🔞WARNING!!WARNING!!WARNING!!🔞
"Ara, kau dari mana. Kau masih marah padaku, ayo kita bicara baik-baik."
Ana menyambutku saat baru saja tiba di rumah. Ia sudah terlihat jauh lebih baik, dengan baju lengan panjang kebesaran yang aku hapal benar itu adalah milik Taehyung. Wajahnya masih sedih hingga aku menjadi tidak tega dan merasa bersalah.
"Dia pergi bersamaku, Noona. Maaf tadi aku memanggilnya secara tiba-tiba karena ada tugas mendesak. Aku, Jeon Jungkook. Teman sekolah Ara." Jungkook memperkenalkan diri dengan sopan, disambut oleh Ana yang berusaha memberikan senyum ramah. "Maaf, tapi aku harus segera kembali, Noona, Ara. Aku pamit."
Jungkook mengatakannya dengan begitu cepat, tampak sangat terburu-buru. Ana hanya bisa mengangguk sembari mempersilahkan kemudian. Pemuda itu segera pergi, meninggalkan kami yang kini berteman sepi.
"Ara, mari kita bicara."
Belum sempat aku benar-benar masuk, kulihat Taehyung sudah berdiri di ruang tengah. Wajahnya terlihat datar, namun tatapannya tetap mengintimidasi. Kedua tangannya masuk ke dalam saku, rambutnya tampak basah, pertanda ia baru selesai mandi.
Ana menuntunku untuk berjalan ke ruang tengah. Tersenyum pada Taehyung yang sudah menanti di sana. Menghasilkan pecutan baru pada dinding hatiku yang kiranya sudah terluka cukup parah.
Ana duduk persis di sampingku, Taehyung berada di depan kami. Dibandingkan seorang adik, kurasa aku lebih mirip seorang pesakitan yang sedang diadili.
Ana meraih tanganku, memegang itu dengan tangannya yang begitu hangat. Menyisir rambutku dengan begitu lembut sembari tersenyum seperti senyum ibu. Mengingatkanku akan masa kecil kami dulu.
Ana yang cantik, meskipun sesekali jahat, namun menyisakan jeruk mandarin yang diberikan para kakek nelayan lebih banyak untukku dibandingkan dirinya sendiri. Mengikat rambut panjangku sebelum berangkat sekolah hingga miliknya hanya tergerai begitu saja sebab takut terlambat. Berbohong tentang dirinya yang sudah makan supaya aku bisa makan lebih banyak. Mencari uang di pasar demi membayar uang sekolahnya sendiri dan membayarkan milikku juga.
"Ara, adikku." Ia menyisir rambutku terus menerus. "Maafkan aku telah sempat pergi meninggalkanmu. Kau pasti mengalami banyak kesulitan karenaku. Maafkan aku, Ara. Aku tahu aku kakak yang tidak berguna sejak dulu. Selalu menyusahkanmu dan membuatmu menderita."
Ana mengucapkan itu begitu lembut dan tulus. Isakannya mulai keluar dan air mata membanjiri pipi cantiknya.
"Aku tahu kau mengalami banyak hal yang berat karenaku. Aku meninggalkanmu sendiri padahal kau belum pernah tinggal jauh dari rumah. Maafkan aku, Ara. Sejak hari ini aku akan berusaha memberikan yang terbaik untukmu, adikku. Aku berjanji."
Ana kemudian memelukku begitu berat. Membiarkan tangis kami sama-sama pecah pada bahu masing-masing. Rasanya hangat seperti aku sedang dipeluk ibu.
"Aku memaafkanmu, Ana. Aku memaafkanmu. Tolong jangan pergi lagi. Aku takut. Aku takut sekali." Tangisku pun tak bisa tertahan. Memeluk sembari menggenggam erat lengan bajunya seperti yang sering kulakukan dulu.
"Tidak. Tidak. Kakak akan selalu ada untukmu mulai saat ini."
Entah berapa lama kami menghabiskan waktu untuk merisak diri. Menangisi kesalahan di masa lalu, dan yang mungkin tak bisa diperbaikiーuntukku sendiri. Membiarkan tangis membasahi baju masing-masing.
"Aku perlu menyiapkan makan malam." Setelah sekian lama Ana kemudian melepas diri. Menghapus sisa air mataku sedang dirinya sendiri masih terlihat sangat berantakan. "Jangan menangis lagi, Kakakmu ini akan terus merasa bersalah," kata Ana sambil mengusap rambutku.
KAMU SEDANG MEMBACA
PUNISHMENT✔
Fanfiction[COMPLETED] "Aku tidak akan menggugat, kau tak perlu kembali pada kehidupan lamamu yang melarat. Satu syaratnya, gantikan peran kakakmu." - Kim Taehyung ©️msvante • 2019