[14. Crazy game 2[16+]]

2.4K 24 0
                                    

Izin double update yaaaa😉
__________________________________
_________

Chup!

Tanpa aba-aba, Sean langsung mencium Mire. Mire membelalakkan matanya lalu menatap Sean kesal dan meminta penjelasan tentang apa yang baru saja Sean lakukan padanya.

"Hehehe, makanya jangan fokus-fokus gitu dong, orang kalo lihat kan jadi pengen gangguin." Ujar Sean sambil menjulurkan lidahnya mengejek Mire.

"Isss!" Desis Mire kesal.

Selesai mengobati luka yang berada di pipi Sean, Mire pun kembali melentangkan badannya seperti posisi sebelumnya sambil bermain-main dengan tangannya.

Mire menatap kosong ke langit-langit tenda. Otaknya kembali memutar memori dimana tadi Erin berlaku baik pada Lexi. Pikirannya terus terpaku pada tulis atau tidaknya Erin. Di satu sisi, Eri terlihat sangat meyakinkan, namun entah mengapa hati Mire berkata berbeda.

"Masih mikirin si Erin ya?" Tanya Sean seakan ia bisa membaca semua isi pikiran dari Mire. Mire menatap Sean dengan mata menyipit, masih dengan tubuh yang terlentang. Ia bertanya-tanya kenapa Sean bisa tau soal hal itu.

"Sedari tadi kamu kek ngelihatin si Erin terus. Aku sadar disitu kalau kamu masih ragu sama si Erin." Lagi-lagi Sean menjawab seolah tau apa yang ingin Mire tanyakan.

"Kak Sean bisa baca pikiran ya?!" Sahut Mire sedikit berteriak. Sean tertawa lalu mengangguk. Anggukan itu sontak membuat Mire langsung memposisikan tubuhnya duduk menghadap Sean, dan menatapnya lekat-lekat.

"Kak Sean bisa-?!!" Teriaknya terkejut.

Sean langsung membungkam mulut Mire. Ia takut jika saja teman-teman lainnya dengar pembicaraan mereka berdua. Setelah Sean merasa Mire mulai tenang, ia pun perlahan melepaskan tangannya dari mulut Mire.

"Jangan teriak-teriak." Ujarnya.

Mire masih melotot tak percaya. Ia menetralkan pikirannya dan mulai berbicara dengan suara pelan. "Kak Sean bisa baca pikiran?" Tanya Mire berbisik.

"Bisa, tapi ga selalu." Jawab Sean.

"Terus apa kak Sean sempet baca pikiran Erin?" Tanya Mire sangat ingin tau.

"Hehehehehe." Sean hanya menyengir dan tak menjawab Mire.

"Jawab dong kak!" Ucap Mire meminta jawaban. Dia sudah sangat penasaran dengan isi pikiran Erin yang sebenarnya.

"Akan tau kedepannya kok." Jawab Sean santai.

"Ayolahhhhh, beritau akuuu~" rengek Mire memaksa Sean untuk memberitahu dia.

Sean tersenyum, namun pikirannya terus berputar untuk menimbang keputusannya. Haruskah dia mengatakan sebenarnya atau tidak.

"Ga mau ah. Sebentar lagi tujuh menit kita udah selesai nih." Ujar Sean mengingatkan.

Mire mengulurkan tangannya. Sean menyambut tangan Mire yang terasa lebih kecil darinya. Mereka saling melemparkan senyuman. Entah senyuman apa itu.

"Makasih untuk tujuh menitnya, kak." Ujar Mire. Tangan mereka masih terikat satu sama lain.

"Iya." Saat kata ini keluar dari mulut Sean, saat itu juga mereka saling melepaskan genggaman mereka.

"Kurang sekitar dua menit. Enaknya kita ngapain?" Tanya Mire mulai merentangkan badannya untuk kembali tiduran.

Sean menatap Mire dengan senyum jail di wajahnya. Dia merangkak mendekati Mire. Mire yang menyadari itu, dia pun langsung menatap kearah Sean bingung sambil terus berusaha menjauh dari tubuh Sean yang sudah berada di atasnya.

[Senior]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang