalam.
"Terimakasih," selaku pada acara mengunyah dan ia yang membagikan sedikit kimchi ke atas nasi milikku.
Tak ada perbincangan serius yang terjadi dan hatiku berangsur membaik bersamaan dengan lelah yang mulai menerpa sejak pertemuan tadi siang. Acara makan itu tak berlangsung lama karena Taehyung memutuskan supaya kami segera pulang.
Lalu disinilah kami sekarang, berada pada kungkungan sepi beralaskan nyaman. Punggungnya berada tepat didepan wajahku, sedang aku mengamati dalam keheningan dan pusaran kata kata dalam kepala. Seperti, sebesar apa keinginanku untuk meraih itu dan menciumi aroma yang kian familiar dalam kepalaku. Nyatanya, jariku hanya menggantung diudara dan aku menelan ludah berkali-kali. Keteraturan nafas pertanda ia sedang mendalami mimpinya. Sedang aku masih berperang dengan detak jantungku yang tak beraturan. Sebuah kesialan yang lebih menyiksa dari apa yang pernah ia lakukan.
Jika ia menyuruhku untuk tidur disampingnya, mengapa ia harus mencipta ruang yang begitu luas diantara jarak yang tak lebih dari dua jengkal?
Jarak itu lebih luas daripada jurang yang pernah tercipta diantara kami.
"Kim Taehyung ..."
Sebuah kebodohan yang berujung pada ketiadaan jawaban diudara. Dan aku yang hanya bisa memeluk diriku sendiri bertemankan pilu bersama angin malam yang menghembus melewati setiap inci kulit itu. Kutarik selimutnya semakin naik keatas, menutupi hampir bahu Taehyung karena ia sangat suka tidur tanpa mengenakan baju. Gerak tubuhnya sempat memberikan sinyal bahwa ia merasa terganggu, membuatku sedikit tidak enak dan memutuskan untuk tak melakukan apa-apa lagi selain kembali merenung bersama punggungnya yang kini terbalut selimut.
KAMU SEDANG MEMBACA
PUNISHMENT✔
Fanfiction[COMPLETED] "Aku tidak akan menggugat, kau tak perlu kembali pada kehidupan lamamu yang melarat. Satu syaratnya, gantikan peran kakakmu." - Kim Taehyung ©️msvante • 2019