16. Hospital

20.5K 2.3K 204
                                        

Ketukan sepatu yang menyentuh lantai keramik menjadi penanda terakhir bahwa kami kini berbataskan pintu dengan maksud yang aku sendiri tidak mengerti dan hanya menuruti pria yang berjalan mendahului untuk keluar dari sana. Lagi, aku hanya mampu mengikuti ketika bokongnya turun dan diletakkan di atas bangsal rumah sakit.

"Apa kau baik-baik saja?"

Terlampau baik karena Park Jimin malah menanyai keadaanku setelah hampir saja membunuh saudarinya sendiri, Park Hyera.

"Tentu." Aku mengangguk sebagai jawaban, dan berharap Jimin menyudahi pertanyaan yang mungkin sudah diulang lebih dari tiga kali sejak kedatangan kami.

"Hyera memang agak kasar, namun jika kau mengenalnya lebih baik lagi, dia cukup baik kok."

Lumrah saja jika seorang yang lahir dengan gen yang sama akan melakukan pembelaan terhadap yang lain. Aku pun melakukan hal yang sama pada Na. Seburuk-buruknya Na, Ia tetaplah Kakak terbaik yang sangat kukasihi. Jadi, apapun yang Jimin katakan sekarang, terlepas dari benar atau salahnya, akan kumaklumi sebagai seseorang yang pernah mengalaminya.

"Aku akan berusaha untuk lebih baik lagi padanya. Aku sungguh minta maaf, Kak."

Jimin tersenyum. Wajahnya nampak lebih lega dan rileks. Kalau boleh kutebak, mungkin Ia tak enak hati semenjak Hyera enggan untuk membuka mulut menyambut permintaan maaf yang telah kurapalkan berulang kali sejak kedatangan kami. Jangankan menjawab, melirik kearahku saja dia enggan, seperti aku ini adalah seonggok sampah yang menjijikkan. Namun itu bukanlah masalah bagiku mengingat kesalahanku yang hampir saja membunuh gadis itu.

"Tidak usah khawatir. Lukanya termasuk ringan dan hanya perlu beberapa jahitan. Dia hanya shock hingga pingsan seketika." Jimin kembali menenangkan, bahkan sudah menjelaskan hal itu sebelumnya padaku dan Taehyung saat kami berbincang di dalam ruang rawat Hyera.

"Semoga dia cepat sembuh, Kak."

Jimin memajukan kepala dengan dua tangan yang menggantung di depan. Sempat kikuk karena tidak ada satupun dari kami yang bersuara.

"Ah, kuharap kau juga tidak salah paham pada mereka. Tentu saja karena kau adalah adik Na." Jimin mengatakan sembari memberi isyarat dengan kepala, mereka yang ada di dalam sana. Aku sedikit bersyukur karena Jimin cukup peka dengan keadaan hingga aku tak perlu repot repot mengarang bebas untuk menanyakan perihal keberadaan dua orang yang entah mengapa harus kami tinggalkan di dalam sana.

"Sejak Taehyung mengenalku, Ia juga mengenal Hyera. Taehyung sering menginap dirumah. Orang tuaku juga menyukainya. Aku tidak tahu sejak kapan Taehyung dan Hyera menjadi dekat. Aku tak terlalu khawatir karena Hyera juga masih terlalu muda dan emosi serta perasaannya mudah berubah. Lagipula, aku mengenal Taehyung dengan baik. Ia anak yang rajin belajar dan tidak terlalu tertarik pada hubungan berpacaran atau perempuan. Aku tak ingin terlalu mencampuri urusan mereka dalam hal itu pula."

Oh astaga. Mulutku mendadak ingin mengumpat sejak Jimin menguntai kalimat indah berupa pujian mengenai Kim Taehyung yang terlalu terpuja bak Dewa Yunani. Tapi ya mungkin, setiap orang terlalu mudah untuk berubah. Meski perubahan seperti dirinya tidak cukup untuk dimaklumi karena Ia bahkan mampu untuk menghancurkan hidup orang lain.

"Lalu aku pindah ke Swiss dan studi di sana. Beberapa kali pula Taehyung mengunjungiku untuk sekedar liburan. Keadaan cukup menjelaskan saat Taehyung mengundangku ke pesta pernikahannya, dan aku kembali persis setelah dia menikah dengan Kakakmu. Tapi aku tidak perlu khawatir karena Hyera cukup patuh jika dihadapkan dengan Taehyung. Aku yakin saat ini Ia tengah menasehati Hyera supaya tidak berlaku buruk lagi kepadamu dan kalian mungkin bisa berteman."

Jimin mengakhiri kalimatnya dengan hadiah berupa sebuah senyum terlampau indah. Kedua matanya membentuk lengkungan dan Ia tampak lebih tulus. Sementara aku harus mengeluarkan sebuah senyum palsu yang ingin mencekik tenggorokanku sendiri. Teman? Aku dan Hyera? Mungkin itu adalah sebuah kemustahilan yang paling mustahil di muka bumi. Sejak dulu aku tak pernah memiliki pergaulan dengan anak seumuranku. Ingin kukecualikan Jungkook, namun aku tak yakin karena Ia juga terlihat tidak normal untuk anak seumuran kami.

PUNISHMENT✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang