[9. mulai ingat]

714 28 0
                                    

Semua mata dalam ruangan ini menatap terkejut seorang perempuan yang tengah menangis itu, dia adalah Erin.

"Erin." Ucap Dickey tak percaya.

Erin tersenyum, namun air matanya masih terus mengalir. Ia berjalan mendekati orang-orang yang dulunya adalah temannya dan duduk di dekat mereka.

Suasana sangat hening saat itu. Mereka hanya menatap Erin yang terus menunduk dengan air mata yang tak kunjung berhenti.

Di key menghampiri Erin, dia menepuk-nepuk bahu Erin untuk memberikan ketenangan untuk hati Erin.

"Kita batalin aja semuanya, Vi. Anggap aja semua ga pernah terjadi." Ucap Erin putus asa.

"Apa maksud kamu, Erin? Perceraian di benci sama Tuhan loh." Ucap Dickey sambil menatap tajam ke arah Vio yang sama sekali tak merespon Erin.

"Oke. Kita akhiri semuanya." Ucap Vio enteng.

"Vio lo gila ya?!" Gertak Sean tak terima.

"Erin jangan cerai." Tutur Sean.

Erin mengambil nafas dalam-dalam dan melepaskannya kasar. Sebisa mungkin ia menciptakan senyuman walau terlihat jelas bahwa senyuman itu palsu.

"Pernikahan kami belum sah." Ungkap Erin.

Sontak saja tiga laki-laki tampan yang sama sekali belum tahu perihal ini melongo kaget. Mereka menatap Vio tajam, tak terima karena Vio sama sekali tak pernah bercerita soal ini.

"Selama ini aku lah yang salah. Memaksakan jodoh orang lain untuk jadi jodohku." Tutur Erin menyesal.

Cting!

Suara notifikasi dari ponsel Felo. Felo meraih ponselnya, melihat siapa dan apa pesan dalam ponselnya.

"Udah gue duga." Ucap Felo tiba-tiba.

"Kenapa?" Tanya Vio penasaran.

Jika Felo mendapatkan suatu pesan, Vio sangat yakin bahwa pesan itu pasti tentang Lexi.

Felo mencondongkan tubuhnya, menatap menyelidik kepada keempat perempuan yang tengah menatapnya bingung.

"Jujur sama kami, anak ini adalah Lexi bukan?" Tanya Felo sambil menyipitkan matanya, meminta keempat perempuan itu untuk jujur.

Vero, Lorin, Mire, maupun Erin, tak ada satupun sari mereka yang bisa menjelaskan pada empat laki-laki yang sedang menatap mereka mengintimidasi.

Gulp!

Terlihat jelas mereka menegak ludah mereka bersamaan sambil menatap entah kemana.

"Oke kalau kalian ga mau cerita. Coba kalian lihat ini."

Felo meletakkan ponselnya yang menyala di tengah-tengah meja yang lumayan besar. Semua mencondongkan badannya, melihat apa yang ingin Felo tunjukkan.

Vero dan Lorin menatap kaget sebuah foto yang menunjukkan beberapa data tentang Lexi dan juga Vebi. Sedangkan, Mire dan Erin mengernyit bingung.

"Apa maksudnya?" Tanya Mire.

"Artinya jika kalian menyangkal bahwa Vebiola ini adalah Lexi, berarti kalian berbohong pada kami." Ujar Felo dengan senyum puasnya.

Mire hanya diam, semakin menatap Felo dengan raut meminta penjelasan lebih lanjut. Itu membuat Felo menghela nafas dan mencoba menjelaskan lebih lagi.

"Ini adalah data-data di rumah sakit yang Lexi tempati. Awalnya aku terus berpikir mengapa nama Lexi tiba-tiba hilang, akhirnya aku suruh seseoranv buat cek kamar yang Lexi tempati, dan ternyata kamarnya diganti dengan pasien bernama Vebiola Reisha Lee." Ujar Felo.

[Senior]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang