33. Ending Scene 2

17.2K 2.1K 736
                                    

"Ara. Kau baik-baik saja?"

Aku mengangguk, meneguk isi gelas berupa air hangat yang sudah kugenggam sejak tadi. Ibu sudah dipindahkan ke kamarku dan sudah diperiksa oleh Namjoon, yang aku sendiri masih tidak mengerti dasar eksistensinya berada di sini.

"Masih ada yang ingin kusampaikan dan kupikir kau harus dalam keadaan yang baik. Kau pucat sekali," kata Namjoon.

"Aku baik-baik saja. Sepertinya apa yang terjadi barusan lebih mengejutkan dari apapun," sarkasku hingga membuat pria itu berdehem sejenak dan mengambil sesuatu dari dalam tas tentengnya.

"Taehyung sudah bertemu ibumu, menceritakan segala apa yang terjadi selama ini dan apa yang ia lakukan kepadamu. Juga ia ceritakan padaku. Aku turut bersedih, Ara. Aku sendiri tidak menyangka itu terjadi kepadamu."

Pemuda itu menjeda sejenak. Sementara aku masih tidak mengerti dengan pola pikir dan perilaku pria bermarga Kim yang seolah sengaja membuka aibnya sendiri. Apa dia benar-benar sudah gila?

"Taehyung jelas salah besar, terlebih kau masih sekolah. Ia bahkan bersedia untuk menyerahkan diri ke kepolisianー"

"Tidak. Aku yang tidak bersedia," potongku secara tiba-tiba. Seperti itu diproses oleh bibirku dulu, sebelum kepalaku memberi perintah. "Akuーjalanku masih panjang. Aku tidak mau itu menggangguku di kemudian hari. Menjadi cerita buruk dan membuat keadaanku lebih buruk lagi."

Namjoon menatapku sedikit lama, entah sebab apa, tetapi kemudian ia bersuara lagi. "Benar. Itu menjadi pertimbangan yang sudah kami bicarakan sebab orang-orang suka bermulut kejam. Tapi Ara, jika kau mau, kita bisa tetapー"

"Tidak. Keputusanku sudah bulat. Tak ada untungnya bagiku jika ia dipenjara sekalipun. Semua sudah terjadi. Aku hanya ingin menjalani kehidupan yang normal. Aku sudah cukup lelah selama ini," putusku kemudian.

Lagi, ia terdiam, menatapku sedikit lama hingga aku sengaja memberi reaksi tidak suka. "Jika kau sudah yakin, aku tidak bisa memaksa."

"Kalian sengaja datang saat mereka tidak ada, atau kalian merencanakan ini supaya hati Ana tidak hancur? Mereka pergi kemana, berbulan madu?" Aku tak tahu kenapa isi kepalaku hampir selalu dibayangi momen kebahagiaan sejak awal pertemuan mereka. Rasanya memancing rasa kesal yang tak bisa kutunjukkan secara terang-terangan.

"Aku perjelas saja kalau begitu. Aku diminta oleh Taehyung untuk merawatmu mulai hari ini. Secara khusus membantumu untuk pulih dari perasaan yang terus mengganggu dan membuatmu tidak nyaman. Seluruh kenangan buruk, perasaan buruk, apapun itu, akan kita sembuhkan. Kau tidak keberatan 'kan?"

"Aku tidak gila."

"Memang. Kau tidak gila, Ara. Hanya, keadaan mentalmu sedang tidak baik. Kau mengalami banyak hal buruk dan Taehyung merasa harus bertanggung jawab juga untuk itu. Kebetulan aku temannya sekaligus profesional yang bekerja di bidang itu. Ia percaya padaku untuk merawatmu. Aku berjanji akan melakukannya dengan baik. Kau mau 'kan?"

Aku terdiam sejenak. Ragu sekaligus masih bingung atas apa yang sedang terjadi. Bukankah benar-benar keji ketika mereka semua memikirkan perasaan Ana hingga aku harus dibiarkan sendiri sepanjang hari lalu didatangi ibu dan pria aneh ini? Itukah yang Taehyung rencanakan jika sungguh dirinya merasa bersalah padaku tetapi di sisi lain tak ingin menyakiti Ana?

"Ini untuk kebaikanmu sendiri, Ara. Bukankah kau menginginkan kehidupan yang lebih baik?" Namjoon menghela nafas cukup panjang. "Atau kau mau baca ini dulu, siapa tahu menjadi pertimbangan yang membuatmu lebih yakin." Pria itu menyodorkan sebuah amplop coklat, membuatku kembali bingung hingga menyambutnya dengan ragu.

"Untukku?"

Pria berlesung pipi itu mengangguk. "Dari Kim Taehyung, dititipkan untukmu."

Ia sedang ingin berparodi atau apa, apa yang sesungguhnya direncanakan hingga membuat drama yang sanggup membuat ibuku pingsan? Apa ia ingin lari membawa Ana dan membuangku alih alih menyuruhku sembuh?

PUNISHMENT✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang