Ting! ting!
Lerin mengadukan sedok dengan gelas miliknya, meminta agar semua orang yang berada di ruangan mewah ini untuk memerhatikannya.
"Sebelumnnya, terimakasih untuk keluarga Feni —mama Erin— dan Lora yang sudah mau mendatangi acara makan malam yang saya adakan." Ucap Lerin menatap kedua wanita yang seumurannya itu.
"Sebenarnya, dalam pertemuan ini, saya mama dari Vio sudah membicarakan perihal hal ini dengan keluarga. Kami ingin dan mohon agar pernikahan yang Vio dan Erin kita batalkan." Lanjut Lerin.
Erin dan Lexi hanya diam menunduk. Tak ada satupun dari mereka yang mau berkomentar.
"Kenapa anda mengambil keputusan seperti ini?" Tanya Feni sedikit terkejut.
"Ini keinginan dari anak saya dan persetujuan dari anak anda sendiri." Jawab Lerin.
Pernyataan itu sontak membuat Feni menatap ke arah anaknya, Erin. Ia menyipitkan matanya, meminta agar anaknya menjelaskan semuanya.
"Dulu aku terus paksa Vio untuk jadi sama aku, Ma. Aku berusaha dengan cara apapun buat dapetin Vio. Sampai akhirnya aku baru sadar kalau ternyata Vio bukan orang yang diciptakan buat aku. Orang yang sebenernya Vio cintai itu Lexi." Ujar Erin.
"Tapi... Tapi kenapa Vio bilang kalau Erin sudah berhasil menggantikan posisi Lexi saat pernikahan berlangsung?" Tanya Fano, papa Erin.
"Saat itu microphone berada di dekat saya, Om. Saya ga mungkin bilang hal yang sejujurnya saya rasakan." Ucap Vio jujur.
"Lalu mengapa kamu menerima pernikahan ini, Vio?" Tanya Feni.
"Aku ancam Vio, Ma. Aku bilang kalau dia ga mau nikah sama aku, aku bakal buat dia ga bisa lihat Lexi lagi." Erin berjujur.
"Apa?!!!" Gertak Feni.
Feni berdiri dari tempat duduknya dengan mata menatap tajam anaknya dan nafas yang menggebu karena direnggut oleh amarah yang sangat besar.
Plakk!
"Kurang ajar kamu Erin!" Feni tak kuasa menahan amarahnya yang sudah membara.
"Maaf ma." Lirih Erin.
"Mama kecewa sama kamu, Erin!" Sentak Feni sangat-sangat kecewa.
"Maaf?! Jangan minta maaf sama mama! Minta maaf sama semua orang yang sudah kamu hancurin, Erin!" Gertak Feni.
"Sayang sungguh meminta maaf atas kelakuan anak saya ini." Ucap Feni sambil menundukkan kepalanya dengan rasa bersalah yang besar.
Lerin dan Lora langsung menghampiri Feni yang terlihat begitu menyesal akan perbuatan anaknya, yang merupakan didikannya sendiri. Mereka memeluk bahu Feni dan tak lupa memberikan belaian lembut agar Feni merasa lebih tenang.
"Tidak apa, namanya juga anak-anak." Ucap Lora menenangkan.
"Mereka sudah dewasa, Jeng. Aduh, sayang sangat menyesal dengan perbuatan anak saya ini." Ucap Feni sangat sedih.
"Sudah, kita lupakan saja semuanya." -Lerin.
"Benar." Ucap Feni.
"Jadi, pernikahan sudah setuju kami batalkan. Sekali lagi saya meminta maaf." Lanjut Feni."Tidak apa." Ucap Lerin.
"Kalau begitu mari kita makan." Ajak Lerin sambil berjalan kembali menuju kursi yang merupakan tempat duduknya semula.
.
.
.
.
.Esoknya
Vio mengangkat ponselnya dan meletakkannya di telinga, tanda bahwa ia sedang menghubungi seseorang. Kakinya terus mengetuk-ngetuk lantai karena gelisah.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Senior]
Teen Fiction(18+) Season 1 : [Senior] Season 2 : [Retrograde] Dia adalah patah hati terbesarku Dan.. Kau adalah satu-satunya yang dapat aku harapkan untuk memulihkan hatiku yang sudah patah