19. Drunk TH

21K 2.2K 289
                                    

'Selamat ulang tahun, Ibu."

Kartu ucapan itu tampak begitu indah dengan satu buket bunga besar berwarna pink dan sekotak hadiah yang pitanya masih terikat sempurna pertanda Ibu mungkin belum menyentuhnya atau membukanya. Wajah Ibu merekah sempurna dan ada tersimpan rasa bahagia yang teramat jarang kulihat selama belasan tahun kami hidup bersama.

"Selamat ulang tahun, Bu. Semoga Ibu panjang umur dan dipenuhi kebahagiaan." Bahkan air mata yang tiba-tiba jatuh menjadi penghalang untuk aku untuk menatap ke layar kaca dimana wajah Ibu masih terpampang dengan vokal terimakasih berulang kali. Kuletakkan ponselku sebentar untuk menyeka air mata dan kembali menyapa Ibu di seberang sana.

"Kebahagiaan Ibu sudah sangat tercapai ketika melihat anak anak Ibu hidup layak dan bahagia saat ini. Terlebih, Ibu punya menantu yang sangat elok rupa dan hatinya." Ibu berucap dengan senyum begitu tulus, memamerkan apa yang dia dapat di hari itu, yang aku yakin dikirimkan oleh Taehyung mengatasnamakan dirinya dan Ana.

"Ibu mendokan supaya kau mendapat menantu seperti dia, Nak," tutup Ibu dengan senyum terlampau polos, membangkitkan kegetiran di dalam hati namun menahan itu demi tidak merusak hari bahagia Ibu. Maka aku hanya bisa membalas dengan senyum tatkala Ibu kembali bersuara.

"Apakah Ana sangat sibuk? Ia hanya memberi ucapan melalui pesan dan menolak setiap panggilan Ibu."

"Ana, mengirimkan Ibu pesan?"

Mungkin ekspresiku pada layar hampir tidak terkontrol saat mengatakan itu karena memang fakta yang baru saja kudengarkan sangat mencengangkan. Entah berapa ratus kali aku mencoba menghubungi ponselnya dan berakhir dengan pesan dari operator pertanda nomor itu sedang tidak aktif. Tetapi Ana mengirimkan pesan pada Ibu?

"Bu, boleh kita akhiri dulu. Aku lupa bahwa aku harus mengurus sesuatu yang sangat penting. Dan ya, Ana memang sangat sibuk akhir-akhir ini, tapi Ibu tidak usah khawatir karena dia baik-baik saja. Selamat ulang tahun sekali lagi, Bu."

Ibu tersenyum sembari mengangguk di seberang. "Aku mencintaimu, Anakku." Beberapa detik kemudian panggilan video itu terputus dan menyisakan layar ponsel yang sudah kembali ke menu utama.

Jariku segera mencari kontak Ana dan menekan tombol hijau untuk melakukan panggilan. Jantungku berdetak tak karuan saat ponsel itu kini menempel pada daun telingaku. Kuharap ini adalah salah satu keajaiban.

'Nomor ...'

Ah sial, jadi nomor itu tetap tidak aktif. Namun aku akan lebih intens untuk mencoba menghubungi di lain waktu, yang terpenting adalah Ana masih menunjukkan eksistensinya. Memoriku memutar ingatan tentang perkataan Jungkook kemarin sore. Aku cukup bersyukur karena kemungkinan besar dugaannya adalah salah.

Lagi, fakta bahwa Taehyung tidak pulang kemarin, yang pasti disibukkan oleh proyek baru yang sedang dikerjakannya itu membuatku setidaknya dapat bernafas lega lebih panjang.

Beberapa hari pula sejak insiden Hyera aku memilih tidak pergi ke sekolah. Kebanyakan waktu  kuhabiskan untuk pergi ke danau favoritku, ke perpustakaan kota dan seharian ini cukup nekat karena aku hanya menghabiskan waktu untuk tak beranjak banyak dari kasurku. Aku seharian berada di rumah. Kupikir malam ini Taehyung tak akan pulang lagi sebab jam sudah berada tepat di  angka dua belas dan harusnya ia sudah berada disini paling lama sekitar satu jam yang lalu, biasanya. Namun bunyi bel yang cukup mengejutkan membuatku tak cukup yakin untuk keluar dari kamar dan menanggapi itu.

Siapa yang bertamu pada jam segini?

Bel itu berbunyi lagi saat aku mengurungkan niat untuk beranjak dari tempat tidurku. Degup jantungku menghasilkan kecepatan di luar kebiasaan seharusnya dan perlahan kakiku turun menghampiri sandal bulu buluku. Kuberanikan diri untuk membuka pintu kamar dan cepat cepat berjalan menuruni anak tangga.

PUNISHMENT✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang