30. Sorry

17.1K 2.3K 870
                                    

Itu benar Jungkook. Apa ia ingin menghakimiku lagi? Sebaiknya aku melakukan pembelaan sebelum ia menyerangku lagi.

"Aku tidak menyakiti Hyera, sungguh. Aku akan berusaha untuk tidak muncul di hadapannya lagi, Jungkook. Aku minta maaf untuk waktu itu. Aku tidak bermaksudー"

Kurasakan tubuhku membeku sebab rasanya tiba-tiba hangat. "Aku tau," katanya kemudian. Suara itu kini berada dekat sekali di telingaku. "Bukan salahmu. Aku hanya ingin melihatmu. Menangislah jika kau ingin menangis."

Terasa tepukan lembut pada punggungku. Konstan dan menenangkan sekali. Seolah izinkan seluruh kegetiran yang kurasakan untuk lebih bebas lagi. "M-maaf," kataku ketika kembali terisak dipundaknya. Menjatuhkan daguku dan membasahi itu hingga waktu yang aku tak tahu berapa lama berjalan.

Tepukan itu tak berhenti, terus berada di sana hingga aku memilih mundur dan Jungkook memperhatikan wajahku untuk waktu yang tak sedikit. "Sudah merasa baikan?"

Aku mengangguk pelan. Merasa sedikit tidak enak sebab hoodie di sekitar bahunya benar-benar basah. "Maaf akuー"

"Aiss! Biasanya juga aku yang menangis di seragammu. Anggap saja sedang kubayar untuk itu." Jungkook mulai mengatakan itu dengan nada yang biasa. Mengambil tanganku dan mengajak duduk bersebelahan di atas rumput menghadap ke arah danau, seperti yang biasa kami lakukan dulu.

"Ada apa?"

"Tidak apa-apa."

"Aku hampir tidak pernah melihatmu menangis sebelumnya. Kau selalu mencoba terlihat kuat dan tangguh. Meski sebenarnya sangat rapuh." Ia ucapkan kalimat terakhir dengan nada yang lebih pelan.

Aku hanya menggeleng, tak ingin mengatakan apapun sebab takut tangis itu muncul lagi.

"Ara, aku tau aku menjadi teman yang buruk sekali. Aku bahkan pernah berjanji akan selalu ada kapanpun kau butuhkan, namun nyatanya, aku malah balik mencelakaimu. Seperti seorang pengkhianatーah bukan, aku seorang pengkhianat, benar?"

Jungkook menjeda, lalu menarik nafas panjang sekali. Seperti ingin membongkar seluruh pelik yang sudah sempat ia simpan selama beberapa saat.

"Bodohnya, aku malah tidak bahagia. Kupikir aku akan senang setelah membuatmu sakit. Ternyata, yang ada, hatiku bahkan jauh lebih sakit dari sebelumnya." Jungkook menerawang ke langit, menyenderkan diri dengan menggunakan tangannya sebagai tumpuan, lalu tersenyum miris.

"Mengapa kau lakukan itu?"

Tatapannya berpindah ke arahku. Menatap selama beberapa detik kemudian menggeser kepalanya lagi. "Entahlah, kurasa untuk balas dendam."

"Karena Taehyung menghajarmu?"

Jungkook tertawa kecil. Membuatku keheranan sebab merasa tidak ada apapun yang lucu dari ucapanku. "Taehyung, bahkan kau tak menyebutkan nama itu lagi dengan canggung. Bukan Kakak Ipar lagi, ya?"

Aku mendecak tidak suka. Ia selalu menyebalkan dan tidak pernah berubah. Tak pernah kenal waktu dan tempat.

"Lihat! Padaku kau selalu kasar begini. Tapi kalau bersama Taehyung, kau penurut sekali. Seperti anak anjing, lucu."

"Kau masih saja suka menuduh."

"Aku tak menuduh. Dari cara menatapmu saja sudah jelas. Seribu persen kujamin Taehyung sudah menyadarinya. Jangan terlalu naif, Ara. Kau sekarang benar-benar suka pada hukuman Kakak Iparmu. Ups! Katakan saja sekarang, Taehyung." Raut Jungkook membuatku kesal sebab ia tertawa mengejek seperti seorang anak kecil yang mengajak bergelut.

PUNISHMENT✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang