10.~temani aku tidur~

5.9K 96 0
                                        

Alam seakan ikut bersedih. Hujan yang sangat deras ini, menggambarkan tangis dan sedih Lexi yang tak kunjung berhenti. Awan sangat gelap mencekam, bagaikan hati dan pikiran Lexi yang sedang berduka.

"Lexi, cepat atau lambat semua yang ada di dunia ini pasti akhirnya juga akan hilang." Ujar Inggit , teman gereja Lexi.

"Kalau ini kecelakaan motor..." Kata Lexi.

"Aku udah bilang buat hati-hati, Kak! Aku udah bilang jangan ngebut! Aku udah bilang kalau jalanan licin akhir-akhir ini!" Ucap Lexi pilu.

"Kita masih belum tau gimana bisa gini. Kamu lebih baik tenangin diri dulu, Lexi." Ujar Inggit sambil terus mengusap punggung kecil untuk menenangkan Lexi.

Lexi terus menundukkan kepalanya.

"Sabar ya. Jangan nangis! Jofan sudah tenang di sana." Kata Inggit yang sudah mengetahui kekacauan itu.

Lexi hanya mengangguk menanggapi perkataan Inggit.

Usai ibadah selesai, Lexi keluar dari ruangan anak-anak kecil dan menuju ke bagian parkiran Gereja. Ia menutupi sedikit bagian wajahnya dengan menundukkan wajahnya.

Terlihat beberapa ibu-ibu sedang berbicara dengan suara yang sedikit keras. Lexi sudah tak bisa menangkap apapun. Ia tak mendengarkan apapun.

"Lexi, Jofan bukan meninggal karena kecelakaan motor. Saat perjalanan pulang ke rumahnya, sebuah pohon tiba-tiba jatuh mengenai mobilnya. Hujan tadi deras, bahkan tadi itu hujan angin. Banyak pohon jatuh, hingga salah satunya mengenai mobil yang dikendarai Jofan." Jelas Inggit sambil mengusap punggung Lexi menenangkan.

Lexi mengangguk lemah lalu menunduk dengan penuh kesedihan setelah mendengar berita buruk tersebut.

"Lexi." Panggil seseorang.

"Kak Elvio." Jawab Lexi sangat pelan.

"Kamu mau ikut aku ke tempat penghiburan?" Tanya Vio meminta persetujuan.

"Kak Elvio udah tau beritanya?" Tanya Lexi dengan suara yang berat.

"Udah." Jawab Vio.

Lexi mengangguk lalu mulai mengikuti langkah Vio. Namu tiba-tiba seseorang menahan tangan Lexi. Sontak hal itu membuat Lexi menghentikan langkahnya untuk melihat siapa yang menahannya.

"Kak?" Kata Lexi bertanya-tanya.

"Lexi, kamu... Berangkat sama aku aja ya?" Tanya Juan seolah memohon.

Lexi menatap Vio meminta persetujuan. Vio mengerti benar bagaimana yang saat ini Juan rasakan. Vio pun mengangguk dan mempersilahkan Juan untuk membawa Lexi bersamanya.

Sesampainya di tempat penghiburan, Lexi hanya bisa bungkam. Melihat berbagai karangan bunga yang bertuliskan nama Jofan membuatnya semakin bungkam dengan kenyataan.

Vio dan Dickey terus berusaha menenangkan Lexi yang sedikit terisak. Felo dan Sean pun akhirnya memutuskan untuk memberikan penghormatan terakhir untuk Jofan. Sedangkan Fano dan Juan, usai memberikan penghormatan terakhir, mereka langsung membantu keluarga Jofan untuk memberikan kacang-kacangan dan juga minuman.

Setelah Felo dan Sean selesai memberikan penghormatan terakhir, kini tiba saatnya Lexi, Dickey dan Vio untuk memberi penghormatan terakhir.

Saat itu tak henti-hentinya Vio mengusap bahu Lexi untuk menegarkannya. Ia tau betul bagaimana perasaan Lexi. Apa lagi Lexi adalah perempuan, perempuan mempunyai perasaan yang sangat tinggi jika kalian tahu.

"Sabar." Vio bertubi-tubi mengatakan itu pada Lexi.

"Tuhan punya rencana. Semua ini Tuhan kasih demi kebaikan kamu." Tutur Vio.

[Senior]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang