28. Please

20.1K 2.1K 877
                                    


🔞WARNING!!WARNING!!WARNING!!🔞

Aku tak pernah tahu sebanyak apa uang yang sudah Taehyung habiskan selama ia berurusan dengan hidup kami. Ibu, Ana dan diriku sendiri. Seingatku, ia bisa menghabiskan waktunya di kamar selama ber-jam jam dengan layar di depan mata. Merasakan tubuhnya mulai naik ke atas ranjang ketika hampir dini hari, terkadang di hari Minggu tetap harus bertemu client, dan sebagainya.

Hari ini Taehyung tak pergi bekerja. Aku sempat mendengar dirinya berbicara dengan seseorang di telepon dan bilang bahwa diriku sedang sakit hingga tak bisa pergi ke sekolah. Kemungkinan besar, ia baru saja menghubungi pihak sekolah.

Ia juga tak menyuruhku untuk bangun. Justru ketika aku sudah bangun, melirik ke arah jendela yang sudah terlampau terang, ia menawarkanku untuk sarapan. "Aku sudah siapkan Omelette. Tidak tahu rasanya bagaimana, yang penting bisa mengenyangkan perut dan membantumu cepat pulih."

Tak sempat memberi respon terima kasih, tubuhnya sudah terlebih dahulu menghilang dari balik pintu.

Aku segera turun dari tempat tidur, memakai sandal bulu bulu dan sempat limbung sebab denyut pada tanganku menghasilkan sedikit rasa pusing. Begitu sampai di ruang makan, Taehyung sudah duduk manis sembari menunggu. Oh, padahal kupikir ia sudah sarapan terlebih dulu.

Kutarik kursi dengan tangan kiriku dan duduk persis di hadapannya.

"Ck! Aku lupa tanganmu sakit. Harusnya jangan buat Omelette ya." Monolognya sendiri sembari mengambil sendok dan garpu yang sudah ia siapkan di atas piringku.

"Tidak apa-apa, aku bisa senー"

"Jangan terus sok kuat begitu. Kemarin saja kau mengotori bajuku dengan ingusmu."

Astaga, apa-apaan! Harus ya dia membahas itu di momen sarapan begini?

Aku hanya bisa kembali diam. Sedang dirinya mulai mengambil sendok dan garpunya sendiri, memotong Omelette-nya dan memasukkan itu ke dalam mulutnya sendiri. 

"Not bad." Lagi lagi, ia bergumam sendiri.

Lalu tangannya beralih ke atas piringku, memotong milikku, menyuapkan kemudian dan membiarkan diriku mengunyahnya. Begitu seterusnya tanpa ada perbincangan lebih lanjut atau apapun kecuali hanya suara denting piring yang terus berkumandang.

"Taehyung."

Aktivitasnya terhenti sesaat, seperti ia sedikit terkejut saat aku menyebutkan namanya. Namun segera melanjutkan kembali setelah memberi isyarat melalui gerakan kepalanya. Seperti bilang, lanjutkan saja.

"Mengapa kau bisa ada di sana?"

"Kau yakin mau membahas itu saat ini, pagi ini?" responnya di tengah kunyahan yang masih menggumpal di dalam mulutnya.

"Um."

Taehyung masih tak menjawab, pipinya masih penuh dengan makanan. Menyuapkan kepadaku juga dan aku melakukan hal yang sama. Setelah dirasa pipinya tak lagi penuh, Taehyung mulai meneguk susu yang berada dalam gelas di hadapan kami. Seperti sudah selesai dengan aktivitasnya, ia kembali bersuara.

"Aku berkali-kali bilang jangan percaya pada siapapun bukan tanpa alasan. Kau sudah lihat sendiri keburukan Jungkook. Sekarang kau juga alami sendiri kebrengsekan Park Jimin. Kau tahu kenapa ia sempat pindah ke luar negeri?"

Taehyung kembali meneguk susunya. Sedang aku hanya bisa menggeleng pelan dalam diam.

"Kau tahu kenapa ia harus tinggal di apartment padahal ia masih punya rumah sendiri lengkap dengan orang tua dan saudaranya, menurutmu kenapa?"

PUNISHMENT✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang